Chereads / Terjerat Istri Tetangga / Chapter 16 - Adik untuk Kayla

Chapter 16 - Adik untuk Kayla

Bass beranjak dan kemudian menarik Gisel agar ikut berdiri.

"Aku ingin mandi," ucap Bass, menurunkan lengan daster Gisel, hingga memperlihatkan bahu, bahkan dadanya.

"Aku akan mengajak mereka tidur. Kau bisa menungguku di kamar."

"YES!"

"Kean … Kayla … sudah malam. Kita tidur, yuk!" ajak Gisel kepada kedua anaknya.

Kean dan Kayla sepertinya enggan beranjak dan tetap bermain.

"Sepertinya mereka belum mengantuk," ucap Gisel.

Bass duduk kembali dan mendekati kedua anaknya.

"Kean dan Kayla ingin punya adik tidak?" tanya Bass, berharap kalau kedua anaknya ingin memiliki adik lagi.

"Kayla mau!" jawab si kecil Kayla.

"Kean sayang adik Kayla. Tidak perlu adik lagi," jawab Kean, sepertinya ia sedang nyaman dengan formasinya saat ini, sebagai anak oertama yang memiliki satu adik. Baginya satu adik saja sudah cukup.

"Bass," panggil Gisel.

"Mau atau tidak, aku tetap akan memberikan adik untuk mereka," ucap Bass, kemudian ia membawa Kayla ke kamar mereka, mengajaknya untuk tidur. Sementara Kean menyusul bersama Gisel, karena harus merapikan mainan mereka lebih dulu.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun kedua anak mereka masih belum tidur juga. Bass masih menunggu Gisel yang sedang menidurkan kedua anak mereka. Bass menunggu sembari memainkan ponselnya, melihat isi ruang pesan yang sudah menumpuk.

Aaron

[Bagaimana?]

[Benar, bukan kalau bekal itu yang menyiapkan adalah Gisel?]

Bass

[Aku tidak ingin membahasnya lagi]

[Yang penting sekarang kami sudah baik-baik saja]

Aaron

[Aku ikut bahagia mendengarnya]

[Cepatlah beri adik untuk Kayla]

"Bass?" panggil Gisel yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamarnya.

"I—iya?" balas Bass terkesiap. "Anak-anak sudah tidur?" tanyanya kemudian.

"Itu yang ingin kukatakan. Mereka masih belum mengantuk juga. Jika kau sudah mengantuk, kau bisa tidur lebih dulu, Bass," jawab Gisel, memberitahu bagaimana keadaan kedua anaknya saat ini, dimana mereka masih terlihat segar, sama sekali belum mengantuk.

"Aku akan menunggu. Temani saja mereka hingga tidur," balas Bass, ia tidak ingin mengganggu waktu sang istri untuk menidurkan anak-anaknya.

Waktu pun berlalu, kini jam sudah menunjukkan pukul 00:00 dan Gisel pun belum juga kembali ke kamar.

Bass yang merasa heran karena sang istri belum juga ke kamar, memilih untuk beranjak menuju ke kamar anak-anaknya untuk melihat bagaimana keadaan di sana. Betapa terkejutnya Bass ketika ia melihat Gisel yang ikut tertidur bersama Kean dan Kayla.

Bass tersenyum menghampiri Gisel dan membangunkannya perlahan.

"Sayang—"

Gisel langsung membuka matanya hanya dengan sekali panggilan saja.

"Bass, sudah jam berapa sekarang?" tanya Gisel, ia merasa tidak enak pada suaminya karena telah menunggu lama. "Maaf, aku ketiduran. Ayo kita ke kamar!" Gisel pun beranjak dari tempat tidur anak-anaknya dan mengajak Bass untuk ke kamar.

"Kita tidur saja, ya. Kau pasti lelah," ucap Bass, mencoba untuk memahami istrinya.

"T—tapi—"

"Kita bisa melakukannya besok. Malam ini, kita istirahat saja, ya …."

Gisel tersenyum dan memberikan pelukan untuk suaminya, seraya berkata, "Maafkan aku, Bass. Aku tertidur sehingga ingkar kepadamu."

"Tidak masalah, sayang … ayo kita ke kamar," ajak Bass, sembari merangkul sang istri menuju ke kamarnya.

Di sisi lain, Clarine terlihat sedang memantau rumah Gisel dan Bass yang mulai temaram. Berdiri di atas balkon sambil menikmati segelas wine, Clarine mengabaikan panggilan suaminya yang tengah mencarinya itu.

Anton baru kembali entah darimana. Clarine tampak acuh saat pria itu masuk ke kamar lalu merebahkan diri ke ranjang besar mereka dengan bau alkohol yang menyeruak di kamar.

"Clarine….ambilkan aku air,"racau Anton yang tengah menutup matanya sambil bergerak gelisah.

Clarine memutar bola matanya, jengah. Meski wajah kesalnya tampak begitu kentara, ia tetap berjalan mengambilkan apa yang suaminya pinta.

"Ini," tukas Clarine sambil menunggu Anton bangkit dari tidurnya.

Anton mendesah pelan lalu mengambil air yang Clarine suguhkan. Tapi bukannya menyerahkan air tersebut, Clarine malah menyiramkannya pada Anton hingga pria itu kini telah membuka matanya lebar-lebar.

Anton berang. Wajahnya memerah karena kemarahan yang telah memuncak.

"Apa yang kau lakukan!"

"Berani-beraninya kau masuk kamar dan tidur tanpa mandi. Aku benci melihatmu pulang seperti ini," bentak Clarine tak mau kalah.

Anton bangkit untuk menyetarakan dirinya dengan Clarine yang berdiri angkuh. Melayangkan tangannya untuk mengarahkannya pada istrinya itu. Tapi kemudian dengan perlahan Anton menurunkan tangannya setelah ia bisa berpikir jernih tentang konsekuensi yang akan ia dapatkan jika memukul wanita di hadapannya itu.

"Apa? Mau mukul? Silahkan!" gertak Clarine.

Anton mengacuhkan gertakan Clarine itu dan memilih mengambil handuk di lemari untuk segera bergegas membersihkan diri. Anton masih menggeram. Tapi saat ini dia pun sadar akan kesalahannya. Maka demi menjaga kondisi ini tetap stabil, Anton memilih meredam emosinya dengan berendam di dalam bath up.

Baru berendam beberapa menit, aktifitasnya sudah terganggu dengan kedatangan Clarine bersama gelas winenya itu.

Berjalan bak model catwalk, Clarine yang tengah mengenakan lingerie hitam transparan berjalan mendekati Anton sambil menawarkannya gelas wine miliknya itu.

Anton diam, tapi tangannya tetap bergerak mengambil gelas yang ditawarkan. Clarine manggut-manggut sambil mengusap lembut puncak kepala suaminya itu.

"Aku tidak peduli apa yang kau lakukan setelah pulang kantor. Tapi paling tidak jangan membuat jejak pada satpam kompleks kalau kau sering pulang larut malam bersamanya."

Anton sedikit menegang. Kuku-kuku jari Clarine seperti akan menancap di kulitnya jika ia salah bicara.

"A-apa maksudmu?"

"Kamu selingkuh dariku, kan?" tebak Clarine. Wanita gila itu mendekati ceruk leher suaminya sambil menghidunya berulang kali seperti anjing.

Anton merinding. Apalagi saat Clarine menjauhkan wajahnya kemudian menatap tajam ke arahnya.

"Bukan hanya aku saja yang begitu kan? Kau juga!"

Anton mendorong Clarine untuk menjauh darinya. Clarine menyeringai sambil memasukkan tangannya ke dalam air. Mulai bermain di kedua paha Anton sampai ke bagian inti tubuh suaminya itu.

Anton menyatukan alisnya. Sambil merasai sentuhan tangan istrinya yang tengah mempermainkan miliknya tersebut.

"Jadi ini pembalasan?"

"Clarine! Hah…apa maumu!"

Clarine terkekeh. Ia semakin cepat membuat suaminya itu merenggang kenikmatan atas blow job yang ia lakukan di dalam air.

"Aku tidak akan mengganggu urusanmu itu asal kau juga tidak menggangguku."

"Bass. Kau memang mengincarnya kan?" erang Anton sambil meremat pinggiran bath up dengan keras karena pencapaiannya mulai datang.

Clarine mengangguk lalu mengeluarkan tangannya. Membuatnya seperti jijik setelah apa yang dia perbuat. Anton mengatur napas sambil memperhatikan istri yang baru beberapa tahun ia nikahi itu melenggang pergi dari tempatnya.

Clarine berbalik sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Apa cuma aku yang punya kepentingan? Kau juga….mengincarnya untuk urusanmu sendiri, kan?"

Anton menyandarkan kepalanya ke pinggiran bath up lalu menyeringai kecil setelah mendengar penuturan istrinya itu.

"Jadi…kau sudah tahu banyak rupanya."

"Of course. I know you better than your 'girlfriend' baby."

Anton menyugar rambutnya lalu mulai serius berbincang dengan Clarine tentang kesepakatan ini.

"Ya itu benar. Jadi…apa rencanamu?"

Clarine meneguk winenya habis kemudian perlahan mulai menjatuhkan kain tipis yang ia kenakan itu. Berjalan kembali menuju bath up dan masuk bersama Anton yang menunggu dengan tatapan datarnya.