Hanin terdiam mendengar ucapan yang dilontarkan oleh suaminya, dirinya pikir Galang akan memintanya untuk memulai pernikahan ini namun, ternyata salah Galang hanya ingin dirinya menjadi teman.
"Mau, kan?" tanya Galang. Pria itu seolah tidak mengerti dengan, perasaan lawan bicaranya saat ini apakah menerima atau sakit hati. Sedangkan Hanin, hanya membalas dengan sebuah senyuman, wanita itu tidak menganggukkan kepala ataupun menggelengkan kepalanya.
***
Suasana canggung sangat berarti, biasanya setiap pagi Hanin akan bangun dengan senyum yang mengembang. Kali ini berbeda, wanita itu sedikit menjaga jarak dengan suaminya, takut hatinya terlalu jauh berharap. Semalam setelah pulang, Hani tidak banyak bicara wanita itu langsung tidur dengan membelakangi suaminya.
"Pagi!!" sapa Galang sangat manis. Hani yang sedang duduk sembari menatap televisi hanya tersenyum tipis. Galang segera duduk di samping sang istri, tanpa dosa pria itu mengambil cangkir teh tersebut lalu meminumnya.
"Loh Mas. Itu tehnya aku," ucap Hanin.
"Gak masalah. Teman itu, selalu mau berbagi," jawab Galang.
Ekspresi wajah Hanin seketika, langsung berubah. Wanita itu terlihat kecewa setiap mengingat kata 'teman' yang terlontar dari mulut Galang. Hani kembali menatap televisi, hari ini mereka tidak pergi kemanapun. Keduanya memutuskan untuk berada di apartemen saja. Pandangan mata Hanin memang menatap ke depan namun, pikirannya masih sibuk dengan memikirkan banyak hal, yang mampu membuat sakit kepala.
Galang beranjak dari temannya, lalu berjalan ke arah balkon. Pria itu terlihat sedang, menerima telepon dari raut wajah yang ditampilkan Galang terlihat jelas pria itu sedang bahagia. Lima belas menit kemudian, Galang keluar dari sana dan kembali duduk di samping Hani.
"Nin, aku mau bilang sesuatu sama kamu. Kita mulai sekarang berteman, kamu juga tahu bagaimana hubungan aku dengan Wina. Aku harap kamu, bisa menjaga rahasia kita."
Dahi Hanin berkerut, wanita itu tidak mengerti dengan ucapan yang di lontarkan oleh sang suami.
"Gini maksudnya, kita memang menikah. Tapi, diantara kita gak ada cinta, kan? Jadi please selama satu tahun ini kita buat seolah pernikahan ini diinginkan."
"Maksud kamu gimana sih, Mas? Aku gak ngerti," ucap Hanin.
"Kita bersandiwara di depan kedua orang tua kita sebagai pasangan bahagia. Oke, lupakan semua yang sudah aku lakukan dulu sama kamu. Kita udah sepakat untuk, memulai semuanya bersama dengan pertemanan," jelas Galang.
Pria itu terus berbicara, sedangkan Hanin hanya menatap Galang, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Hanin tiba-tiba tidak bisa berpikir dengan jelas.
"Jadi di depan keluarga, kita akan menjadi pasangan yang paling romantis tapi di belakang mereka kita punya kehidupan masing-masing. Kamu dengan kegiatan kamu, dan aku tidak akan mengganggu begitu juga aku dengan kegiatan aku serta hubungan aku dengan Wina." Hanin hanya diam tidak ada respon yang dia lakukan. Ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba lidahnya keluh dan tidak bisa berkata-kata lagi. "Kenapa harus bersandiwara, kita bisa bersikap seperti biasa saja," jawab Hanin. Galang sedikit terdiam, laku pria itu menyatakan setuju dengan ucapan istrinya.
"Okei. Baiklah kita akan menjadi sahabat."
Setelah mengatakan hal itu, telpon Galang berdering membuat keduanya saling menatap ke arah telpon. Ada nama 'Wina' yang tertera di sana. Galang ragu menjawabnya namun, Hanin tidak membiarkan hal itu terjadi. Wanita itu memberikan kode kepada suaminya untuk menjawab telepon dari saudaranya.
"Hallo," sapa Galang.
"Mas. Buka pintu, aku lelah. Cepetan," ujar Wina dengan sangat manja.
"Pintu apaan. Emang kamu ada di mana?" tanya Galang dengan raut wajah serius.
"Aku ada di depan apartemen kamu loh Sayang. Buruan aku tuh capek banget tahu gak," ucap Wina. Tatapan mata Galang menatap ke arah Hanin, ada rasa tidak nyaman dengan apa yang terjadi. Galang lalu segera berjalan menuju ke pintu dan benar saja, di sana sudah ada Wina dengan senyum yang mengembang.
Wanita itu langsung memeluk Galang, dan tanpa Galang duga juga, Wina langsung menyambar bibirnya keduanya saling bertukar Saliva. Hanin yang ada di belakang, hanya mampu terdiam melihat aksi yang tak seharusnya dilihat. Hanin menyentuh dadanya yang begitu nyeri dengan keadaan yang ada di depannya saat ini.
***
Hanin menyibukkan dirinya di dapur, untunglah semalam sebelum pulang Hanin meminta untuk mereka mampir di mini market, sehingga saat ini Hanin ada alasan untuk tidak menyaksikan keduanya bermesraan.
Galanh yang teringat ada orang lain di sana, segera menyudahi kegiatannya.
"Kamu kenapa gak bilang mau ke sini Sayang?" tanya Galang. Wina hanya tersenyum wanita itu, lalu menjelaskan semuanya. Galang langsung mengajak Wina untuk masuk ke dalam. Kedua mata Hanin dan Galang saling bertemu, dengan senyum tulusnya Hanin tersenyum ke arah keduanya.
"Kamar kamu yang mana Sayang?" tanya Wina.
"Di sini cuma ada satu kamar," jawabnya.
"Jadi aku tidur di mana. Pokoknya di mana kamu, aku di situ juga," ucap Wina dengan manja.
"Kamu bisa istirahat di dalam kamar aja. Nanti aku di ruang tamu, cukup kok untuk aku," sahut Wina. Mendengar hal itu, membuat Galang menoleh. Sedangkan Wina, dengan sikap angkuhnya langsung masuk ke dalam kamar, Galang menatap ke arah Hanin meminta penjelasan dengan apa yang baru saja dirinya dengar. Namun, Hanin tidak berniat menjelaskan semuanya. Wanita itu kembali melakukan kegiatannya.
Melihat Wina masuk kedalam kamar mereka Galang juga langsung menyusul Wina di dalam kamar. Setetes air mata di sudut matanya Hanin menetes dan mengalir dengan sangat deras, Hanin berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit di dadanya dan menahan isakan tangis supaya tidak di dengar oleh Galang dan juga Wina.
"Kenapa sesakit ini," ujar Hanin. Wanita itu segera berlari menuju kamar mandi dapur, melampiaskan semuanya. Dulu mungkin Hanin bisa bersikap kuat tapi kenapa sekarang dirinya seolah tidak berdaya di dekat Galang.
***
Malam harinya, Hanin yang baru saja selesai makan malam hanya bisa berdiam diri, menunggu kedua orang tersebut yang pergi entah kemana. Sejak tadi siang, Galang dan Wina pergi bahkan pria itu tidak pamit dengannya. Hal itu semakin membuat, Hanin seolah tak berarti bagi mereka berdua.
Suara pintu terbuka terdengar jelas, diliriknya Galang dan Wina masuk ke dalam. Wina langsung masuk ke dalam kamar sedangkan Galang berjalan menuju tempat duduk Hanin yang sudah di buat menjadi tempat tidur.
"Kamu di dalam saja dengan Wina. Biar aku di sini," ujar Galang. Hani tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Gak usah Mas. Aku di sini aja, oh ya kamu sana mandi seharian ini pasti lelah, kan? Mending sekarang kamu mandi dan istirahat."
Galang ragu namun, Hanin selalu bisa membuat Galang menurut. Pria itu langsung beranjak dari tempatnya namun, sebelum itu Galang mengacak rambut Hanin sehingga membuat wanita itu menatap kesal.
Di dalam kamar, Galang melihat Wina sudah berada di atas tempat tidur. Wanita itu, pasti sangat lelah karena mereka berdua berkeliling kota tanpa henti. Melihat gaya tidur Wina membuat senyum tipis di bibir Galang terangkat. Pria itu lalu mendekatkan dirinya dan mulai mengecup dahi Wina, setelah itu Galang masuk ke dalam kamar mandi membersihkan dirinya.
Tak membutuhkan banyak waktu, Galang sudah keluar dari dalam kamar mandi, rasa segar setelah mandi membuat Galang kembali bersemangat. Pria itu lalu naik ke atas tempat tidur, lalu mulai memejamkan matanya.
###
Selamat membaca dan terima kasih.