"Nengsih, my name is Nengsih! And you, what is your name bro?" tanya balik Nengsih, ia mulai mencari nama Mang Dar di ponselnya.
"My name is Nathan Bruno," jawab Nathan dengan senyum ramahnya.
"Oh, ternyata hotel tempat aku biasa buka kamar tempat cewek galak itu kerja. Tapi kok, aku gak pernah tengok dia? Atau mungkin bukan shift nya dia kerja, tapi dia bagian apa di hotel? Apa aku perlu tanya sama, teman-temannya? Ah, malu aku!" pipi Nathan merona inget Olga.
"Mang Dar nya bentar lagi sampe tuh bang, mohon ditunggu ya!" celetuk Nengsih setelah menutup teleponnya, Nathan anggukkan kepalanya.
"Thank you so much for ur kindness, Nengsih." ucap Nathan sembari menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya, Nengsih angguk-angguk.
Mereka berdua saling melemparkan senyum.
"Anyway, boleh titip kan salam saya buat cewek galak yang tadi? Tolong bilang sama dia, saya akan main ke sini untuk bertemu dia besok," Nathan hilangkan rasa malunya untuk menitipkan pesan dan salam kepada Olga melalui temen-temannya.
"Cieee-cieee, diem-diem Si Abang ganteng suka sama Mamih ... Eeeaaa ..." goda Santi, pipi Nathan semakin merona.
"Tenang bang serahin sama Ratna, nanti akan Ratna sampaikan sama Mamih salam dan pesan abang Nathan, yang ganteng. Ratna kasih abang info nih, bukan Abang aja yang nitip salam dan pesan untuk mamih, buanyak bang! Cowok-cowok itu pada nitip salam dan pesan buat Mamih sama Ratna juga, jadi saingan abang tuh buanyak!" jelas Ratna dengan rinci serinci-rincinya, Nathan nyengir kuda.
"Aku tahu lah, pasti banyak yang suka sama Olga dia cantik hehehe," Nathan tersipu malu.
"Tidak seperti Ratna ya bang, idungnya pesek? Biar pesek blesek juga idung Ratna, tapi goyangan ngebor dong!" pungkas Ratna dengan percaya dirinya, dia goyangkan badannya membuat semua tertawa melihat kelakuannya yang lucu.
"Oke-oke aku percaya, kamu lucu sekali." Nathan cekikikan, Ratna menghampiri Nathan dan memukul pelan tangan atas kirinya dengan manja.
Nathan terkesiap!
"Kok Abang gitu sama Ade, kan Ade sudah kasih goyangan maut!" goda Ratna, Nathan cengar-cengir.
"Maaf-maaf, aku hanya manyampaikan apa yang aku rasa. Lihat kamu sampai goyang-goyang untuk menunjukkannya pada aku, dan aku pikir kamu orang yang lucu," lagi-lagi Nathan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya ke arahnya, Ratna tertawa ngakak.
"Ha-ha-ha Ratna cuma becandain abang saja kok, maaf juga ya abang ganteng!" Ratna juga menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya ke arahnya, Nathan acungkan jempol kanannya ke arahnya.
"Beneran nih Abang besok mau ke sini, untuk nemuin Mamih Olga? Jangan sampe gak dateng ya, soalnya nanti Ratna yang kena omel kalo Abang, gak dateng!" tanya Ratna memastikan.
"Tentu saja aku akan datang, jangan takut aku bohong dan tidak datang pasti aku datang, janji!" ucap Nathan dengan wajah seriusnya seraya mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah nya ke arah Ratna.
"Oke deh, nanti Ratna sampaikan!" Ratna mengedipkan sebelah matanya ke arahnya.
"Tapi boleh tidak, aku minta nomer teleponnya?" tanya Nathan ragu.
"Kalo soal nomer telepon Ratna tidak berani kasih, maaf ya abang ganteng. Soalnya Mamih pernah pesen jangan sembarangan kasih nomer telepon dia, sama cowok! Ya udah besok ditunggu ya bang, bawa temannya lah untuk Ratna," Ratna mengedip-ngedipkan matanya, mata genit!
"Oh, begitu ya? Baiklah! Tidak apa-apa aku mengerti, dan terima kasih ya Ratna sudah mau sampaikan pesan dan salam aku buat, Olga." Ratna anggukkan kepalanya, ia berjalan kembali ke beranda dengan melenggak-lenggokan badannya.
Tin! Tin! Tin!
Suara klakson dari mobil Sedan warna putih Corolla keluaran tahun jebot milik Mang Dar, semua menoleh ke jalan di mana Sedan putih itu berada.
"Tuh bang, Mang Dar nya udah dateng. Aku udah bilang suruh anterin Abang, ke hotel Club Med!" Nengsih menunjuk ke arah mobil Mang Dar.
"Aku pikir taksi, taunya mobil pribadi." Nathan nyengir kuda, ia mengambil dompetnya lalu menghampiri beranda mess Olga. Dia memberikan lima lembar kertas berwarna merah ke Mak Nemi. Sontak Mak Nemi kaget dan menatap wajahnya, begitu juga dengan semua teman-teman Olga.
"Untuk bayar makan semuanya, apakah masih kurang Mak?" tanya Nathan, ia meraih tangan kanannya meletakkan lembaran-lembaran kertas merah di telapak tangannya.
Mak Nemi melirik ke arah tangannnya dan tak kuasa untuk menolaknya. Nathan memperhatikan wajah nenek-nenek gemuk itu dan ia merasa iba.
"Ini kebanyakan, Mister!" jawab Mak Nemi sembari menghitung kertas merah yang ada di tangannya, semua teman-teman Olga merasa takjub melihat Nathan.
"Untuk Mak saja lebihnya, saya ikhlas. Aku permisi pulang dulu ya semua balik hotel mau istirahat, besok aku akan tepatin Janji aku untuk datang ke sini lagi, menemui Olga. Jangan lupa sampaikan salam dan pesan aku buat, Olga!" ucap Nathan, ia berpamitan pada semua.
"Makasih, Mister!" Nathan anggukkan kepalanya, Mak Nemi dan Nathan saling melempar senyum. Dia berjalan ke arah mobil Mang Dar.
"Makasih ya abang ganteng yang baik hati udah bayarin makan kita orang, di Mak Nemi! Tenang aja bang, nanti Ratna yang sampaikan salam dan pesan abang sama Mamih. Besok jangan lupa, bawa oleh-oleh ya bang!" seru Ratna lantang, ia melambaikan tangannya ke arahnya. Nathan acungkan jempolnya dan tersenyum lebar.
Nathan membuka pintu mobil Sedan putih itu dan duduk di belakang, Mang Dar menyapanya seraya melemparkan senyum.
"Selamat siang Mister, mau ke hotel Club Med ya?" tanya Mang Dar ramah, Nathan anggukkan kepalanya.
"Siang juga Mang, iya ke hotel Club Med. Aku pikir tadi panggil taksi ternyata mobil pribadi, emang tidak ada taksi di sini ya Mang?" tanya balik Nathan, ia lirik kanan kiri.
"Banyak taksi di kota dan pelabuhannya Mister, kalo di mess-mess sini jarang taksi yang lewat karena mereka kalo kerja ada mobil anter jemputnya dari hotel. Jadi mereka pakai mobil saya kalo mau ke luar," jelas Mang Dar, Nathan angguk-angguk.
"Oh gitu ... Pantas saja, saya dari tadi tunggu taksi lewat di depan tidak ada yang lewat," Nathan geleng-geleng, Mang Dar tersenyum lebar.
"Iya begitu Mister, kalo Mister mau jalan ke luar hotel juga mister bisa hubungi saya. Nanti saya kasih nomer telepon saya," Mang Dar menawarkan jasanya sebagai supir pribadi selama Nathan berada di Kepulauan Riau.
"Boleh Mang Dar, kalo emang Mang Dar bisa anter jemput aku kalo aku ke sini lagi," mereka berdua saling melempar senyum.
"Memang Abang dari mana, Malaysia atau Singapura?" tanya Mang Dar seraya menoleh ke arah Nathan.
"Saya dari Brunei Darussalam, bukan dari Malaysia dan Singapura." jawab Nathan singkat, ia perhatikan jalan kanan kiri yang banyak ditumbuhi dengan pohon kelapa sawit.
Perjalanan dari mess ke hotel Club Med sekitar dua jam lebih lima belas menit, selama perjalanan Nathan dan Mang Dar ngobrol seputar Bintan Lagoon dan Tanjung Pinang.
"Berapa aku harus bayar, Mang Dar?" tanya Nathan ketika mobil Mang Dar sudah berada di lobby hotel Club Med, ia mengambil dompetnya di dalam tas slempangnya dan mengambil tiga lembar kertas berwarna merah.