Malam ini Galang mengajak Hanin untuk makan malam bersama, entah sejak kapan sikap Galang tiba-tiba berubah kepada Hanin. Hal itu sempat membuat Hanin sulit percaya namun, wanita itu seketika langsung bahagia. Suaminya ternyata sudah mulai membuka hati untuk dirinya.
Setelah sebelumnya mereka batal untuk makan malam diluar karena hujan yang tiba-tiba saja turun, membuat makan malam di tempat terbuka dibatalkan. Sehingga hari inilah Galang akan mengajak istrinya itu untuk pergi bersama.
"Kamu masih lama di dalam," ujar Galang dibalik pintu kamar mandi, mendengar panggilan tersebut membuat Hanin tiba-tiba merasakan debaran yang begitu dalam, saat tadi dirinya terbangun dari tidur dalam keadaan memeluk Galang sudah membuat jantung Hanin berdebar sangat kuat.
"Tunggu sebentar Mas. Ini juga sudah selesai," jawabnya menahan debaran di dadanya. Galang hanya bergumam, pria itu kembali duduk di sofa dan melihat handphonenya. Senyum di bibir Galang tercetak jelas, entah apa yang membuat pria itu bersikap seperti saat ini. Pintu kamar mandi terbuka dengan lebar, suara tersebut membuat Galang menoleh di sana sudah ada Hanin yang terdiam saat tatapan mata mereka bertemu.
***
Selama di perjalanan, hanya kesunyian yang terjadi, baik Galang maupun Hanin tak ada sedikitpun perbincang yang mereka lakukan, hingga keduanya sampai di sebuah restoran yang sangat indah. Dari luar saja, sudah terlihat dengan mewah keduanya pun segera masuk ke dalam. Seorang pelayan menghampiri mereka di depan pintu, Galang segera menyampaikan maksud dan tujuan mereka.
Pelayan tersebut langsung mengantar keduanya menuju meja yang sudah dipesan.
"Thank you," ucap Galang. Pelayan tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan lalu pergi meninggalkan keduanya.
"Kamu suka?" tanya Galang. Hanin tersenyum dan mulai berkata. "Suka tempatnya membuat nyaman," jawab Hanin. Galang lalu menganggukkan kepalanya, keduanya pun tidak mengatakan apapun. Hingga hidangan pertama mereka tiba, keduanya makan dalam keadaan diam. Sesekali Galang menanyakan bagaimana rasa makanan tersebut, bahkan senyum di bibir pria itu tak pernah luntur sedikit pun. Galang sering mencuri pandangan kepada Hanin, dan hal itu membuat jantung Hanin semakin berdebar.
Setelah selesai, keduanya pun berbincang sebentar hal yang pertama kali Hanin tahu tentang suaminya adalah Galang orang yang humoris dan tidak sekaku yang dibayangkan. Sejak tadi, Hanin sudah lelah tertawa akibat semua pembicaraan Galang. Ternyata suaminya itu bisa merubah suasana tegang menjadi lebih santai.
"Kita jalan jalan dulu ya. Setelah itu baru pulang," ajak Galang. Hanin hanya menganggukkan kepalanya, wanita itu akan mengikuti kemana suaminya pergi.
***
Cukup lama keduanya berjalan-jalan di sekitaran menara Eiffel, senyum di bibir Hanin tak pernah luntur. Wanita begitu menikmati waktunya, bersama dengan sang suami meskipun Hanin tahu masih ada penghalang diantara mereka, karena kehadiran Wina tetap menjadi musuh terberat untuk hubungan keduanya.
"Kamu tahu gak kenapa tempat ini jadi tempat orang-orang menghabiskan waktunya bersama pasangan?" tanya Galang.
Pria yang selalu diam dan kaku berubah menjadi banyak berbicara. Hal itu membuat Hanin sangat bahagia, meskipun terkadang Galang juga garing dalam melempar lawakan.
"Emang kenapa Mas?" tanya Hanin.
"Itu karena, orang orang menganggap tempat ini romantis. Padahal sebenarnya tidak, Paris itu kota tempatnya mode busana." Galang menjelaskan semuanya, pria itu dengan semangatnya membeberkan semua hal dirinya tahu tentang tempat mereka sekarang sedangkan Hanin gagal fokus melihat sang suami dari dekat.
Galanh melepaskan sweater nya lalu memberikan pakaian itu kepada sang istri, hal itu membuat lalu membuat Hanin terdiam menatap suaminya.
"Biar gak dingin, di sini sepertinya udara udah mulai dingin. Masih mau di sini atau kita pulang?" tanya Galang.
"Pulang aja Mas. Sepertinya sudah mulai larut," ujar Hanin. Galang mengerti pria itu segera menggandeng tangan istrinya berjalan menuju mobil. Hanin hanya melihat tangannya digandeng oleh sang suami, senyum tipis terbit di bibir Dita.
Sesampainya di kamar mereka, Galang langsung meminta Hanin untuk berganti pakaian sedangkan dirinya akan menunggu di luar kamar.
"Hallo," sapa Galang dengan senyuman yang begitu lebar. Pria itu baru saja mendaratkan dirinya di atas sofa, lalu handphonenya berdering. Nama seseorang tertera di sana, tanpa banyak menunggu Galang langsung menjawabnya.
"Kamu dari mana aja sih Mas," gerutu lawan bicara Galang.
Pria itu tertawa, saat ini Galang sangat senang mendengar suara manja dari Wina yang sejak tadi mencoba menelponnya namun, belum dia jawab karena mereka masih di jalan.
"Baru pulang Sayang. Tadi Mas ajak Hanin jalan-jalan di sini," jawab Galang. Mendengar hal tersebut dari kekasihnya itu membuat Wina sangat kesal. Wanita itu mulai melemparkan protesnya, mendengarnya, hal itu membuat Galang terkekeh geli. Jika saat ini keduanya sedang berada dekat bisa Galang pasti sudah mengecup bibir kekasihnya itu.
"Iya ... iya, maaf Sayang. Jangan ngambek, kan Mas udah bilang semuanya akan berjalan sesuai rencana. Kamu harus sabar, menunggu hari itu," jawab Galang.
"Awas aja ya Mas. Kalau kamu pakai hati, aku gak suka seriusan. Ingat kamu cuma hanya untuk aku," ucap Wina dengan nada mengancam.
"Siap say ...,"
Ucapan Galang terpotong ketika, mendengar suara pintu kamar dibuka dari dalam. "Nanti Mas telpon lagi ya," ucap Galang. Pria itu tidak mendengar balasan dari Wina dan langsung mematikan telepon di ujung sana Wina sudah mengeram kesal dengan sikap Malik.
***
Di lain tempat, seorang pria dengan wajah kusam menatap ke arah file yang baru dikirimkan oleh asistennya. Pria itu kaget dengan berita yang cukup membuatnya syok. Bagaimana tidak, wanita yang selama ini dirinya kejar ternyata sudah menikah dengan lawan bisnisnya.
"Kapan mereka menikah?" tanyanya dengan nada dingin.
"Baru sekitar 1 bulanan mereka menikah Pak," jawabnya.
"Kenapa aku tidak tahu tentang ini tidak mungkin keluarga sehebat itu tidak merayakan pesta pernikahan anak mereka dengan mewah."
"Menurut berita yang beredar, Pak Galang sendiri yang tidak mau ada pesta besar. Sehingga hanya beberapa orang saja, yang diundang untuk datang ke acara tersebut."
Pria itu terdiam menatap ke arah file tersebut, jantungnya berdenyut ketika tahu sebuah fakta baru mengenai wanita yang dia cintai sejak lama.
"Tinggalkan saya sendiri," ujar pria tersebut. Sang asisten segera pergi, meninggalkan ruangan sang Boss.
Setelah sang asisten keluar, pria itu kembali membuka file tersebut, tanganya mengepal melihat foto-foto tersebut.
"Gue gak akan tinggal diam. Gue akan rebut dia kembali, seperti lo yang udah merebut kebahagian adik gue," ucapnya dengan nada penuh amarah.
Pukul 07.00 pagi waktu Paris, keesokan harinya kedua pasangan suami istri ini akan bersiap untuk jalan pagi. Hal itu dilakukan oleh Galang, supaya Hanin tidak bosan sekaligus mencari cara membicara sesuatu kepada Hanin.
Keduanya sudah berjalan kaki, Hanin yang tidak biasa seperti saat ini sudah mulai lelah melihat hal itu membuat Galang segera mengajak Hanin menuju ke sebuah taman.
"Kita istirahat di sini aja dulu ya," ucap Galang. Dita hanya menganggukkan kepalanya, wanita itu sudah sangat lelah. Melihat ekspresi wajah sang istri yang seperti ini membuat Malik gemas.
Sudah sekitar tiga puluh menit keduanya di sini, dan selama itu juga mereka berdua tidak banyak berbicara hanya sesekali Galang bertanya apakah Hanin menginginkan sesuatu atau tidak.
"Saya mau bicara sama kamu," ucap Galang. Hanin lalu menoleh ke arah suaminya itu, lalu berkata. "Mau bicara apa Mas. Kenapa harus izin," jawabnya. Galang lalu menatap ke arah Hanun dengan senyum yang mengembang dan semakin membuat jantung Hanin berdebar.
"Kita menikah hanya karena sebuah perjodohan. Kamu tahu bagaimana perasaan saya sama kamu," ucap Galang. Mendengar hal itu membuat Hanin berdebar, wanita itu yakin bahwa mungkin saat ini suaminya ingin memulai semuanya dari awal.
"Dan kamu juga tahu, kalau saya memiliki sebuah hubungan spesial dengan Wina. Jadi saya ingin kita berdua memulai semuanya dari awal." Hani tersenyum mendengar hal itu, tidak pernah menyangka dibenak Hanin jika Galang akan mengatakan semuanya seperti ini. Dan dirinya berhasil membuat suaminya berpaling kepadanya.
"Kita mulai semuanya menjadi teman."
Deg!!
###
Selamat membaca dan terima kasih.