"Kita berpisah hanya sementara, aku akan pergi ke Jakarta untuk mengejar cita-cita," ujar Yuda seraya melepaskan kancing baju seragam SMA Agista dan melucuti semua bajunya hingga tak ada selembar kain pun yang menempel di tubuh Agista.
Suasana rumah sang nenek yang sepi dan jauh dari penduduk lainnya membuat pertarungan ranjang mereka semakin panas dan banjir desahan asmara.
Namun setelah mereka saling melepas rasa kepuasan, Agista menundukkan kepalanya dan bulir-bulir bening dari matanya mengalir deras karena menyesal mahkotanya sudah diserahkan begitu saja pada Yuda.
"Kenapa kamu nangis sayang? Bukankah kamu mencintaiku dan kita sangat menikmatinya?" Yuda mengangkat dagu Agista, menatap matanya dan merangkai kata-kata rayuan.
"Bagaimana jika aku hamil? Sedangkan kamu akan pergi jauh dari kampung ini," sanggah Agista sangat meragukan kesetiaan Yuda.