Papah Bramantyo langsung menganggukkan kepalanya, dia terlihat begitu bersemangat untuk menjadi pendonor untuk Mas Raka. Ya iyalah, untuk anak sendiri. Siapa yang tidak mau dia selamat? Sebagai orang tua, sudah pasti akan berkorban apapun itu. Meskipun nyawa taruhannya, tidak akan pernah menjadi beban untuk mereka.
Begitu pula dengan Papah Bramantyo. Selain dia berkorban untuk anaknya, Papah melakukan ini karena pastinya ingin menebus kesalahan yang sudah dia lakukan terhadap Mas Raka.
Bulir bening terlihat menetes, mungkin sedih sekaligus haru karena dia bisa mengetahui keberadaan anak kandungnya.
Walaupun keadaan mas Raka sedang tidak baik-baik, tapi setidaknya dia tahu bahwa anaknya masih hidup.
"Ayo, El! Segera bawa Papah ke dokter nya, Papah akan memberikan darah ini untuk Araka. Papah takut terlambat menyelamatkan Raka." Papah menarik tanganku, memintaku untuk mengantarkannya pada dokter agar bisa secepatnya menolong Mas Raka.