Chereads / Terjerat Istri Tetangga / Chapter 15 - Bentuk Perhatian

Chapter 15 - Bentuk Perhatian

Clarine

[Gisel]

[Apa kau baik-baik saja?]

[Maksudku … Bass tidak marah, bukan?]

Gisel

[Aku mendiaminya]

Clarine

[Loh?]

[Mengapa?]

Gisel

[Clarine,bolehkah aku meminta tolong?]

Clarine

[Jika aku bisa membantunya, aku pasti akan membantumu]

Gisel

[Besok pagi, aku akan membuatkan bekal makan untuk Bass]

[Tolong kau berikan padanya]

Clarine

[Ok]

***

Pagi harinya saat Bass membuka mata, baru saja terbangun dari tidurnya, Bass tidak melihat kemeja atapun perlengkapan kerja yang lainnya, yang biasa disiapkan oleh Gisel setiap pagi. Bass duduk dan menggaruk kepalanya, merasa bersalah dan menyesal karena telah membuat istrinya merasa kecewa padanya. Dengan berat hati, Bass pun beranjak dari tempat tidurnya dan menyiapkan semuanya sendiri dan kemudian pergi mandi.

Usai mandi, dan selesai bersiap-siap, Bass pun segera keluar dari kamarnya dan turun menuju ke lantai dasar rumahnya. Ia menuju ke meja makan dan melihat ada roti yang sudah diolesi selai dan juga segelas susu. Tidak ada buah ataupun makanan lain. Bahkan sang istri pun tidak ada di sana. Bass pun segera menghabiskan sarapannya tersebut.

Merasa kesal karena istrinya telah abai padanya, Bass pun pergi ke kantor tanpa berpamitan dengan Gisel, ataupun kedua anaknya.

"Bass, bolehkah aku meminta tolong kepadamu?" Tanya Clarine.

"Ada apa, Clarine?"

"Tolong titip ini pada Anton," ucap Clarine memberikan tas yang berisikan bekal makan milik Anton.

"Oh, baiklah," balas Bass, menerima tas tersebut.

"Dan ini untukmu," ucap Clarine.

"Tidak perlu, Clarine. Aku bisa makan di luar," balas Bass.

"Sudah, terima saja. Kau bisa makan siang bersama Anton, tidak perlu mencari makan keluar. Gisel pasti lelah, jadi ia tidak bisa menyiapkan bekal makan untukmu, bukan?"

Bass terdiam. Apa yang dikatakan oleh Clarine memang benar. Tidak enak menolak, Bass pun menerima tas yang berisikan bekal untuknya.

"Terima kasih, Clarine," ucap Bass, kemudian ia berlalu pergi.

***

Bass membuka tas bekal yang dibawakan oleh Clarine. Kali ini ia tidak makan di kantin, melainkan di dalam mobil. Ia merasa tidak enak jika Anton melihat bekal yang dibawa oleh Bass adalah bekal dari rumahnya.

Cklek

"Kau sedang apa di sini?" tanya Aaron membuka pintu mobil Bass dan kemudian ia masuk ke dalamnya.

"Kau sendiri ada apa masuk ke dalam mobilku tanpa permisi?" Bass balik bertanya pada Aaron.

"Aku baru saja membeli sandwich, kau mau?" Aaron menawarkan sepotong sandwich kepada Bass. "Sudah terima saja. Kau pasti rindu masakan istrimu, bukan?"

"Maksudmu apa?"

"Bukankah bekal ini bukan Gisel yang membuatnya? Aku mengenal tas bekal ini, sama seperti milik Anton," ujar Aaron.

Bass terdiam. Ternyata Aaron menyadari hal tersebut. Bass yang semula hendak menyuap makanan yang diberikan oleh Clarine, akhirnya ia urungkan. Bass menutup bekal makan tersebut dan menyudahi makannya, tanpa mencicipinya walau hanya satu suap.

Bass menerima sandwich yang ditawarkan oleh Aaron sebelumnya. Ia pun melahapnya dengan perasaan yang tidak jelas. Kesal dengan Gisel, namun ia juga merindukannya. Namun Bass hanya ingin memberi Gisel pengertian, kalau ia lebih suka jika Gisel tetap berada di rumah bersama anak-anak, jika dirinya sedang bekerja. Bukan berpergian bersama Clarine, yang baru saja dikenal olehnya. Meski semua orang tahu kalau Clarine adalah orang baik, namun entah mengapa, Bass tetap tidak suka jika Gisel berteman terlalu akrab dengannya.

"Jadi ini adalah bentuk perhatian Clarine padamu, Bass?" ucap Aaron bertanya hal yang tidak penting.

"Jangan bicara omong kosong, Aaron," balas Bass.

"Lalu untuk apa ia membawakanmu makan siang, jika bukan karena perhatian? Atau …."

"Atau apa?"

"Gisel yang meminta Clarine untuk membawakan bekal kepadamu?" tanya Aaron, kemudian ia mengambil kotak makan tersebut dan menyuap masakan yang menurutnya sudah tidak asing lagi baginya.

"Kenapa kau makan?!" tanya Bass kesal.

"Bass, dari gaya masakan dan rasanya, ini adalah masakan istrimu," ucap Aaron, mengembalikan kotak makan itu kepada Bass. "Cobalah," pinta Aaron, meminta Bass untuk memastikan kalau itu adalah masakan istrinya.

Bass yang penasaran akhirnya menyuap makanan tersebut. Ia mengunyahnya perlahan, memastikan kalau apa yang dikatakan Aaron memang benar.

"Rasanya benar-benar seperti masakan Gisel," ucap Bass.

"Memang benar masakan Gisel! Apa kau dan Gisel sedang bertengkar?"

"Ada sedikit permasalahan. Tapi hubungan kami baik-baik saja."

"Aku juga melihat isi bekal Anton, sebelum aku datang mencarimu dan menghampirimu," ujar Aaron melanjutkan. "Clarine hanya membawakannya sepotong roti tawar panggang saja. Jadi sudah pasti bekal makan siang ini bukanlah dari Clarine."

Bass mengangguk, ia menyadari kalau inilah bentuk perhatian dari sang istri. Meski hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja, namun Gisel masih tetap menyempatkan waktu untuk masak dan menyiapkan bekal untuk suaminya, meski melalui perantara orang lain.

"Kau sangat beruntung memiliki Gisel."

***

Bass meninggalkan bekal makan tersebut di dalam mobil. Ia tidak mungkin membawa bekal tas bekal tersebut ke dalam rumahnya, apalagi mengembalikannya langsung kepada Clarine. Bass memilih untuk segera menemui sang istri dan mengajaknya bicara. Agar hubungan keduanya lekas membaik dan kembali harmonis.

Bass membuka pintu dan melihat istrinya yang sedang menonton acara di televisi, sembari mengawasi kedua anaknya yang sedang bermain di lantai, tepat di hadapannya. Bass menutup kembali pintunya perlahan dan kemudian menghampiri Gisel.

"Sayang …," bisik Bass, sembali mendekap Gisel dari belakang. "Maafkan aku."

Gisel masih diam, meski ia sudah menyadari kalau yang salah adalah dirinya, namun Gisel ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh suaminya lebih dulu.

"Maafkan aku, karena tidak bicara baik-baik denganmu. Aku juga jarang memiliki waktu untukmu dan keluarga. Maafkan aku, sayang … kau pasti merasa kesepian, sehingga sangat senang saat mendapatkan teman baru."

"Aku juga minta maaf kepadamu, Bass. Seharusnya aku tidak marah saat kau memberitahuku seperti kemarin. Karena sudah jelas yang salah adalah aku," ujar Gisel, ia akhirnya mengakui kesalahannya.

"Kita baikan, ya … aku tidak ingin ada masalah sekecil apapun dalam rumah tangga kita," ucap Bass memohon.

"Iya, sayang …."

"Terima kasih."

Bass memberikan kecupan di pipi Gisel dan meminta lebih ke bibir. Namun Gisel menahan, karena ada kedua anak mereka.

"Mereka tidak akan melihatnya, Kay dan Kean sedang asyik bermain," ujar Bass.

"Tetap saja tidak baik bercumbu di hadapan anak-anak."

Bass beranjak dan kemudian menarik Gisel agar ikut berdiri.

"Aku ingin mandi," ucap Bass, menurunkan lengan daster Gisel, hingga memperlihatkan bahu, bahkan dadanya.

"Aku akan mengajak mereka tidur. Kau bisa menungguku di kamar."

"YES!"

"Kean … Kayla … sudah malam. Kita tidur, yuk!" ajak Gisel kepada kedua anaknya.

Kean dan Kayla sepertinya enggan beranjak dan tetap bermain.

"Sepertinya mereka belum mengantuk," ucap Gisel.

Bass duduk kembali dan mendekati kedua anaknya.

"Kean dan Kayla ingin punya adik tidak?"