Aku terbangun sore itu setelah mendengar suara nada dering dari ponsel milikku, yang ditaruh di samping bantal oleh Syahrul sebelum ia pamit pergi meninggalkan aku untuk istirahat, yang sepertinya dari suara lagu yang diputar adalah dari Edi, suamiku.
Aku segera mengambil ponselku dan melihat rupanya itu adalah panggilan video dari Edi, suamiku. Aku segera menekan tombol menerima panggilan agar tersambung dengan koneksi video call dari Edi.
"Hallo sayang.." ujarku dengan suara yang lemah karena masih agak mengantuk dan menahan nyeri.
"Hallo Vita.. Lho??!! Kamu kenapa sayang??! Kenapa mukamu babak belur begitu??!! Apa yang terjadi sayang??! tanya Edi dengan muka panik dan khawatir yang terlihat di layar ponselku saat kami malakukan telepon video.
"Saayaaaanngg.. Huuu.. Huuu.. Huuu.. Aku dipukuli.. Huuu.. Huuu.. Huu..." ujarku sembari mulai menangis.
"Hah!! Kamu dipukuli?! Brengsek!! Siapa yang berani memukul istri dari Edi Wirya Kusuma.. Kasih tahu siapa namanya malam ini dia akan mati dan hilang jasadnya dari muka bumi!!" Ujar Edi dengan tegas dan mulai marah melihat aku menangis dan juga mendengar penyebab mukaku babak belur adalah dipukuli orang.
"Huu.. Huu.. Jangan.. Huu.. Huuu. Hhhuuu.. Jangan kamu bunuh.. Huuu.. Huu.. Hhuuu.. Keenakan buat dia.. Hhhuuuu.. Hhuuu.. Hhuuu.. Bikin dia sengsara.. Huu.. Hhuuu.. Hhhuuu.. Seumur hidup.. Huuu.. Huuu.. Huuuu.. Aku ga rela tu orang langsung mati.. Huuu.. Huu.. Hhuuu" ujarku meminta agar Edi jangan membunuh orang yang menganiayaku karena itu merupakan balasan yang tidak setimpal dan aku tidak puas.
"Keenakan? Bikin sengsara seumur hidup? Oke.. Aku akan ikuti kemauanmu.. Yang penting.
Sekarang kamu kasih tahu kepadaku.. Siapa yang berani memukulimu.. Oke?" pinta Edi kepadaku untuk memberitahu siapa pelaku pemukulan sadis kepada diriku.
"Hhuuu.. Huuu.. Huuu.. Tapi kamu janji ya.. Huuu.. Huuu.. Huuu.. Jangan bunuh dia.. Huuu.. Huuuu.. Uuuuu.. Oke? Hhuuuu.. Uuuuu... Hhwuuuu.." pintaku untuk Edi agar berjanji tidak membunuh pelaku pemukulanku masih dengan terisak- isak.
"Iya sayang.. Cintaku.. Love of my life.. My sunshine.. Aku janji.. Kamu minta aku bikin orang itu sengsara, gimana cara nyiksanya, aku akan penuhi sesuai maumu.. Oke? Sekarang yang penting.. Kamu kasih tahu aku siapa orangnya. Aku pasti selalu dipihak kamu." Bujuk Edi kepadaku untuk memberitahukan siapa yang telah membuat mukaku menjadi babak belur begitu.
"Ardi sayang.. Dokter Ardi yang aku benci itu yang menganiaya diriku." jawabku memberitahukan bahwa Ardi Julius Liem, atau Ardi, mantan gadunku yang telah menganiaya aku hingga aku babak belur.
"BRENGSEK SI ARDI!! KALAU KAMU GA MELARANG AKU NGEBUNUH DIA AKU PASTI UDAH BAYAR ORANG BUAT BUNUH DIA SAYANG!!" teriak Edi penuh kemarahan mengetahui bahwa semua itu ulah Ardi.
"Iya sayang.. Ingat janji prenikah kita.. Kamu akan support aku buat bales dendam ke dia" ujarku mengingatkan Edi kembali mengenai janji dia untuk membantu membalaskan dendam ke Ardi setelah menikah dengan tempo harus terjadi sebelum 6 bulan pernikahan kami berlangsung.
"Pasti.. Pasti.. Apalagi ini sudah masalah pidana.. Dan dia berani menyentuh kamu, yang sudah jadi istri sah Edi Wirya Kusuma. Karena kasus pidana aku bisa diatas angin melawan Lydia.. Walau Lydia punya bekingan kuat di pemerintahan, tapi kalau sudah menyangkut pidana, ia tidak akan berkutik. Pemerintah sekarang juga cukup bersih, sehingga ga akan ada 'manuver aneh' di pemerintahan untuk bantu Lydia. Kamu sudah bikin visum dan lapor polisi? Kalau belum bikin ya.. Penting itu" tutur Edi menjelaskan bahwa ia akan membantu aku sekuat tenaga membalaskan dendamku ke Ardi dan memberitahu bahwa posisi kita diatas angin karena Ardi bikin masalah hukum.
"Sudah.. Aku sudah visum dan lapor. Di Polres dekat rumah sakit Bhayangkara Pusat. Temanku yang mengantar. Tapi.. Tadi malam kan kejadian di pesta Danu Bharata Putra. Apa masih bisa kita menang? Karena masuk ke pesta itu kan ponsel dan alat rekam ga boleh dibawa." Jawabku dan tanyaku kepada Edi mengenai peristiwa tadi malam.
"Hah?? Pesta orgy dong?? Nakal kamu ya.. Kalau aku tahu kamu ke pesta orgy aku pasti ga ngizinin. Kamu berhubungan intim dengan siapa aja? Jangan bilang sama Ardi dan si macan tua, Danu, ya?" tanya dan tebak Edi mengenai apa yang aku lakukan di pesta.
"Ngga.. Aku ga ngentot sama siapa- siapa di pesta.. Demi Tuhan deh, kalau aku bohong aku disamber petir." ujarku menyatakan dengan jujur bahwa aku tidak berhubungan intim dengan siapapun di pesta.
"Serius? Kamu diundang siapa ke pesta itu? Teman kamu?" tanya Edi penasaran dengan siapa yang mengundang aku ke pesta Oom Danu.
"Oom Danu yang ngundang" ujarku singkat.
"Hah.. Serius.. Oom Danu yang ngundang tapi dia ga ngajak kamu maen sama dia? Masa sih?" tanya Edi ga percaya.
"Swear deh sayang. Aku tuh hoki. Di pesta kok kebetulan ada pelayan namanya Callista. Dia mirip mukanya sekilas sama aku. Makanya ia ga ngapa-ngapain aku. Kita mesti berterimakasih sama Juju, asisten sekaligus temanku, kalau bukan karena dia, mungkin aku sudah di'pake' oleh Oom Danu" ujarku menjelaskan kenapa bisa Oom Danu tidak berhubungan intim denganku.
"Callista? Hmm.. Menarik.. Aku jadi pengen liat. Tapi nantilah itu, sekarang prioritasnya adalah masalah kasus penganiayaan yang kamu alami. Terus.. Si Ardi, kenapa dia bisa memukuli kamu? Dimana kejadiannya? Ada saksi ngga?" tanya Edi mencecarku dengan pertanyaan detil mengenai pemukulan yang dilakukan Ardi.
"Aku ga tahu alasan utamanya. Kejadiannya dikamar mandi. Tapi saat aku ke kamar mandi, ia ikut beberapa waktu kemudian masuk saat aku sedang dandan. Ia memaki dan menghina aku minta dibalikan semua barang yang ia berikan saat aku masih dipelihara oleh dirinya. Terus setelah agak lama kita beradu mulut, aku yang sudah capek dan ilfeel (hilang feeling) inisiatif untuk pergi keluar dari kamar mandi untuk meninggalkan dia. Tepat saat aku berjalan melewati dirinya, ia mencengkram tanganku dan mendorongku ke arah tembok kamar mandi sehingga aku membentur tembok dengan keras lalu jatuh tersungkur." ujarku menceritakan secara detail.
"Hah.. Kamu didorong sampai ngebentur tembok.. Brengsek tu orang. Lalu?" respon Edi mendengar ceritaku.
"Setelah aku jatuh tersungkur, ia mendekatiku, mencengkram lehernya dengan kuat memaksa aku bangun berdiri dengan kasar. Karena aku kesakitan dengan segala sisa kekuatanku aku bangun. Saat aku sudah bangun ia menampari mukaku berkali- kali hingga aku babak belur dan terakhir ia memukul perutku hingga darah muncrat dari mulutku. Saat ia hendak melanjutkan menyiksaku lagi, temanku yang rupanya didalam toilet karena buang air besar pas keluar dari toilet dan menendang Ardi hingga ia jatuh berguling- guling dan menyelamatkanku. Temenku itu yang jadi saksi dan penolongku. Nama temanku adalah Syahrul Gunawan Muller, pemilik perusahaan MOBI yang juga menemaniku ke pesta pora yang diadakan oleh Oom Danu karena aku mengajaknya. Begitu cerita detilnya sayangku." ujarku menceritakan kronologis kejadian dengan sangat mendetil kepada suamiku, Edi.
"Oke.. Aku sudah mengerti. Kurang ajar banget si Ardi. Ya sudah aku akan menghubungi mentor sekaligus paman dari Nirmala, pengacara terbaik di Indonesia, Tulang Frieza Dakota Hutagalung. Ia adalah pengacara utama keluarga kita, dan juga ketua perkumpulan pengacara seluruh Indonesia. Aku akan persiapkan dia untuk membantumu atau minimal mengirimkan anak buah terbaiknya. Kamu sekarang istirahat saja ya. Karena kamu sedang sakit begini nanti sore aku akan ke Jakarta menjemputmu. Aku akan mengawalmu pulang besok ke Aceh dan lusa kita pergi ke Thailand" ujar Edi menjelaskan rencananya kepadaku.
"Hah kesini? Naik apa? Kamu mendadak begini apa bisa dapet tiket pesawat sayangku?" tanyaku kepada Edi.
"Ini aku sudah mengasi perintah keasistenku untuk menyewa pesawat pribadi dan setelah rapat aku akan langsung pergi ke bandara untuk terbang menjemputmu." ujar Edi kepadaku menjelaskan bagaimana cara ia pergi ke Jakarta.
"Wah pesawat pribadi? Aku mau dong naik pesawat itu.. Aku belum pernah naik pesawat pribadi.. Bosan naik pesawat komersil melulu" pintaku kepada Edi.
"Oo.. Kamu mau naik pesawat pribadi? Ya sudah tiketmu besok aku cancel saja dan kita akan kembali ke Aceh setelah ibadah Jumat selesai. Oke?" seru Edi mengabulkan permintaanku untuk naik pesawat pribadi.
"Oke.. Terimakasih ya sayangku" ujarku kepadanya.
"Iya sayang.. Ya sudah kamu istirahat. Kamu kan pasti masih sakit dan nyeri. Nanti kita ngobrol lagi saat aku sudah tiba di Jakarta. Oke? Aku kembali kerja dulu ya.. Bye.. Love you.." ujar Edi memintaku istirahat dan berpamitan kepadaku untuk menyudahi pembicaraan kami.
"Oke sayang.. Bye.. Love you too" ujarku sembari mematikan saluran sambungan telepon kami.
Seusai berbicara dengan Edi, aku kembali tidur karena masih nyeri dan letih dengan kejadian semalam. Agar bisa tidur, aku meminum obat penghilang rasa nyeri yang disediakan Syahrul di meja samping tempat tidurku sebelum ia pergi meninggalkan aku.
Aku tidur dengan nyenyak hampir 3 jam lamanya hingga aku dikagetkan oleh suara gedoran pintu dengan keras tanpa henti dan sepertinya tidak sabaran. Aku beranjak dari ranjangku dan bergerak ke layar interkom untuk melihat siapa yang terus menggedor paksa pintu unit apartemenku. Aku kaget saat melihat siapa sosok dibalik pintu depan unit apartemenku, orang yang menggedor- gedor pintu apartemenku adalah Ardi!
Ia berdua dengan seseorang yang aku tidak kenal dan berbadan tinggi besar serta berotot menemaninya mengunjungiku. Aku yang panik segera kembali ke kamar untuk menelepon Syahrul untuk meminta tolong.
"Hallo sayang ada apa telepon aku?" tanya Syahrul di ujung sisi lain saluran suara telepon kami.
"Tolong sayang.. Aku takut.. Ardi menggedor- gedor paksa pintu unit apartemenku bersama sesorang yang tidak aku kenal berbadan tinggi besar.. Kamu kesini sayang.. Aku takut.." ujarku dengan panik memberitahu Syahrul bahwa Ardi menggedor- gedor pintu apartemenku.
"Hah.. Brengsek!! Mau ngapain orang itu ke kamu? Oke, tunggu ya sayang.. Aku akan ke sana naik motorku, kamu tunggu dan lapor keamanan diapartemen untuk naik ke atas.. Kamu kunci pintu kamar. 20 menit paling lama aku sampai. Oke?" perintah dan arahan Syahrul kepadaku.
"Oke sayang.. Aku akan telepon keamanan.. Tapi kamu cepat kesini." ujarku.
"Iya.. Aku kesana. Bye" ujarnya mematikan hubungan telepon kami.
"Halo customer service tower Diamond?" ujarku menelepon customer service tower apartemen tempatku tinggal.
"Iya bu.. Dengan Dewi berbicara, ada yang bisa saya bantu" ujar seorang wanita menjawab panggilanku dari ujung lain saluran telepon yang aku hubungi.
"Iya mbak Dewi.. Tolong kirim security 3 atau 4 orang ke lantai 35 ke unit 30A03, ada dua orang jahat berusaha menerobos ke unit saya dengan paksa" ujarku kepadanya.
"Baik bu akan saya segera hubungi ya bu pos security. Ditunggu ya bu" jawab Dewi menanggapi permintaanku.
"Sekarang ya mbak.. Nyawa saya terancam.. Mbak aka berurusan dengan polisi kalau ada apa- apa dengan keselamatan saya"
"Baik bu, sekarang juga saya akan kirim" ujar Dewi singkat dan tegas.
"Terimakasih" ujarku mematikan telepon sembari mngunci pintu kamarku dari dalam.
Braakkkk!!! Suara keras pintuku dibobol dan dirusak paksa oleh Ardi dan temannya.
"VITA!!! KELUARLAH!! AKU TAHU KAMU DIDALAM!! KALAU KAMU NGGA KELUAR KAMAR AKU AKAN MASUK DENGAN PAKSA DAN MEMBUNUHMU!!" Ancam Ardi dengan perasaan penuh emosi dengan suara keras dan lantang masuk ke dalam unit apartemenku setelah sebelumnya ia merusak dan membobol pintu masuk unit apartemenku.