Bram merebahkan tubuhnya di atas kasur yang nyaman. Dia sudah membayangkan sedang bersenang-senang dengan Mira. Gadis itu telah membuat otak si bujang lapuk itu dipenuhi dengan kelicikan. Berbagai macam rencana berkelebat di dalam kepalanya.
"Duhai, Mira. Gue bakal bikin kamu bahagia. Gue kaya, banyak harta. Gue juga ganteng, banyak yang suka. Tapi, gue rela nungguin kamu sampai jadi perjaka tua, Mir," gumam Bram.
"Kamu kenapa nggak suka sama gue, sih, Mir? Gue kurang apa? Semua gue punya. Gue cuma kurang ajar doang, Mir," sambungnya kemudian sebelum terlelap, dan akhirnya larut dalam mimpi yang tak kunjung menjadi kenyataan.
***
