Pagi itu degup jantung Sabrina berdetak sangat kencang. Tubuhnya lemah. Kakinya seperti tak menapak lagi ke lantai.
Sabrina akhirnya memaksakan dirinya untuk ke kamar mandi dan membawa testpack itu. Doni bersama Nyonya Sania dan kakak Doni, Prita menunggu di depan kamar mandi utama.
"Bun, kenapa ya lama sekali nggak keluar dari kamar mandi hampir sejam?" Doni pun mulai mengkhawatirkan keadaan Sabrina di dalam kamar mandi mewahnya itu.
"Ah, paling seperti biasa hasilnya tidak sesuai harapan," timpal Prita ketus.
.
Erick pun menatap sinis ke arah Prita. Andai saja tidak memandang Bundanya, mungkin ia sudah menampar kakaknya itu.
"Kak, bisa diam nggak!" bentak Doni.
"Doni, ada benarnya apa kata kakakmu. Kita sebaiknya cari second opinion. Jadi kalau ada masalah kita bisa tangani segera," ucap Bunda Sania menenangkan dua anaknya yang sedang bertikai itu.
Doni pun diam.