"Oke, gue langsung ke sana sekarang. Sebisa mungkin jangan sampai ada keributan, karena bagaimana pun kita dan mereka itu sama." Retta mengingatkan agar hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Gue akan coba tahan anak-anak, tapi gak tahu dengan mereka." Rachel tidak tahu apakah dirinya bisa menuruti apa yang sudah Retta ucapkan, karena dia tidak bisa menahan emosi mereka.
"Ya udah, gue ke sana sekarang."
"Hati-hati di jalan."
"Iya."
Setelah itu Retta melangkahkan kaki sambil menggunakan helm full face-nya, dia naik ke motor dan langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi setelah dia menghidupkan mesin motornya.
Langit yang bertabur bintang dengan angin sejuk yang berhembus sangat terasa menembus kulit-kulit tubuh Retta yang tidak tertutupi oleh apa pun, meski hanya di bagian tangannya, tapi udara dingin itu begitu terasa.
Jari lentik nan indah milik Retta sekarang tengah menarik gas dengan beberapa kali dia memainkan kopling-nya. Melajukan motornya dengan kecepatan tinggi memecah suasana dingin yang menyatu di malam yang hampir menuju puncaknya.
"Arhh!" teriak Retta kaget saat dia tidak sengaja stang motornya menyenggol spion mobil.
Retta mengedarkan pandangannya, tapi karena sekarang dia sedang sibuk, maka dia lebih memilih untuk terus melajukan motornya. Orang yang mengemudikan mobil itu tidak diam saja, karena dia tidak terima dengan kejadian barusan.
Mereka banyakan?
Retta merasa begitu terkejut saat meliht 3 mobil yang sedari tadi mengikutinya. Pikirannya sekarang menjadi bercampur aduk, sebab dia memikirkan kesalahannya dan juga waktu yang tidak mungkin bisa dia tunda.
Untuk kali ini, sorry gue gak tanggung jawab. Kapan-kapan gue tanggung jawabnya.
Setelah itu Retta memilih untuk putar balik dengan jalur yang otomatis menjadi berbeda. Hal ini dia lakukan karena dia tahu bahwa mobil mereka tidak bisa dengan mudah untuk pindah jalur seperti sekarang.
Ditakutkan mereka yang masih mampu mengejar, pada akhirnya Retta memilih untuk melewati sebuah gang yang tidak akan bisa dilalui oleh mobil. Fokusnya sekarang adalah dia yang sampai dengan waktu cepat menuju ke Basecamp.
*****
Dugaannya benar, ternyata sekarang mereka sedang berkelahi. Memang Retta datang lebih lambat dari perkiraannya, karena hal tadi, apalagi kalau dia memilih untuk menyelesaikan masalahnya, maka akan jauh lebih lama lagi.
"Berhenti! Apa yang kalian inginkan? Gue ada di sini!" teriak Retta dengan begitu lantang.
Mereka yang kaget mendengar teriakan tersebut sontak menjadi berhenti berkelahi dengan pandangan yang teralihkan menuju ke arah dari mana mereka mendengar suara tersebut.
Seorang perempuan yang sekarang tengah menggunakan jaket jeans dengan bawahan celana jeans hitam dengan sepatu jenggel melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Retta berada.
Tatapannya begitu tajam dan begitu menunjukkan ketidaksukaannya pada Retta. "Di mana tanggung jawab lo?" tanya seorang perempuan bernama lengkap Irene Deamona Cillia.
"Tanggung jawab gue tidak perlu gue tunjukkan di hadapan lo bukan?" tanya balik Retta dengan ekspresi yang sangat serius.
Seberapa besar tanggung jawab yang dia miliki terhadap Black Motor Girl, tidak akan berarti apa-apa di mata Irene, karena dia tahu bahwa Irene begitu tidak suka pada dirinya, sehingga apa pun yang dia lakukan tidak akan ada artinya.
"Dengan lo yang mempermasalahkan kejadian sepele anak BMG sampai lo menghajar mereka habis-habisan?" tanya Irene yang menyudutukan Retta pada suatu kejadian.
Kejadian yang Irene maksud saat ini adalah kejadian di mana Retta berkelahi dengan 3 anak BMG, sebab anak BMG yang sudah menyenggol motor Retta di jalanan.
"Di mata lo bisa saja sepele, tapi saat tahu alasannya, hal itu tidak menjadi sepele." Retta tahu sebenarnya mereka itu sengaja berniat untuk mencelakai dirinya, karena mereka yang tidak suka pada dirinya.
Sebuah senyuman miring tercetak di bibir Irene. "Hal seperti itu lo anggap tidak sepele, tapi kasus Florist lo anggap biasa saja, bahkan sampai lo dukung?" tanya Irene yang kembali menyudutkan Retta dalam hal ini.
"Sebenarnya lo sama mereka sekongkol kan untuk menjatuhkan Kak Florist agar kepemimpinan BMG berpindah ke tangan lo?" tanya Retta yang diiringi dengan tatapan penuh dengan keyakinan serta semburat kesenangan saat melihat Irene yang terdiam kebingungan.
Satu langkah Retta lakukan, dia menatap perempuan yang ada di hadapannya dengan penuh keseriusan. Ditatap balik oleh Irene tidak membuat tatapan tajam Retta luntur begitu saja, dia sama sekali tidak takut menghadapi Irene.
Dua perempuan dengan postur tubuh yang tidak jauh berbeda, tatapan tajam yang masing-masing miliki, serta sikap keras kepala yang begitu melekat membuat tatapan tajam mereka begitu fokus pada netra lawan tatapnya.
Melihat dua perempuan yang disegani dan juga dihormati oleh masing-masing kubu yang sebenarnya mereka adalah anggota Black Motor Girl membuat mereka penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutanya.
"Akan gue buktikan kalau Kak Florist memang tidak salah dan kalian ada skandal dengan Pinky Ladies!" tekan Retta dengan tatapan yang tidak terlihat gentar serta takut meski dia dianggap membela seorang pembunuh.
Sebenarnya apa masalah yang sebenarnya, kenapa mereka yang sama-sama anggota Black Motor Girl menjadi terpecah?