"Maaf pak, saya terburu-buru ingin berangkat kerja. Saya hanya ingin mengambil ponsel saya." Gendhis mengambil ponselnya yang terlempar di jalanan beraspal gang buntu ini.
"Tunggu, nona!" Gendhis tidak menghiraukan panggilan petugas polisi itu. Baginya rapat pagi ini jauh lebih penting dibandingkan mengurusi sekumpulan penjahat yang sudah babak belur dibuatnya. Gendhis kembali menuju halte untuk melihat apakah barang-barangnya yang berserakan masih bisa diselamatkan.
"Mba, ini barang-barangnya saya simpan." Salah seorang petugas halte wanita mendatangi Gendhis yang sibuk mencari kesana kemari barangnya. Gendhis tersenyum lebar dan ceria karena ternyata masih rezekinya. Dia pun menerima kantong plastic hitam berisi barang-barang yang berceceran tadi.
"Terima kasih ya mba,"
"Sama-sama. Oya, tasnya," Petugas wanita itu kembali ke bilik loketnya yang masih sepi calon penumpang. Dia membawa tas yang sudah disilet dibagian kulitnya. Gendhis menatapnya lirih. Tas yang dibeli dengan mengumpulkan dua bulan gajinya itu harus berakhir dengan sia-sia.
"Terima kasih. Kalau begitu, saya permisi dulu." Gendhis membungkukkan lehernya sedikit lalu beranjak pergi dari halte tersebut. Tas sobek yang sudah tidak bisa dipakai itu dilempar ke dalam tong sampah terdekat.
-----
Meskipun ada insiden yang mengesankan di pagi hari namun rapat pertama pagi ini berjalan lancar. Namun, yang menjadi pertanyaan semua orang adalah, "Kemana tas kamu? Ke kantor pakai kantong kresek?" Gendhis hanya tersenyum mendengarnya.
"Nanti lah aku jelaskan saat makan siang. Sekarang kerjaan menumpuk. Yuks, semangat!" Gendhis pun berlalu diiringi tatapan heran semua teman-temannya.
Jam bekerja tak terasa hampir menuju jam istirahat makan siang. Gendhis menuju toilet untuk merapihkan riasannya sebelum makan siang.
"Dhis, mau ikut aku tidak?" Rara, salah seorang teman dari divisi yang sama, tiba-tiba muncul dari luar dan melihat Gendhis yang sedang menyisir rambut panjangnya menggerai, langsung menghampirinya.
"Kemana?"
"Makan di kafe Retro." Jawab Rara singkat sambil tersenyum lebar. Gendhis memicingkan matanya dan melihat ada keanehan dari sikap temannya itu. Biasanya dia tidak mengajak Gendhis makan bersama tapi kenapa kini justru mau mengajaknya.
"Kenapa? Kok kamu melihatku seperti itu?" Rara Diani melihat dirinya sendiri apakah ada yang aneh sehingga Gendhis menatapnya seperti itu.
"Sama siapa saja? Hanya kita berdua?" Tanya Gendhis lagi.
"Hu'um," Jawab perempuan dengan rambut pendek sebahu warna kecoklatan itu sambil mengangguk.
-----
"Kamu bilang berdua, kenapa ini jadi berempat?" Bisik Gendhis pada Rara yang ternyata membohonginya. Rara meringis merasa bersalah.
"Please, temani aku. Aku tidak berani sendirian." Jawab Rara lagi sambil berbisik pelan. Gendhis menghela napas panjang lalu berusaha tersenyum dan mematahkan lehernya ke kanan dan ke kiri. Sungguh bukan sikap perempuan yang anggun seperti perempuan biasanya.
Rara berbohong pada Gendhis dengan mengajaknya makan siang namun berkedok kopi darat. Temannya itu berkenalan dengan seorang pria dari media social. Dan, pria itu mengajak temannya lagi untuk bertemu Rara, entah apa maksudnya.
'Maaf mas Erl, saya mengajak teman saya karena saya … biar ada temannya, hehehe," Jawab Rara sambil tersenyum malu-malu. Gendhis menatap sang teman dan menyeringai dingin. Pria yang dipanggil Erl itu memiliki postur tubuh tinggi tegap dengan potongan rambut cepak. Kulitnya hitam tidak putihpun tidak, namun untuk ukuran pria cukuplah dibilang putih. Wajahnya lumayan tampan mirip actor Korea Hyun Bin. Namun, sayangnya irit senyuman.
"Tidak apa, saya pun mengajak teman saya karena kami sekaligus ingin membeli sesuatu di mall sekitar sini. Oya, perkenalkan nama saya Erlangga Pradipta. Teman saya ini namanya Tio Dewanto." Pria yang dipanggil Erl itu memperkenalkan temannya yang lebih murah senyum.
"Salam kenal, nama saya Tio Dewanto. Panggil saja Tio." Jawabnya sambil mengulurkan tangannya pada Rara dan Gendhis.
"Wah, mas Erl bawa teman, saya pun bawa teman, jadi kita seperti double date ya. hehehe,"
"Double date?" Jawab Erl dan Tio bersamaan.
"Rara, kamu jangan macam-macam ya. Atau, aku akan pergi dari sini." Jawab Gendhis tanpa berbisik lagi. Kedua pria yang ada dihadapan mereka berdua saling melihat satu sama lain.
"Maaf, aku tidak tahu kalau akan ada pertemuan seperti ini. Aku hanya ikut untuk makan siang. Jadi, bisakah kita langsung saja memesan menu sebelum jam makan siang ini berakhir? Karena pekerjaanku sangat banyak sekali." Jawab Gendhis tidak peduli dengan pendapat dua pria dihadapannya. Tanpa dia ketahui, sepasang mata menatap Gendhis lekat-lekat.
"Mas Erl ini dinas dimana?" Setelah memesan menu yang diinginkan, Rara ingin memecah kesunyian diantara mereka berempat.
"Oh, saya dinas di Cipayung." Jawab Erl singkat. Dia berusaha untuk tidak menatap perempuan disebelah Rara meski itu ingin sekali dilakukannya.
"Wah, hebat sekali. Pangkat mas Erl apa?" Tanya Rara lagi.
"Lettu Laut." Jawab Erl singkat. Tampak Gendhis mengerutkann alisnya. Perempuan itu yang sejak tadi menyibukkan dirinya dengan berselancar di dunia maya dibandingkan harus mengobrol dengan dua pria asing yang ada dihadapannya, sedikit terkejut mengetahui profesi yang disandang sang pria. Ternyata kedua pria dihadapannya ini adalah seorang tentara Angkatan Laut.
"Wah, perwira ya. Ndhis, hebat ya. Mas Erl ini pangkatnya perwira loh." Gumam Rara dengan bangganya. Entah apa yang dibanggakan dari pria yang belum resmi jadi miliknya. Kalaupun perlu bangga, sepertinya tidak perlu dikatakan terang-terangan. Atau jangan-jangan, mereka ini penipu? Penipu yang memanfaatkan kepolosan perempuan dengan status palsu mereka. Gumam Gendhis dalam hati.
Dan, lagi-lagi Gendhis tidak peduli. Dia akan bicara panjang lebar pada Rara saat mereka kembali ke kantor. Akhirnya makanan pun datang dan mereka langsung melahap makanan yang ada di atas meja hadapan mereka.
"Selamat makan," Ucap Rara pada pria yang dipanggilnya mas Erl itu. Pria itu hanya tersenyum tipis dan menatap Gendhis sekejap tanpa sepengetahuan Rara. Gendhis mengernyitkan alisnya karena kebetulan dia melihat pria itu menatap dirinya.
"Teman aku ini orangnya sangat pendiam. Dia tidak suka keramaian. Karena itulah sampai sekarang dia masih jomblo, hahaha," Ucap Rara tanpa rem.
"Memangnya kamu sudah? Huh, Rara, diamlah dan makan." Ucap Gendhis malas.
"Iya iya maaf. Kalau mas Tio sudah punya pacar?" Baru kali ini temannya itu bertanya pada pria yang duduk di sebelah Erl.
"Aku dan bang Erl belum punya pacar. Iya kan bang? Hahaha," Jawab Tio, mewakili Erl.
"Oh, jadi kalian masih jomblo juga? Bagaimana kalau …"
"Maaf, aku tidak tertarik. Aku lebih suka mencari uang dibandingkan mencari pacar." Ucapan Gendhis sukses membuat Erlangga terbatuk-batuk saking kagetnya mendengar jawaban sang perempuan. Tio pun melongo mendengar jawaban perempuan yang duduk di hadapannya.
"Gendhis,"
"Kenapa? Kedatanganku kesini adalah untuk menemani kamu makan siang. Bukan untuk melakukan kopi darat apalagi double date." Jawab Gendhis lugas.
"Kamu sungguh perempuan yang tegas dan sedikit angkuh." Ucap Erl tiba-tiba.