Chereads / Zarina The Abandoned CEO / Chapter 6 - 006 Kamu Belum Kenal Siapa Aku

Chapter 6 - 006 Kamu Belum Kenal Siapa Aku

Bella membuka matanya di pagi hari, saat matahari mulai meninggi. Tidurnya sangat nyenyak, tidak mengalami mimpi. Perasaan dan tubuhnya terasa ringan, seolah semalam adalah pertama kalinya Bella merasakan nikmatnya tidur. Meski di kamar yang kecil, dengan ukuran ranjang menyesuaikan ukuran kamar.

Bella membuka pintu kamarnya, yang langsung disambut angin yang membawa aroma laut yang khas. Beberapa ABK sudah sibuk dengan hasil tangkapan mereka.

Jaring ikan yang dipasang semalam, berhasil menangkap berbagai jenis ikan yang beratnya sekitar sepuluh kilogran. Sebagian besar di dalamnya terjaring ikan sarden dan tuna.

"Terkadang, gak sengaja penyu dan lumba-lumba ikut juga terjaring," jelas ABK berambut keriting, tingginya hampir setinggi Elon, hanya saja lebih kurus. Yang belakangan Bella ketahui bernama Mukidi.

"Terus, penyu dan lumba-lumbanya, diapain?" tanya Bella polos, seperti anak taman kanak-kanak yang baru saja mendapatkan kisah baru yang didengar.

"Ya, kami bebaskanlah. Kami gak menangkap selain ikan-ikan yang diminta perusahaan," jawab pria lain, usianya sekitar tiga puluh tahun, sama dengan Anang.

Bella mengangguk-angguk. Duduk manis di geladak sambil memperhatikan para ABK menyelesaikan tugasnya, memindahkan ikan-ikan yang terjaring ke dalam wadah khusus ikan.

"Apa ikan-ikan ini dijual ke satu perusahaan?" tanya Bella setelah melihat pria yang seusia Anang selesai memindahkan ikan terakhir.

"Ya. Kami menjualnya ke perusahaan milik Jepang." Tiba-tiba saja Elon telah bergabung bersama mereka. Hanya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek. Mempertontonkan otot-ototnya yang terbentuk secara alami di kulitnya yang eksotik. Kepalanya diikat dengan handuk kecil, yang menurut Bella penampilannya tampak lucu.

"Dari jumlah ikan tuna yang kami tangkap, rata-rata panjangnya sekitar 125 cm, dengan berat 30 kg. Kadang-kadang, ada juga tuna yang berhasil tertangkap beratnya sampai 55 kg, dengan panjang 141 cm." Elon menjelaskan lebih lanjut. Bella mendengarkan dengan seksama. Tampak tertarik.

"Ikan tuna merupakan sumber protein yang lengkap, dapat menyehatkan jantung, kaya vitamin B6, dan sumber mineral yang baik. Karena banyak manfaatnya itulah, di Bitung harga jual tuna bisa dikatakan sangat fantastis."

"Hasil tangkapan kapal kami dalam sekali melaut–sekitar tujuh hingga sepuluh hari bisa tembus harga empat puluh lima juta rupiah." Elon menutup penjelasannya. Bella terlihat semakin tertarik, mendengar nominalnya yang besar. Ternyata penghasilan nelayan modern lumayan juga, tapi anehnya, mengapa taraf hidup nelayan tampak biasa saja?

"Dan, kalian hanya menjual semua hasil ikan tangkapan ini ke satu perusahaan Jepang?" Bella mengulangi pertanyaannya di awal.

Otaknya berputar, seolah sesuatu yang berkaitan dengan uang menarik minatnya. Apakah Bella dengan masa lalunya adalah seorang pengusaha? Bella menjadi tertarik untuk mengetahui masa lalunya. Namun, bagaimana caranya?

Baru hari ke dua Bella berada di kapal nelayan modern, yang fasilitasnya lumayan cukup memadai dan lengkap untuk mendapatkan tangkapan ikan lebih banyak dari kapal nelayan tradisional.

Elon terdiam. Sementara yang lain, Galuh dan Mukidi dan satu ABK lainnya yang seusia Anang, yang bernama Wijaya, tampak saling lirik dan salah tingkah.

Bella pun diam menanti jawaban Elon. Mengabaikan tingkah laku ketiga ABK di sebelah Elon.

"Ya, kami ada perjanjian kerjasama hanya dengan satu perusahaan saja," jawab Elon pada akhirnya.

Bella tampak berpikir. "Kalau begitu, kapal kalian pun milik perusahaan mereka?"

Galuh dan Mukidi saling lirik kembali, karena Elon kembali tidak langsung menjawab pertanyaan Bella yang sudah seperti detektif mencari petunjuk kejahatan.

"Pada awalnya begitu. Tapi, ayahku sudah membelinya dari mereka." Elon menjawab acuh tak acuh dan langsung membereskan jaring ikan dan berlalu meninggalkan Bella dan lainnya di buritan kapal. Tampak sekali ingin menunjukkan bahwa Elon menghindari pertanyaan Bella selanjutnya, jika memang masih ada.

Merasa diabaikan oleh Elon. Bella menatap ketiga ABK yang lain. Seolah mengisyaratkan pertanyaan, 'Apakah aku bertanya hal yang bersifat pribadi?'

Bella menangkap wajah Elon yang biasanya ramah dan hangat, menjadi datar dan dingin. Seperti tidak suka atau terganggu dengan pertanyaan Bella.

"Sebaiknya Nona Bella tidak lagi bertanya yang berhubungan dengan kapal atau perusahaan yang bekerjasama dengan Elon." Wijaya yang mewakilkan pertanyaan tersirat Bella.

Bella hanya bereaksi dengan membentuk huruf 'o' di mulutnya.

"By the way. Kalau nanti kalian tidak sengaja menangkap lumba-lumba. Bisakah kalian beritahu aku dulu, sebelum melepaskannya kembali?" pinta Bella, mengganti topik pembicaraan.

"Untuk apa, Nona?" tanya Arul, ABK termuda dan jarang sekali berbicara, tampak pemalu.

"Aku ingin lihat lumba-lumba dari dekat. Sepertinya lucu," jawab Bella sambil berlalu dan kembali ke kamarnya.

Di dalam kamarnya, Bella menatap koper di hadapannya. Memikirkan bagaimana cara membuka koper itu yang dikunci dengan kunci kombinasi, yang tentu saja untuk saat ini Bella tidak ingat berapa angka-angkanya.

Dalam pemikirannya, siapa tahu isi di dalam koper mungkin bisa mengembalikan ingatannya yang hilang. Atau menjadi petunjuk, siapa Bella sesungguhnya.

Bella memutuskan untuk mencari tahu sendiri angka kombinasinya. Asal memasukkan sejumlah angka, yang menurutnya angka-angka cantik.

Percobaan pertama, gagal.

Ke dua, gagal.

Ke tiga, gagal.

Ke empat, gagal lagi.

"Aaaargh!!" Bella berteriak kesal.

Saat akan mencoba kali ke lima, terdengar ketukan di pintu kamar Bella. Bella langsung menjawab dan mempersilakannya masuk. Ternyata Elon.

Raut wajah Elon sudah kembali seperti biasa. Kembali ramah, ceria, dan hangat. Elon menyerahkan pakaian Bella, yang dikenakannya saat pertama kali diselamatkan dari puing pesawat yang mengapung, dan tanpa sengaja terlewati oleh kapal nelayan modern milik ayah Elon. Juga beberapa stel pakaian milik Elon yang sudah divermak, menyesuaikan ukuran badan Bella.

"Kita akan membeli pakaian wanita yang layak nanti, saat kapal merapat di pelabuhan," ucap Elon saat Bella menerima beberapa pakaian lain, selain pakaiannya.

Bella yang penasaran, membuka lipatan pakaian yang diberikan Elon–yang diakuinya hasil jahit ulang.

Wajah Bella terlihat berseri. Rasanya tidak percaya, pakaian yang diberikan untuknya, adalah hasil jahitan tangan Elon, pria yang mungkin terbiasa dengan pekerjaan kasar di lautan.

Bella bahkan penasaran, apa posisi Elon di atas kapal nelayan ini, selain sebagai anak pemilik kapal. Karena sepertinya para ABK begitu menghormatinya, termasuk Anang dan Wijaya yang terlihat lebih tua daripada Elon.

"Kamu sepertinya punya bakat terpendam sebagai penjahit, penjahit pakaian, Elon. Bukan sekadar ahli menjahit jaring ikan." Pujian Bella tulus, bukan karena ingin mengambil hati Elon, yang kini tertawa mendengar ucapan Bella.

"Jangan memuji berlebihan. Kamu belum kenal siapa aku," ucap Elon dengan nada serius, setelah tadi puas tertawa. Mencairkan suasana yang sempat canggung.

"Aku juga gak tahu, gak kenal siapa diriku sebenarnya. Kita sama." Bella berkata dengan nada sama seriusnya dengan Elon. Bella ingin menunjukkan, bahwa dirinya tidak masalah dengan siapa Elon. Bella hanya ingin menjalin pertemanan dengan seluruh ABK di kapal nelayan modern ini. Tidak salah, bukan?

"Atau, kau yang takut, jika seandainya tahu, siapa diriku yang sebenarnya?" tembak Bella.