Chereads / Zarina The Abandoned CEO / Chapter 7 - 007 Bella Wanita Kepo

Chapter 7 - 007 Bella Wanita Kepo

Elon tertawa. "Bersih-bersihlah, dan kenakan pakaianmu yang nyaman. Saranku, jangan gunakan gaun di atas kapal." Elon meninggalkan Bella setelahnya.

Bella mengangkat kedua alisnya setelah Elon meninggalkannya. Bella lantas menaruh pakaian miliknya di atas ranjang, dan mengikuti saran Elon, memilih pakaian yang nyaman–selain gaunnya.

Yeah, siapa yang mau mengenakan gaun di atas kapal nelayan yang tengah berlayar? Kecuali ingin dengan sengaja memperlihatkan lekukan tubuhnya saat angin menerpa gaunnya. Bayangan tokoh cantik si seksi dengan gaya menahan gaunnya dari terpaan angin, berkelebat di benak Bella yang langsung ditepisnya. Itu bukan gayanya.

Bella masuk kamar mandi yang berada di kabin yang lain. Membersihkan diri dan berpakaian.

Saat Bella akan kembali ke kamarnya, Bella berpapasan dengan Galuh yang memberitahukannya bahwa sarapan pagi telah siap di meja makan, dan mereka menunggu Bella bergabung.

Bella mengerutkan kening. Sespesial itukah Bella, sebagai satu-satunya awak kapal wanita? Galuh pasti melebih-lebihkan ucapannya. Bella mengucapkan terima kasih dan menuju kamarnya terlebih dahulu, membereskan kamarnya yang berantakan. Sungguh memalukan, bukan, satu-satunya awak kapal wanita, namun kamarnya tidak rapi.

Sekitar pukul tujuh lewat tiga puluh menit, Bella bergabung bersama ABK yang lain di kabin. Seperti yang dikatakan Galuh, seluruh awak kapal benar-benar menantinya bergabung di meja makan untuk sarapan bersama.

Itu bisa Bella pastikan, karena piring makan dan peralatan makan lainnya masih tertata rapi dan bersih, belum tersentuh makanan sama sekali. Membuat Bella merasa bersalah.

"Kalian menungguku?" tanya Bella dengan tersenyum canggung.

Serempak semua ABK mengangguk, termasuk Elon yang menampakkan wajah datarnya.

"Galuh tidak memberitahumu?" Elon bertanya pada Bella, namun matanya menatap Galuh.

Galuh hendak membuka mulutnya, namun kalah cepat dengan Bella.

"Bukan salah Galuh. Galuh sudah mengatakannya kepadaku. Tapi aku harus membereskan kamarku dulu. Maaf, jika membuat kalian menunggu." Bella menatap Galuh dan Elon bergantian. Berharap memaafkan Galuh juga dirinya sendiri.

"Duduklah. Koki kita sudah membuatkan menu spesial untuk sarapan pagi." Elon menunjuk sofa di sebelahnya dan Bella menurut. Duduk dengan baik dan menatap hidangan ikan di hadapannya. Kelihatannya enak.

Sup kepala ikan tuna dan steak tuna.

"Apakah ini ikan tuna?" tanya Bella setelah piringnya terisi nasi dan lauknya, potongan ikan yang dipanggang.

"Ya, tuna segar. Aku membuatkan steak tuna dan sup kepala ikan tuna." Anang tentu saja yang menjawabnya dengan begitu antusias.

Bella mengangguk dan mulai mencicipi potongan steak tunanya. Terdengar gumaman. Anang terlihat puas. Sepertinya hasil olahan tangannya berhasil menggugah lidah Bella. Yang memang diharapkan Anang.

"Bagaimana?" Senyum Anang dipasang semanis mungkin di wajahnya.

"Enak. Tidak. Sangat lezat. Kau belajar masak di mana, Tuan Anang?" Puji Bella dan menyebut Anang dengan kata depan 'tuan', semata-mata untuk menghormati pria tersebut.

"Anang pernah bekerja di kapal pesiar, sebagai juru masak." Galuh angkat bicara, dan berhasil menarik perhatian Bella. Karena wanita itu kini menatap Galuh dengan tatapan ingin tahu lebih lanjut.

"Benarkah?" Bella kini mengalihkan pandangannya kepada Anang.

"Hanya lima tahun." Anang terkekeh. "Jangan sebut kata 'tuan', panggil Anang saja."

"Lima tahun? Apa yang terjadi?" kembali Bella menjadi penasaran. Kedua tangannya tidak jadi menyuapkan sarapan paginya, demi mendapat jawaban lengkap.

"Itu karena–" Ucapan Anang terpotong suara deheman dari pemuda di sebelah Bella–Elon. Seketika, Anang mengurungkan ucapannya. Kembali fokus dengan makanan di hadapannya.

"Bisakah kita makan dengan tenang?" Elon benar-benar menginterupsi percakapan di meja makan.

Bella mendesah kecewa dan sama seperti Anang dan yang lainnya, Bella kembali fokus dengan steak tunanya. Menyuapkan besar-besar–melupakan table manner atau etika makan. Lagi pula, pikir Bella, ini bukan jamuan resmi atau acara makan formal. Hanya sarapan pagi biasa.

Pandangan mata Bella sesekali melirik Elon yang sepertinya begitu tenang menikmati sarapan paginya. Bella pun memilih untuk tidak membantah.

Kapal masih berlayar di perairan. Bella tidak tahu, kapan kapal ini akan berlabuh. Ingin rasanya Bella turun dari kapal dan memijakan kakinya kembali di daratan. Berbelanja kebutuhannya. Meski Bella tidak tahu bagaimana nanti akan membayar semua belanjaannya. Mungkinkah Elon akan meminjamkan uangnya? Sepertinya dia cukup kaya.

Usai sarapan semua kembali dengan tugasnya masing-masing, termasuk Elon. Diam-diam Bella mengikutinya berjalan di geladak kapal dan masuk ke ruang kemudi.

Oh, apakah selama ini, Elon yang mengemudikan kapal nelayannya? Batin Bella. Bella mengira Wijaya yang menjadi nakhoda kapal ini.

Demi menghilangkan rasa penasarannya, Bella mengintip dari balik pintu yang memang tidak ditutup.

Dan benar, Elon yang mengemudikan kapal ini. Pantas saja yang lain begitu menghormatinya, ucapannya begitu didengar. Bisa dikatakan, Elon adalah pemimpin kapal nelayan modern ini, sekaligus anak dari pemilik kapal ini.

Tapi, di manakah ayah Elon? Bella belum pernah melihat pria lain yang tampaknya cocok menjadi ayah Elon. Anang dan Wijaya masih terlalu muda untuk menjadi ayah Elon. Usia mereka mungkin terpaut lima hingga delapan tahun. Entah berapa usia Elon, yang tampak lebih muda dari Bella, meski sikapnya lebih dewasa jika dibandingkan Bella.

"Kau mau berdiri di sana sampai kapan?" Suara Elon memecah lamunan Bella. Dengan senyum canggung Bella hendak melangkah ke dalam ruang kemudi dengan ragu-ragu.

"Masuk sajalah. Ini bukan ruang terlarang. Kecuali kamu berniat mengubah arah navigasi." Elon berkata sambil menunjuk alat navigasi yang dimaksud.

"Maaf, aku hanya penasaran." Bella menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, sambil melangkah mendekati kemudi. Berdiri di samping Elon.

"Indah sekali." Bella menatap pemandangan indah di hadapannya dari balik kaca di ruang kemudi.

"Kalau kau bangun lebih pagi lagi, kau bisa melihat matahari terbit yang lebih indah dari ini." Gumaman Elon membuat Bella merasa tidak enak. Sebagai wanita, Bella bangun paling akhir mungkin, dibanding para ABK yang semuanya laki-laki.

"Maaf, semalam aku terlalu nyenyak tidur." Bella menatap ke bawah. Alas kaki yang dipakainya juga adalah milik Elon, tampak kebesaran. Namun, itu lebih baik daripada Bella harus berjalan dengan kaki telanjang. Geladak kapal di luar, jika siang hari terasa panas.

Elon kembali tertawa. Dengan ragu, Bella mendongak untuk melihat wajah Elon.

"Sering sekali kamu meminta maaf, Bella. Padahal, kamu tidak salah apa-apa." Ucapan Elon terdengar ramah kembali. Membuat Bella merasa lega. Melupakan rasa bersalahnya. Dalam sekejap, suasana di ruang kemudi menjadi terasa hangat.

Elon menjelaskan, sebentar lagi kapal mereka akan tiba di tujuan. Hanya saja belum bisa merapat di pelabuhan. Di musim berburu gurita, kawasan yang akan menjadi tujuan kapal nelayan modern itu, akan sangat ramai oleh kapal-kapal nelayan yang lain, yang juga sama-sama akan berburu gurita.

Bella tampak antusias saat Elon menjelaskan sedikit bagaimana caranya mereka berburu gurita dengan perahu kecil.

"Aku boleh ikut?"