"Kalem bisa gak sih liatinnya? Gue ngeri sendiri lihatnya," ucap Retta penuh dengan kejujuran.
"Masuk sekarang," seru Arkan tanpa menaikkan nada bicaranya, tapi terdengar begitu jelas kalau apa yang dia ucapkan adalah sebuah hal yang harus dituruti oleh Retta di waktu yang sudah Arkan ucapkan—sekarang.
Dengan cukup kasar Retta menghembuskan napasnya sampai pada akhirnya dia melangkahkan kaki menuruti apa yang sudah Arkan ucapkan.
Menutup jendelanya terlebih dahulu sampai pada akhirnya dia duduk santai di atas tempat tidurnya. Kedua bola mata Retta menatap Arkan dengan tatapan yang setengah malas.
Arkan tahu kalau alasan di balik Retta menatapnya dengan tatapan yang seperti itu, karena dia merasa kesal dengan apa yang sudah dia ucapkan.
"Tadi mau tanya apa?" Arkan lebih memilih untuk mempertanyakan hal ini, karena dia sama sekali tidak memedulikan akan Retta yang marah padanya sebab apa yang dia lakukan bukan sebuah hal yang salah.