Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 68 - Dianiaya oleh Ardi

Chapter 68 - Dianiaya oleh Ardi

"Apa maksudmu? Jazz jingga itu kan di bpkb dan stnk atas namaku.. Ga bisa kamu akui sebagai milikmu!" Ujarku medebat makian dirinya.

"Brengsek kamu! Uang untuk membelikan jazz itu kan uangku! Jadi itu milikku!" hardik Ardi dengan keras dan ngotot meminta agar aku menyerahkan jazz yang dia belikan untukku atas namaku.

"Walau uangmu tetap saja itu milikku, kan nama di bpkp dan stnk tertera namaku, ya pemilik sahnya aku! Lagian kamu ngapain ngotot banget si pingin ngambil balik sesuatu yang kamu berikan! Jatuh miskin kamu?! Bangkrut ?! Ga ada duit lagi?! Sampai cuma beberapa ratus juta aja dipersoalkan!! Malu- maluin.. Laki- laki macam apa kamu!" ujarku kepada Ardi dengan emosi.

"Lancang mulutmu ya! Kalau bukan perempuan sudah aku hajar kamu sampai mampus!!" ujar Ardi dengan emosi.

"Huh.. Bilang aja lemah! Ga usah pakai alasan jenis kelamin deh!!" ujarku penuh provokasi kepada Ardi.

"Bangsat!! Pokoknya, gue minta balikin jazz gue, Iphone max pro yang gue berikan!! Kalau ga.. Gue bakal.." Pinta Ardi dengan keras kepadaku sembari menunjuk- nunjuk telunjuknya ke arah mukaku.

"Gue bakal apa?!! Hah!! Gue bakal pukul ?!! Bisa lo mukul perempuan??!! Hah??!! Dasar banci lu!! Katanya ga bakal mukul perempuan!! Cuma laki- laki banci yang berani mukul perempuan!!" Kataku memotong ucapan Ardi dan memakinya banci karena yakin bahwa ia akan mengancam akan melakukan tindak kekerasan padaku.

"Dasar Pelacur!! Jangan potong seenaknya omongan gue! Kalau gue mau mukul lu kenapa emang?! Lu, gue bunuh juga negara bersyukur!! Nyawa lu ga ada harganya! Sudah ga punya keluarga! Ga punya kerjaan tetap! Sampah masyarakat! Masih berani nentang gue!!" hina Ardi dengan sombongnya.

"Dasar banci!! Sok tahu kamu! Kata siapa saya ga punya keluarga! Saya ini sekarang sudah ada keluarga! Kalau kamu berani nyolek saya, jangankan kamu, Alice dan semua harta kamu bisa dihancurkan dengan mudah dengan keluarga saya! Dan kata siapa saya ga punya kerjaan tetap! Saya sudah kerja di Unit Bedah Jantung yang akan diresmikan dalam waktu dekat di RSUD Cikarang!! Enak saja menghina, dasar kamu laki- laki ga setia dan penjahat kelamin serta pengecut!!" balasku dengan emosi dan berdasarkan fakta atas hinaan yang dilontarkan Ardi kepada aku.

"Hahaha.. Dasar pelacur pembual.. Siapa yang mau menjadikan keluarga ke perempuan kotor seperti kamu!! Hahahaha.. Mimpi kamu!!" Bantah Ardi atas pernyataanku.

"Terserah kamu!! Aku ga butuh pengakuan kamu!! Cowok pengecut yang cuma berani main belakang!! Bisanya cuma bersembunyi dibawah ketiak istri!! Dan tukang Ghosting!!" makiku dengan penuh emosi sembari mengepalkan tanganku saking geramnya kepada Ardi mantan gadunku.

"Apa kamu bilang!! Bersembunyi dibawah ketiak istri!! Dasar sundal ga tau terimakasih!! Kamu lupa kalau 6 bulan lalu kalau bukan jasa kebaikanku kamu ga bakal punya pekerjaan!! Mungkin kamu cuma bisa melacur dijalan- jalan menjajakan diri seperti sekarang!!" Ujar Ardi tidak terima dengan makian dan hinaanku dan balas menghinaku serta mempermasalahkan 'jasanya' yang menurut dirinya membuatku bisa kerja di Tunggal Hospital.

"Ahh sudahlah!! Capek aku adu debat dengan laki- laki seperti kamu!! Mulutnya lebih cerewet daripada cewek!!" ujarku kesal sembari melangkah dari depan kaca wastafel dan berjalan melewati samping Ardi untuk keluar dari kamar mandi.

"MAU KEMANA KAMU!! SIAPA YANG NGIZININ KAMU PERGI" ujar Ardi sembari mencengkram lengan kiriku lalu mendorong aku hingga aku terhempas ke ujung tembok dibelakangku.

Bruaakkkk!! Aku menghantam tembok dengan sangat keras akibat ulah Ardi mendorongku dengan paksa yang awalnya hendak pergi meninggalkannya karena sudah lelah berdebat kusir dengannya.

"ADDDUUUUHHHH!!!" Teriakku kesakitan saat kepala dan punggungku membentur keras tembok kamar mandi yang ada dibelakang.

Kepala dan punggungku terasa sakit sekali disertai rasa pusing berputar di mata dan kepalaku. Air mataku langsung menetes dari kedua mataku karena rasa sakit luar biasa akibat terbentur tembok.

"HAH!! DRAMA KAMU!! PAKE PURA- PURA NANGIS DAN KESAKITAN!! DASAR PELACUR!!" Ujar Ardi sembari mendekati aku yang jatuh terduduk didepannya.

Ia langsung mencengkram kuat leherku dengan tangan kanannya dan menarik paksa membangunkanku. Aku yang kesakitan karena merasa tercekik terpaksa bangun dengan sisa- sisa kekuatanku karena ketakutan dengan ulah Ardi yang seperti kesetanan.

"DASAR SUNDAL BRENGSEK!! WANITA ULAR!! WANITA GA PUNYA HATI SOK PURA- PURA MENANGIS!! BINATANG KAMU!!" Ujar Ardi sembari mencengkram leherku dengan kencang dan muka merah penuh emosi dan sepertinya sudah dikuasai setan dalam setiap tindakannya.

"Hikk.. Hiikkk.. Ampun Ardi.. Jangan siksa aku.. Sakiiitt.. Ammmpuuuun.. Hikkk.. Hikkkk" aku memohon sembari menangis dan menahan sakit di kepala dan juga leherku yang sekarang sedang dicengkram oleh Ardi.

"SIKSA!! KAMU PIKIR AKU DARI TADI MENYIKSA KAMU!! INI BUKAN APA- APA!! HABIS INI AKU AKAN MEMBUAT MUKAMU HANCUR SEHINGGA SEMUA ORANG JIJIK SAMA KAMU!!" Teriak Ardi didepan mukaku dengan sadisnya.

Ia lalu menampar berkali- kali mukaku dengan tangan kirinya yang membuatku makin menangis..

"Huuu.. Huuu.. Huuu.. Ampun.. Ampun.. Sakit.. Ampun.. Huuu.. Huuu.. Hhuuuu.. Stop.. Ampuni aku.. Hhuuu.. Hhuuu.. Hhhuuu." pintaku kepada Ardi yang malah membuatnya makin bringas dan terus menampar mukaku makin keras.

Setelah mukaku menjadi babak belur ia memukul perutku dengan sangat keras hingga aku memuntahkan darah.

Brakkkk!!! Pintu salah satu bilik toilet tiba- tiba terbuka disaat Ardi akan memukul lagi tubuhku yang sudah lunglai dan hampir jatuh pingsan. Sesosok laki- laki tiba- tiba melakukan tendangan samping sembari melompat keluar dari balik salah satu bilik toilet. Tendangan tiba- tiba yang berlangsung sangat cepat dan tiba- tiba itu membuat Ardi terjatuh terguling- guling.

Aku yang hampir jatuh langsung dipeluk dengan cepat agar tidak jatuh, rupanya laki- laki itu adalah Syahrul yang dari tadi sedang buang air besar.

"Kamu tidak apa- apa sayang? Maafkan aku tidak menyadari kalau kamu sedang disiksa seseorang karena asik pup sembari menonton film di ponsel dan menggunakan airpods ku.. Saat aku selesai pup dan mematikan suara airpodsku mendengarmu menangis dari dalam bilik toilet aku segera bereaksi dan saat melihat kamu dipukuli aku langsung tendang dia.." ujar Syahrul menjelaskan sembari memelukku erat.

"Huu.. Huu.. Huu.. Sayang.. Sakit.. Huu.. Huu.. Sakit.. Huu.. Huu.. Huu.." isak tangisku sembari mengatakan sakit kepada Ardi akibat disiksa oleh Ardi.

"Sssi.. Sii.. siapa.. Kaa.. Kaa.. Kamu?" tanya Ardi yang masih dilantai sembari merasa syok dan ketakutan atas apa yang baru menimpanya tiba- tiba, ditendang dengan keras seorang pria muda yang membuatnya jatuh berguling- guling.

"Heh.. Aku pacarnya Vita!! Pergi kamu kecuali kamu mau saya hajar sampai babak belur!!" ujar Syahrul memberi ancaman kepada Ardi.

Ardi yang ketakutan langsung bangun dan berlari kabur persis saat Oom Danu masuk ke dalam kamar mandi.

"Lho.. Dokter Ardi.. Mau kemana buru- buru gini?" Sapa dan tanya Oom Danu.

Ardi yang ketakutan dengan Syahrul tidak menjawab serta mengacuhkan pertanyaan Oom Danu dan memilih untuk tetap kabur meninggalkan kami bertiga.

"Lho Vita!! Muka kamu kenapa? Ada apa ini?" tanya oom Danu dengan kaget melihat kondisiku yang babak belur karena dipukuli dengan sadis oleh Ardi.

"Dia baru saja dihajar habis oleh laki- laki brengsek yang barusan lari keluar meninggalkan kamar mandi oom!!" ujar Syahrul menjawab pertanyaan oom Danu sembari membopong tubuhku yang sudah lemas tak berdaya.

"Hah!! Dr Ardi yang melakukan ini??!! Brengsek tu dokter berani main tangan dengan perempuan!!" Seru Oom Danu dengan penuh emosi setelah mendengar penjelasan Syahrul.

"Dia dokter?" tanya Syahrul kepada oom Danu.

"Iya.. Dia dokter yang menangani kasus kaki diabetes adik ipar saya dan juga memasang cdl buat cuci darah kakak saya." Oom Danu menjelaskan mengenai pekerjaan Ardi.

"Gila!! Ada ya dokter yang brengsek dan sadis kaya gitu.. Ga nyangka sebagai dokter yang merupakan pekerjaan mulia ia melakukan tindakan sadis macam ini, ke perempuan lagi" ujar Syahrul kepada oom Danu.

"Iya.. Ga nyangka ada oknum dokter sesadis itu.." timpal Oom Danu.

"Sayang.. Aku antar kamu ke rs ya.. Kamu sampe sembab dan luka- luka begitu.." Syahrul menawarkan aku untuk pergi berobat.

Aku yang sudah lemas dan tidak ada tenaga hanya bisa mengangguk lemah tanpa sanggup berbicara. Oom Danu yang tidak tega melihat keadaanku juga membantu membopong badanku bersama Syahrul untuk dibawa ke mobil ferrari milik Syahrul.

Saat melewati ruang klub, Junior yang melihat aku dibopong oleh oom Danu dan Syahrul langsung inisiatif mendekat ke kami.

"Astaga.. Kenapa kamu jadi babak belur begini Vit?" ujar Junior yang karena panik dan khawatir tidak menggunakan bahasa ala bencongnya seperti biasa.

"Dia dipukuli oleh dr Ardi. Kamu lihat dia dimana?" Oom Danu menjelaskan kejadian kenapa aku bisa babak belur begitu dan menanyakan dimana Ardi berada.

"Hah?! Ardi!! Pantas dia tadi lari dengan muka gugup ke mejanya mengambil barang bawaannya lalu bergegas pergi. Tau- taunya karena habis mukulin Vita.. Bajingan!!" ujar Junior dengan kesal.

"Juju.. Kamu bantu bopong Vita.. Saya mau panggil manajer untuk menyudahi pesta. Sudah ga benar ini pesta. Padahal kapolda metro sudah mewanti- wanti agar jangan terulang lagi kejadian penganiayaan di pesta saya seperti tahun- tahun sebelumnya atau akan menindak tegas pelaku penganiayaan, eh.. malah ada 'orang baru' yang melanggar!! Berengsek!!" seru oom Danu.

"Baik Oom" ujar Juju sembari bertukar tempat dengan Oom Danu untuk membopongku.

"Dimana ya rs terdekat?" tanya Syahrul ke Juju meminta saran kepadanya terkait rs mana yang terdekat.

"Saranku.. Bawa Vita ke rumah sakit Bhayangkara Pusat saja.. Disana aku punya kakak sepupu dokter IGD, namanya Rahman yang kebetulan doi dinas malam ini dan biar sekalian divisum. Setelah selesai pengobatan kalian langsung ke kantor polisi melaporkan kejadian. Abis ini gue wa ke dia deh buat nitipin lo" ujar Junior menyarankan sembari membantu mengangkat aku dan mendudukan ke kursi depan Ferrari merah Syahrul

"Oke bro.. Makasih sarannya" ujar Syahrul sembari mengajak Junior berjabat tangan setelah selesai mengangkatku agar bisa masuk dan duduk didalam mobil mewah miliknya.

"Santai bro.. Vita temen gue.. Sudah sewajarnya gue bantu dia.." ujar Junior menerima uluran tangan Syahrul untuk berjabat tangan.

Aku dan Syahrul segera melaju kencang meninggalkan tempat pesta Oom Danu. Ia khawatir sekali dengan keadaanku dan berkali- kali menanyakan keadaanku.

Saat ditengah perjalanan aku teringat bahwa aku memakai pakaian yang tidak pantas untuk dilihat khalayak ramai maka aku meminta Syahrul untuk mampir ke apartemenku yang berada ditengah antara klub tempat oom Danu berpesta pora dan Rumah Sakit Bhayangkara Pusat yang berada di daerah Timur.

"Sayang.. Aku wajib berganti baju.. Minimal ambil beha dan ganti celana dalam. Celana dalamku ada lubang ditengahnya.. Aku ga mau dianggap pelacur oleh orang rumah sakit Bhayangkara, dan kasian nama suamiku bisa jadi tercemar." pintaku kepadanya.

"Oke sayangku.. Kita mampir ke apartemenmu, nanti aku ambilkan beha dan celana dalam ganti. Kamu punya celana 'training'? Mungkin selain pakaian dalam aku akan bawakan celana training dan kaus oblong. Kamu ganti di mobil saja, nanti aku bantu, ga akan terlihat juga dari luar karena sangat gelap kaca filmku." jawab Syahrul kepadaku

"Ada sayang.. Kamu cari aja dilemari, ini kunci utama, dan kunci kamarku. Terimakasih ya sayang" ujarku dengan suara lemah sembari memberikan kunci apartemenku ke Syahrul.

Perbuatan keji nan jahat Ardi yang melakukan penganiayaan fisik kepadaku membuat rasa benciku kepada Ardi semakin besar. Aku bertekad membalaskan dendamku kepada Ardi. Ia harus menerima semua ganjaran atas perbuatannya, bahkan kalau perlu mendekam di penjara.

Pagi dini hari sekitar pukul setengah tiga yang sepi dan dingin, mobil ferrari SF90 Stradale merah milik Syahrul telah parkir di pelataran parkir apartemenku, dia turun sendiri untuk mengambil pakaian ganti untukku. Tidak sampai setengah jam ia telah kembali ke mobil dan memberikan pakaian ganti kepadaku.

Aku segera mengganti celana dalam, memakai bra, dan memakai kaus oblong hitam dan celana training hitam dibantu oleh Syahrul didalam mobilnya. Setelah aku selesai mengganti baju, Syahrul segera melanjutkan perjalan kami menuju rumah sakit Bhayangkara Pusat di daerah Timur.

Sesampainya disana sekitar pukul setengah empat pagi lewat sedikit, kami segera disambut dengan baik oleh dr Rahman dan timnya, dokter di igd yang sekaligus sepupu Junior, dan segera dilakukan penanganan lebih lanjut. Selain itu kami juga diperiksa oleh tim forensik untuk membuat laporan visum et repertum¹ yang kemungkinan akan dibutuhkan penyidik polri bila kami meneruskan masalah ini ke jalur hukum. Setelah semua pemeriksaan dan pengobatan selesai dilakukan, didapatkan aku hanya mengalami luka luar dan tidak perlu dirawat, sehingga aku diizinkan pulang setelah sekitar 3 jam aku menerima pemeriksaan dan pengobatan di rs bhayangkara pusat.

¹Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan.

Setelah selesai urusan kami di rumah sakit Bhayangkara Pusat kami segera melanjutkan perjalanan ke polres terdekat untuk melaporkan dan membuat aduan terkait tindak kekerasan yang baru menimpaku. Sesampai di Polres setempat kami segera menuju SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) untuk memberi pengaduan dan pelaporan.

Kami diterima oleh seorang polisi perwira berpangkat inspektu satu yang sangat ramah dan perhatian. Setelah selesai melaporkan kejadian itu, aku diantar Syahrul kembali ke apartemenku untuk beristirahat.

Tepat pukul sembilan pagi aku sampai di apartemenku, dibantu seorang penjaga keamanan, Bu Jamilah, aku diantar menuju unitku menggunakan kursi roda. Setelah membantuku untuk merebahkan tubuhku di kasur, Syahrul pamit kepadaku, karena ia harus ke kantor untuk memimpin rapat sekitar pukul 10.

Aku yang sudah aman dan berada di ranjangku, setelah Syahrul dan bu Jamilah pamit meninggalkanku, memutuskan untuk istirahat tidur karena terlalu lelah dan lesu setelah semalam berpesta dan juga dianiaya oleh Ardi mantan gadunku.