Aku yang ketakutan tidak berani bersuara lalu dengan cepat menekan tombol rahasia di atas tepi kepala dipan kasurku. Setelah aku tekan munculah sebuah alat penggeser tepi kasur, segera aku geser, dan setelah bergeser dipan kasurku itu sekarang didepanku ada rongga kosong tersembunyi dibalik dipan kasur yang muncul didepanku.
Aku segera masuk ke rongga kosong itu, rongga kosong yang dibuat agar muat untuk tubuhku seorang bersembunyi didalamnya. Sebenarnya dipan ini sudah ada sejak aku kembali dari Makassar. Aku membuatnya karena takut apabila keluarga ayah tiriku itu mencariku untuk membalas dendam atas apa yang aku lakukan kepada ayah tiriku itu.
Namun hingga aku lulus dari akademi keperawatan (akper) dan sudah menjadi seorang perawat, aku masih belum perlu menggunakan rongga rahasia ini. Hingga akhirnya saat ini aku terpaksa menggunakannya walau bukan untuk bersembunyi dari keluarga ayah tiriku, melainkan untuk bersembunyi dari mantan gadunku, Ardi.
"VITA!! DIMANA KAMU!! CEPAT KELUAR!!" Teriak Ardi saat didalam ruang tamu sekaligus dapur dan ruang tengah apartemenku.
Prang.. Prang.. Suara barang pecah belah terdengar dibanting oleh Ardi yang sepertinya masih kesal dan menghancurkan semua benda yang dilihatnya dari suara yang terdengar dari rongga rahasia dibalik dipan ranjang tempatku bersembunyi.
"Bos.. Kamar ini dikunci? Bagaimana?" tanya seseorang dengan suara serak dan mengerikan yang sepertinya adalah bawahan Ardi bertanya dan melaporkan kepada Ardi bahwa kamar tidurku terkunci dari dalam dan apa yang harus dia lakukan.
"BOBOL SAJA PINTUNYA!! KENAPA GITU SAJA MESTI BERTANYA!!" Jawab Ardi dengan marah kepada anak buah berbadan tinggi besar itu diluar kamar tidurku.
"Maaf bos.. Siap akan saya bobol" ujarnya yang sepertinya akan segera menghancurkan pintu kamar tidurku.
"BERHENTI!! SIAPA KALIAN" Ujar suara yang tidak aku kenal dari mulut seorang pria ke 2 yang sepertinya penjaga keamanan apartemen
"APA YANG KALIAN LAKUKAN!! BERHENTI ATAU KAMI TINDAK TEGAS" teriak suara tidak kukenal dari mulut pria ke 3 yang sepertinya penjaga keamanan apartemen juga yang aku minta untuk datang.
"Hooo.. Kalian mau bermain denganku rupanya.. Ayo maju kesini!! Biar saya bikin babak belur kalian ber empat!!" suara serak pria tinggi besar bawahan Ardi, dari luar kamar tidurku, menantang para penjaga keamanan untuk berkelahi dengannya yang rupanya dari perkiraanku mendengar percakapan mereka penjaga keamanan yang datang ke unitku.
"CIATTTT!!!" terdengar dua suara berbarengan di kamar tamu unit apartemenku yang sepertinya petugas keamanan mulai menyerang perusuh diunitku
"HAP!! SHAAAAH!!" teriak balasan pria perusuh anak buah Ardi
Brakkk!!! Brukkk!! Pranggg!! Terdengar suara benturan keras dan sebuah benda pecah dari luar kamar tidurku..
"HIAAAHHH!!! dua suara lain terdengar bebarengan seperti perkelahian antar anak buah Ardi dan ke 4 petugas keamanan apartemen tempat aku tinggal.
"Aarrghhh.." Erang salah satu suara petugas keamanan.
"Addduuuhhh.. Akkhhhh!!" suara lain terdengar.
Kedubrakkk!! Brakkk!! Bruukkk!! Pranggg!!! Brakkk!! Pranggg!!! Bertubi- tubi suara benturan dan pecahan dari luar kamar tidurku terdengar.
Sudah hampir seperempat jam sudah sejak aku menelepon Syahrul.. Dan suara keras perkelahian antara petugas keamanan dengan anak buah Ardi yang tadinya terdengar berubah menjadi sunyi tiba- tiba.
"Huahahahaha.. Segini saja kemampuan kalian!! Lemah Kalian!! Kalian pikir kalian siapa berani- beraninya melawan Jarwo, ketua preman di wilayah Bekasi. Hahaha.." ujar anak buah Ardi yang rupanya ketua preman yang namanya sering muncul di media massa karena perbuatan kejinya membuat onar tatanan masyarakat serta selalu berhasil lolos dari tangan penegak hukum
"Ampun Bos Jarwo.. Kami menyerah!! Jangan sakiti kami!!" ujar salah satu petugas keamanan Apartemen meminta ampun kepada Jarwo.
"Iya ampunin kami bos.. Kami hanya pekerja kecil" timpal salah satu petugas keamanan mendukung kata- kata temannya untuk meminta ampunan kepada Jarwo.
" Ga akan saya ampuni!! Dua teman lemah kalian sudah tak sadar diri, sekarang giliran kalian untuk mengikuti jejak mereka!! Hiaaaahhhh!!!" ujar Jarwo yang sepertinya akan menyerang dua petugas keamanan yang makin sadar agar pingsan seperti dua teman mereka.
Doooorrr!!! Doooorrr!! Dooorrr!! Tiba- tiba terdengar suara tembakan tiga kali diluar kamarku.
"Aaarrrghhhh!!!" teriak Jarwo mengerang kesakitan, sepertinya suara tembakan itu diarahkan kepadanya.
"Kaaaa.. Kaaa.. Kaaamuuu.. Kamu yang waktu itu di kamar mandi!! Ke.. Kenapa kamu bisa hadir disini!! Si.. Si.. Siapaaaa.. Kamuuu??!" teriak ketakutan Ardi kepada orang yang barusan menembak Jarwo.
Dari pertanyaan Ardi sepertinya orang yang barusan melakukan penembakan adalah Syahrul, hal itu membuat aku lega.
"Gue Syahrul!! Berani- beraninya lu bikin onar di tempat cewek gue!! Mau mati lu!!" ujar Syahrul kepada Ardi.
"Ceee.. Ceee.. Ceeweek lu? Mmaaaa.. Maaf mas.. Ampuni saya.. Jangan tembak saya.." ujar Ardi ketakutan.
"Kali ini lu gue maafin.. Tapi kalau sekali lagi muka lu muncul dihadapan gue bakal gue habisin seperti orang tolol berbadan gede itu!! Pergi lu sana!! Dan bawa pergi anak buah badan gede ga berguna lo itu sebelum gue berubah pikiran!!" ancam Syahrul kepada Ardi.
"Bbbb... Baaaik Mas.. Kami akan pergi" ujar Ardi
"Jaaa... Jaaangan.. Tembak.. Saya lagi mas.. Ampun.. Saya nyerah.. Ayo bos kita pergi.. Aaadduuuuhh.. Duuuh.. Pelan- pelan bos bantu saya.." ujar Jarwo.
"Udah diam lu!! Tahan dikit!!" ujar Ardi yang sepertinya membantu Jarwo untuk pergi dari unitku.
"Kalian ga apa- apa?" tanya Syahrul kepada dua petugas keamanan setelah Ardi dan anak buahnya pergi dari unit yang aku tempati.
"Alhamdulillah mas.. Masih hidup.. Terimakasih mas"
"Iya mas.. Terimakasih.. Berkat mas kita berdua terselamatkan nyawanya.." ujar petugas keamanan satu lagi kepada Syahrul.
"Baik kalau begitu, kalian panggil teman- teman kalian buat memapah kalian dan dua teman kalian yang pingsan itu. Dan tolong panggilkan petugas kebersihan" perintah Syahrul kepada dua petugas keamanan didepannya itu.
"Siap mas.. Akan kami hubungi via 'Handy Talkie'" jawab salah satu petugas keamanan kepada Syahrul.
"Oke.. Saya akan urus teman saya dulu.. Kalian bereskan urusan kalian" ujar Syahul
"Baik mas"
"Vita!! Vita!! Kamu dimana sayang??!! Kamu didalam kamar??" teriak Syahrul sembari mengetuk pintu kamar tidurku.
"Iya Syahrul.. Aku didalam.. Sebentar aku keluar" jawabku kepada Syahrul sembari keluar dari rongga tersembunyi di balik dipanku.
Klek.. Pintu kamar tidur aku buka dari dalam. Ruangan depan unit apartemenku terlihat berantakan, meja lipat patah berkeping- keping, kaca- kaca lemari pecah, piring dan gelas pecah dan berserakan dilantai, televisi layar datarku ukuran 20 inchi yang tertempel di dinding pecah, dan pintu balkon belakangku yang sebagian dari kac juga pecah. Selain berantakan tampak banyak noda darah yang berceceran di lantai akibat pertarungan sengit Syahrul dan petugas keamanan melawan Ardi dan seorang anak buahnya.
"Sayang.. Kamu ga apa- apa kan?" tanya Syahrul khawatir sembari mendekatiku yang masih terdiam didepan pintu kamar tidur.
"Puji Tuhan.. Aku baik- baik saja yang.. Untung kamu cepat datang, kalau ga aku ga tahu gimana nasibku" jawabku.
"Syukurlah.. Kalau kamu baik- baik saja" ujar Syahrul dengan muka lega setelah memastikan aku aman.
"Iya sayang.. Tapi aku takut tinggal di apartemen untuk saat ini.. Aku mau beberes pakaian dan barang- barang dahulu ya.. Kamu bisa ga antar aku ke hotel?" ujarku mengeksperesikan rasa kekhawatiranku kejadian ini bisa terulang lagi.
"Bisa.. Aku akan antar"
"Pak.. Bu.. Saya permisi membawa teman- teman saya yang luka ke klinik ya.." ujar salah satu dari beberapa petugas keamanan apartemen yang baru datang setelah dipanggil temannya via 'handy talkie' kepada kami.
"Oke.. Terimakasih ya pak.. Kalau ga ada kalian saya mungkin sudah mati" ujarku sembari memberikan beberapa amplop berisi sejumlah uang senilai 1 juta ke masing- masing petugas yang terluka, yang aku ambil sebelum aku keluar dari kamar tidur, sebagai bentuk terimakasih dan kepedulianku kepada mereka dan untuk biaya pengobatan.
"Iya bu.. Itu sudah tugas kami.. Sebenarnya ibu ga perlu repot- repot sampai memberikan kami ini" ujar salah satu petugas yang sadar sekaligus aku titipi uang diamplop untuk kedua temannya yang pingsan.
"Ngga apa- apa.. Ini anggap saja uang untuk mengobati luka- luka kalian" ujarku.
"Terimakasih ya Bu.. Terimakasih banyak.. Kami permisi ya bu" ujar petugas penjaga keamanan lainnya yang bernama Tugiyo.
"Oke.. Hati- hati dijalan. Semoga ga ada cedera yang serius ya pak dipemeriksaan di klinik nanti" ujarku kepada mereka.
"Aamin.. Terimakasih bu" ujar mereka meninggalkan unit apartemenku.
"Vit.. Kamu beres- beres gih.. Biar gue ngawasin petugas kebersihan membereskan apartemen lu" perintah Syahrul kepadaku.
"Oke sayang. Gue beres- beres dulu ya.." ujarku sembari masuk ke kamar untuk mengepak pakaian dan barang- barang yang akan aku bawa ke hotel sekaligus buat ke Thailand.