Suara derapnlangkah beberapa pria berjas menggema dalam ruang mewah yang masih minim perabotan dan beraroma rumah baru.
Sujun mengangguk kecil sambil mengikuti pria bersetelan jas eksekutif berwarna dark blue ocean, yang menjelaskan tentang keadaan rumah baru.
"Rumah ini baru selesai di bangun beberapa minggu yang lalu dan masih belum sepenuhnya selesai oengerjaan tamannya," ujar agen penjual rumah, mempromosikan rumah.
Sujun mengamati setiap lekuk interior gedung juga menjadi saksi akan taman belakang yang masih dalam proses penanaman tanaman hijau. Dia berpikir jika rumah ini akan cocok ditinggali Yeona kelak.
Dia bertekad membeli rumah ini untuk menebus kesalahannya kepada Yeona. Selain itu Sujun juga ingin balas budi.
Dahulu Sujun tinggal bersama paman dan bibinya di desa lantaran menderita penyakit paru - paru. Dia pindah ke desa guna menghindari polusi udara kota.
Di sana, dia bertemu Yeona dan siapa sangka ibu Yeona perawat hebat dan merawatnya hingga sembuh. Selama di desa, Sujun dan Yeona bersahabat dan bagi Sujun tiada hari tanpa Yeona. Dia jatuh hati pada Yeona dan bersumpah untuk menjaga gadis impiannya itu selama - lamanya.
Lucu, setelah semua fiasco masa lalu, Sujun malah memperlakukan Yeona tidak adil dengan memilih Han Hye Rin. Setidaknya, dengan merawat Yeona perasaan Sujun bisa tenang.
"Bagaimana Tuan Muda, apa Anda jadi membeli rumah ini?" Penjual rumah menarik kursi makan guna Sujun duduki.
"Bagaimana keamanan kompleks perumahan ini?" tanya Sujun.
"Sangat terjamin. Setiap enam jam sekali sekuriti berpatroli menggunakan sepeda kayuh. Jumlah sekuriti dua puluh lima orang. Masuk komplek harus membawa kartu identitas spesial. Dua puluh kamera CCTV tersebar di kompleks perumahan. Kami akan mendeteksi siapapun orang yang masuk ke kompleks." Agen properti menggosok telapak tangan sambil tertawa ramah.
Sujun mengangguk puas. "Bagaimana penghuni komplek? Mereka type seperti apa?"
"Warga di sini cuek."
Setelah yakin rumah ini layak untuk Yeona, Sujun menandatangani surat pembelian rumah di kawasan pemukiman elit Seoul sebesar sepuluh milyar won.
"Apa pekerjaan Anda?" tanya agen properti.
"Teman, kamu hidup di goa?" Sahut pria berjas di sebelah agen properti. "Dia pewaris tunggal kerajaan So."
Sontak agen properti membungkuk di samping Sujun dengan panik. "Maaf Tuan, saya tidak tahu!"
Sujun tersenyum santai. "Ada lagi yang harus ditandatangani?"
Agen properti menaruh dokumen ke meja. "Isi surat pernyataan ini Tian. Supaya jelas untuk apa dan siapa saja yang akan menghuni rumah. Semua ini untuk kepentingan pendataan dan keamanan."
Sujun mengisi dokumen dengan nama Han Yeona dan dua asisten rumah tangga. Setelah semua usai, dia meninggalkan rumah mewah.
Dua agen properti meneliti lebih lanjut dokumen rumah yang baru saja Sujun isi.
"Han Yeona? Siapa Han Yeona?" tanya agen properti. "Setahuku So Sujun bertunangan dengan artis muda Han Hye Rin."
Mereka bertukar pandang, lalu agen properti menjentikkan jari. "Selingkuh?! Wah, berita besar! Cepat hubungi wartawan!"
"Kamu gila? Tuan Besar So bisa membunuh kita!"
"Tenang, asal kamu diam, aman. Lagipula wartawan mana yang tidak gatal dengan gosip panas?" Wajahnya penuh ketamakan dan keserakahan. "Lumayan, jual info dapat uang."
Mereka tahu wartawan mana yang mampu membayar mereka satu juta won untuk berita skandal tentang keluarga So. Dia wartawan tercantik di Korea Selatan.
Geum Jandi, wartawan terhebat di Korea Selatan. Dia mampu membongkar skandal pejabat dengan mudah dan tidak kenal takut. Skandal adalah makanannya dan sekarang gara - gara dua badut konyol, rahasia keluarga So menjadi makanan empuk bagi Jandi.
*
Sementara itu di ruang gym, banyak orang memakai alat kebugaran. Suara musik menyala - nyala memberi semangat bagi mereka untuk terus berolahraga mencari bugar.
Seorang wanita cantik turun dari treadmill, mengusap badan berkeringat memakai handuk kering.
"Geum Jandi, dari tadi handphonemu berkedip," ujar gadis di treadmill.
"Oh, terima kasih. Semangat olah raganya, ya." Dia membuka pesan, mendapati kiriman info dari agen properti tentang Sujun membeli rumah mewah atas nama Han Yeona.
Seantero Korea Selatan tahu Sujun bertunangan dengan Han Hye Rin. Membeli rumah untuk gadis lain hanya ada satu jawaban. Skandal.
Kebetulan, setelah membongkar kasus skandal gubernur, Jandi sedang senggang. Kasus skandal perselingkuhan lebih menjual dari berita lain. Terutama tentang keluarga So. Dia punya urusan pribadi dengan keluarga So.
*
Cahaya lampu depan mobil mewah menyinari jalanan sepi perumahan elit. Sambil mengemudi mobil menuju rumah, Sujun menghubungi Yeona. Dia tidak sabar menunggu esok untuk mengabari tentang rumah.
"Kamu pasti senang dengan rumah barumu."
Suara Yeona girang di telepon. "Aku tidak perlu rumah, jadi tidak usah repot. Aku bahagia hidup di toko roti."
"Jangan menolak."
Tiada jawab dari Yeona. Sujun mengira dia pasti tersipu malu.
"Setidaknya ini yang bisa aku lakukan untukmu. Demi masa lalu dan masa depan," sambung Sujun.
"Bagaimana dengan …." Suara Yeona tertunda sejenak. "Bagaimana dengan Hye Rin?/Apa dia tahu akan hal ini?"
"Bukan hanya tahu, tapi dia mendukung kita. Besok aku jemput di halte dekat rumah sakit."
"Serius?" Pertanyaan Yeona pelan juga penuh ketidak percayaan.
"Aku akan merawatmu sampai kamu menemukan lelaki yang baik."
"Bagaimana jika lelaki itu tidak pernah datang? Apa kamu akan menjagaku selamanya?"
Sujun terdiam. Hatinya seratus persen ingin bilang iya, tetapi bibir susah diajak kompromi. Dia tidak ingin mengecewakan Yeona atau menyakiti Hye Rin.
Yeona lanjut berucap, "Bagaimana jika lelaki itu adalah dirimu?"
"Ya?"
Yeona tertawa. "Maaf, bercanda."
"Aku nyaman berdekatan denganmu."
Sekejap tawa Yeona berakhir dan mereka seakan tersedot dalam lubang hitam masa lalu. Mereka seakan bertemu kembali di taman bunga memakai seragam SMA. Walau hanya memakai telepon, perasaan mereka seperti bertemu.
"Sujun. Apa kita bisa kembali ke masa lalu? Aku masih mencintaimu …."
Sujun terdiam cukup lama. Cinta, entah kenapa dia belum bisa melupakan Yeona. Apa masih ada cinta di antara mereka?
"Sujun, bagaimana. Apa kita bisa mengulang masa lalu?"
"Tidak. Masa lalu adalah kenangan. Maaf."
Suara Yeona gugup. "Kamu benar."
"Sampai bertemu." Sujun mengakhiri telepon.
Apa pilihannya tepat untuk merawat Yeona? Apa kelak tidak akan tercipta masalah? Bagaimana pun juga kelak dia bakal menjadi adik ipar Yeona, kan?
Sujun keluar mobil masuk ke rumah dan di sana Nyonya So menyambut ramah anaknua di ruang tamu. Wanita berwajah anggun itu membantu Sujun melepas jas.
"Ayah ingin makan bersama. Cuci muka, temui kami di meja makan, ya."
"Ayah? Tumben."
Ayah hanya mau makan malam bersama di hari Sabtu. Kenapa di hari kamis ingin makan bersama? Perasaan Sujun tidak enak.
****