Hamid terpuruk. Rasa penyesalannya begitu dalam atas kepergian Raline dan Austin. Ditambah tekanan Lexy yang menuduhnya pembawa sial.
"Ah, mungkin adikku benar," batin Hamid.
Hamid benar-benar terpuruk. Bahkan untuk mengurusi jenazah Austin dan Raline tak sanggup. Pak Amran yang mengurus semuanya. Namun, saat berada di rumahnya, ponsel miliknya berdering.
Entah siapa. Awalnya Hamid tak merespon. Dibiarkannya ponsel itu berdering berulang kali, tapi karena penasaran, Hamid akhirnya mengangkat panggilan itu.
[Hallo, ini siapa?]
Dengan menggunakan bahasa Jepang, seseorang di ujung sana akhirnya menjelaskan tujuannya menghubungi Hamid. Hamid pun syok saat mendengar penjelasan itu. Tubuhnya yang tadi lemah, seketika memiliki tenaga kembali. Semangatnya kembali bangkit.
[Ok, saya segera ke sana.]
Dengan menggunakan bahasa Jepang, Hamid pun mengucap terimakasih. Hamid langsung menutup panggilan itu dan bergegas ke sebuah rumah sakit.
****