Chereads / Zarina The Abandoned CEO / Chapter 10 - 010 Kedatangan Carla Bachmeier

Chapter 10 - 010 Kedatangan Carla Bachmeier

"Aku rasa, Nona mungkin adalah seorang pengusaha." Ucapan Wijaya beberapa menit yang lalu kembali terngiang di benak Bella atau Zarina.

Bella sendiri masih keberatan dipanggil Zarina, untuk itu ia meminta Anang dan Wijaya tetap memanggilnya Bella. Setidaknya sampai ingatan Bella akan sosok Zarina kembali pulih.

Bella memperhatikan satu per satu surat-surat berharga dari dalam koper. Hingga Bella mendapati surat-surat hutang-piutang di urutan paling bawah. Di surat-surat itu tertera jelas nama pemberi hutang dan penerima hutang.

Nominal pinjaman yang angkanya begitu besar, sehingga disebutkan rumah mewah sebagai jaminannya, jangka waktu pengembalian, dan syarat-syarat lainnya. Semua surat perjanjian hutang piutang itu di tandatangani di atas materai dengan saksi dari pejabat pemerintah.

Siapakah nama yang memberi hutang dan penerima hutang itu? Bella belum mengenalinya, kecuali nama pemberi hutang, dengan nama keluarga Tahrir. Bella mengira itu mungkin ayah kandung Zarina Tahrir atau mungkin kakeknya?

Hanya saja, untuk apa Zarina membawa semua surat-surat itu di dalam kopernya? Akan tetapi, Bella tidak menemukan satu pun tanda pengenal milik Zarina, seperti KTP, atau SIM, atau mungkin paspor.

Suara ketukan di pintu, membuyarkan pikiran Bella. Bella meletakkan kembali surat-surat berharganya dan membuka pintu.

Anang memberitahukan Bella, bahwa makan siang sudah tersedia, jika Bella ingin makan siang bersama. Yang tentu saja disambut Bella dengan senang hati.

Makan siang bertiga lebih baik, bukan, daripada sendirian.

*

Kediaman keluarga Eillen.

Eillen tengah menikmati makan siang, ketika seorang pelayan rumah tangga datang menghampirinya dengan terburu-buru.

Eillen yang melihat pelayannya begitu terburu-buru langsung menegurnya, "Ada apa? Jangan seperti orang yang dikejar-kejar setan seperti itu!"

"M-maaf, Nyonya. Di luar ada tamu," jawab pelayan itu sambil menundukkan pandangan.

"Tamu? Siapa?" Eillen berpikir, siapa tamu yang datang ke rumahnya di jam makan siang tuan rumah dan telah membuat pelayannya terburu-buru seperti ini. Jika bukan orang penting, maka ....

"Maaf, Nyonya. Yang datang ibunda mendiang Nona Zarina," jawab pelayan bernama Lili, masih menundukkan pandangan.

Mendengar pelayan menyebut ibu Zarina, Eillen seketika saja menjadi kehilangan selera makan. Dan memerintahkan pelayannya untuk mempersilakan tamunya untuk menunggu di ruang tamu, melayaninya dengan baik–menjamunya dengan minuman dan kudapan, sementara Eillen bersiap-siap.

Sepuluh menit kemudian, Eillen telah berganti pakaian formal dan berdandan rapi, demi menyambut tamunya.

"Carla ..., lama tidak bersua." Eillen menyambut tamunya sambil merentangkan tangan untuk memberinya pelukan selamat datang di kediamannya.

Carla Bachmeier. Ibu dari Zarina Tahrir, wanita berkebangsaan Jerman, yang telah dinikahi kakak iparnya selama dua puluh tahun, sebelum Syarif Tahrir, ayah Zarina meninggal dunia karena kecelakaan maut.

Namun, Carla menepis kedua tangan Eillen, dan mundur menghindar beberapa langkah. Wanita itu enggan menyambut pelukan palsu Eillen.

"Jangan berpura-pura menyambutku dengan hangat. Kau apakan putriku?!" Carla mengucapkan dengan sengit. Dari wajahnya tampak kemarahan dan juga kesedihan.

Eillen tampak tersinggung, mendapat tuduhan dari tamunya, seorang wanita asing yang berparas cantik.

Ini bukan kali pertama Carla menuduh Eillen atas suatu kejahatan.

*

Sebelas tahun silam.

Carla melaporkan Eillen atas tuduhan pembunuhan suaminya, Syarif Tahrir Bahwa kecelakaan yang dialami Syarif adalah hasil rekayasa yang telah direncanakan oleh Eillen untuk menghabisi nyawa suami tercintanya.

Tuduhannya tidak terbukti, karena kurangnya saksi dan barang bukti, sehingga Eillen dibebaskan begitu saja, dan Carla dituntut membayar ganti rugi atas pencemaran nama baik.

Carla yang kecewa dengan keputusan hakim, mengajukan banding, namun kalah di persidangan, akhirnya memutuskan membawa Zarina remaja bersamanya ke Jerman, agar hidup menjauh dari Eillen. Agar putrinya selamat dari ancaman pembunuhan.

Carla selalu merasa, Eillen memiliki niat buruk terhadap keluarganya, sejak kematian ayah mertuanya, Syahrul Tahrir.

Carla bahkan pernah mengutarakan pemikirannya itu kepada suaminya, sebelum kecelakaan yang menimpa suaminya terjadi. Hanya saja, Syarif tidak mempercayai jalan pemikiran Carla dan memintanya untuk tidak menuduh Eillen tanpa bukti, karena itu akan menyulitkannya nanti.

Selama lima tahun Carla tinggal bersama Zarina, hingga putrinya lulus Sekundarstufe 1 atau sekolah menengah di Jerman, dan masuk perguruan tinggi Jurusan Bisnis di Jerman, tidak pernah ada sesuatu hal yang membuatnya khawatir.

Hidup Carla dan Zarina selalu baik-baik saja selama lima tahun di Jerman. Hingga datang seorang utusan dari keluarga Tahrir yang meminta Zarina untuk kembali ke Indonesia. Saat itu Zarina baru saja berulang tahun yang ke dua puluh.

Zarina dan Carla kembali ke Indonesia dan dipertemukan dengan pengacara dan notaris yang pernah bekerja lama untuk sang kakek dan ayah Zarina.

Pengacara tersebut kemudian membacakan surat wasiat dari sang kakek dan juga ayahnya. Yang isinya memberikan Zarina tanggung jawab untuk mengelola perusahaan milik Grup Tahrir, sebagai satu-satunya keturunan sah dari Tahrir, saat Zarina berusia dua puluh lima tahun.

Selama menanti usia Zarina yang ke dua puluh lima, untuk sementara perusahaan dipegang oleh pamannya, Salim Baharsah anak kedua Syahrul–kakek Zarina, dari istri siri.

Salim Baharsah tidak ditunjuk sebagai penerus perusahaan yang sah, karena pernikahan ibunya dengan Syahrul, dahulu tidak tercatat sah secara hukum negara.

Surat wasiat itu dibuat sebelum ayah Zarina wafat. Dan baru ditemukan oleh pengacara ayah Zarina setelah Zarina dan Carla meninggalkan Indonesia dan tinggal di Jerman.

Selama surat wasiat itu belum ditemukan, Salim yang mengambil alih perusahaan mendiang ayahnya menggantikan Syarif, mendiang kakaknya.

Agenda lain dari kepulangan Zarina ke Indonesia, adalah untuk dijodohkan dengan Gama Baharsah anak Salim Baharsah dan Nurin–istri pertama Salim yang sudah meninggal setelah melahirkan Gama. Usia Gama saat itu dua puluh lima tahun. Lebih tua lima tahun dari Zarina.

Tujuan perjodohan itu hanya satu. Untuk urusan bisnis. Agar Zarina dan Gama dapat bekerja sama dalam mengelola perusahaan milik Grup Tahrir.

Pada saat itu Carla menerima begitu saja perjodohan anaknya, dan dilangsungkan acara pertunangan antara Zarina dan Gama, sebelum Zarina kembali ke Jerman, dan menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi Jerman.

*

Kembali ke masa sekarang.

Eillen menatap Carla dengan tatapan iba, kemudian berkata, "Aku tidak paham mengapa kau masih saja menuduhku atas kejahatan yang tidak aku lakukan, Carla."

"Aku turut berduka cita atas kematian putrimu," lanjut Eillen.

Carla mendengus dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan bersandiwara, Eillen. Aku tahu niat busukmu."

Eillen menggeleng. "Carla, aku tahu berita kematian putrimu telah membuatmu bersedih. Aku pun demikian, sebagai calon ibu mertuanya–"

"Mantan calon mertua. Aku sudah membatalkan pertunangan putriku dengan putra tirimu!" Carla memotong ucapan Eillen.

Carla memang telah memutuskan pertunangan Zarina dan Gama untuk tidak lagi dilanjutkan. Setelah mengetahui, Eillen selalu ikut campur dalam segala urusan Gama.

Carla khawatir, jika putrinya menikah dengan Gama, hidupnya akan berakhir sama seperti suaminya atau ayah mertuanya.

Meski dahulu Carla menerima Gama, karena anak itu adalah anak Nurin, ibu kandung Gama sekaligus sahabat Carla.

(Lanjutannya silakan baca di KBM apk)