Ruang tahanan, sementara.
Lova terus mengarahkan pandangan matanya ke arah teman lamanya itu. Jujur kalau ditanya apakah dia benar-benar merindukan Rosa, maka jawabannya adalah iya. Dia, Nike, dan gadis berambut pendek di depannya ini adalah teman sepermainan saat di kampung. Mereka membangun mimpi yang sama, di tempat yang sama. Mereka punya cita-cita yang sama, jalan dan tujuannya pun sama.
"Rosa," panggil Lova. Perlahan-lahan dia meraih ujung jari jemarinya. Terlihat dengan mata telanjangnya, bahwa temannya satu ini sedang bergelut dengan rasa resahnya sendiri. "Lihat aku ...." Lova mencoba untuk menatapnya. Dia juga ingin gadis yang ada di depannya itu memberikan tatapan yang sama. "Aku sedang tidak berbicara sendiri sekarang dan aku datang kemari bukan untuk melihat kamu begini," ucapnya. Dia berbicara dengan penuh hati-hati.