Chereads / Jean Areksa, Marry Me! / Chapter 3 - Fakta

Chapter 3 - Fakta

Masih seputar Rinjan. Gadis itu benar-benar tidak bisa diam, karena kencan butanya dengan Alen kemarin berjalan dengan lancar. Bahkan keduanya kini resmi berpacaran. Ryujin turut senang mendengar kabar baik itu, namun dirinya harus bersiap diri. Karena Alen adalah teman dekat Ryujin, kemungkinan besar Rinjan akan menerornya terus, karena gadis itu beranggapan bahwa Ryujin tahu semua sisi baik dan buruknya Alen.

Pagi ini, Ryujin sudah mendapatkan ratusan panggilan telepon dari Rinjan. Gadis itu berkali-kali menanyakan kabar Alen bagaimana. Secara Alen saat ini belum bangun dari tidurnya. Bisa-bisanya Rinjan berpikir bahwa Alen mengabaikannya karena bersama wanita lain. Hal itu terus menghantuinya, dan tidak akan berhenti meneror jam tidur Ryujin.

Tutttttt .... Tutttttt .... Tutttttt ....

Ringtone ponsel yang begitu menggema itu membuat Ryujin harus memaksakan tubuhnya untuk segera bangun. Bukan menyesal, tapi sudah tahu hal ini akan terjadi. "Sialllll," umpatnya melempar ponselnya.

Setelah bangun dari ranjang king of size-nya. Ryujin berniat untuk segera mandi secepatnya. Gadis itu sudah merasakan energi buruk di luar rumahnya. Sepertinya tidak lama lagi bencana alam akan datang menghampirinya. Tidak perlu dihitung. Karena bencana itu sudah cukup dekat. Pasrah? Tentu…

Brakk!!!

"Ryujinn … Alen ngga ada kabar! Alen di mana? Selingkuh sama siapa? Lo kasih tau gue alamat rumah ceweknya atau ngga alamat rumah Alen! Biar gue jambak sekalian dua-duanya," pekik Rinjan berlarian menyerobot masuk ke kamar Ryujin yang tidak terkunci.

Bencana alam ini sangat memuakkan sebenarnya. Namun apalah daya, jika tidak seperti itu memang kurang lengkap dalam pertemanan. Ryujin, gadis itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar mandi. "Gue bunuh juga lo lama-lama," geram Ryujin.

"Ngapain mandi? Mau pergi ke rumah, Alen? Gue ikut, ya? Biar gue tau juga rumah cowok gue," mohon Rinjan membentuk raut wajah menyedihkan. Membuat Ryujin ingin menggamparnya.

Ryujin melempar handuknya ke wajah Rinjan, lalu menghela napas pelan. "Njan, gue kok takut sendiri, ya. Lo yakin, kan kemarin nggak aneh-aneh? Tingkah lo, nggak bikin Alen ilfil, kan?" tanya Ryujin memastikan. Kenapa tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak.

"Setakut itu lo sama gue? Eh denger, ya! Si Alen bahkan gombal banget tuh cowok. Entah itu sifat aslinya atau bukan, pokoknya ucapan tuh cowok setiap petiknya bisa ngeluluhin gue ajg. Lo ngejamin tuh cowok ngga neko-neko, kan? Udah terlanjur sayang soalnya," protes Rinjan, membuat Ryujin mendesis keras.

Ryujin, gadis itu tau apa yang terbaik untuk Rinjan. Kemungkinan besar, Alen memang tidak sama persis seperti buaya-buaya diluaran sana. Ryujin mengenal betul bagaimana Alen, secara Ryujin sudah berteman cukup lama dengan cowok itu. Cowok itu tidak seperti apa yang dipikirkan oleh Rinjan. Cowok itu juga tidak segampangan buaya-buaya pada umumnya. Alen lebih ke pendiam, dan pastinya tidak neko-neko. "Kalau, ngga mau yaudah! Buat gue aja! Gue juga mau kok sama, si, Alen!" seru Ryujin, sambil melangkah masuk ke kamar mandinya lagi.

***

Setelah selesai mandi, Ryujin benar-benar memutuskan untuk tidak pergi bekerja hari ini. Meski gila kerja, namun gadis itu harus mengurungkan keras niatnya supaya tidak bertemu dengan Jean, secara Jean akhir-akhir ini melakukan kolaborasi dengan perusahaan tempat Ryujin bekerja. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Ryujin lebih memilih untuk meninggalkan pekerjaannya sementara ini. Bahkan bisa saja, Ryujin saling bertukar tatap dengan pewaris tunggal Areksa di dalam kantor perusahaan itu jika ia benar-benar ke kantor hari ini. Dan hal itu sangat-sangat dihindari oleh Ryujin.

Ryujin dan Rinjan saat ini tengah berada di rumah Alen. Meski terlihat acuh, namun Ryujin akan membuat Rinjan bahagia, bagaimanapun caranya. Bahkan, gadis itu rela menjadi obat nyamuk mereka.

Kebetulan rumah Alen cukup jauh juga dari rumah Ryujin. Perjalanan ditempuh berkisar antara 1 jam, bahkan bisa lebih jika tidak mengebut.

Alen juga menyambut baik kedatangan kedua gadis itu. Apalagi rumahnya ini cukup sepi, karena Alen hanya tinggal seorang diri—kedua orang tuanya bertugas diluar negeri, terlebih pekerjaan Alen dirumah menjadi seorang peretas. Dan tidak ada yang mengetahui akan hal ini, selain Ryujin.

Suasana ini tidak begitu canggung lagi untuk gadis seperti Ryujin. Gadis itu cukup hebat dan kebal. Ia tak akan kepanasan meski Rinjan dan Alen saat ini mesra-mesraan dihadapannya. Suasana itu sudah cukup biasa untuknya.

"Len, gue masih pusing perihal duit itu. Kek aneh banget, ngga, sih?" ucap Ryujin bersantai, seraya memakan camilan snack.

"Kalau pun begitu, gue belum tahu hasil akhirnya, Ryu. Jadi, gue minta maaf banget sama lo—karena ngga meyakinkan banget. Tapi gue akan tetep berusaha. Jadi lo yang tenang," jawab Alen sedikit meyakinkan. Sedangkan gadis yang saat ini menempel di pundaknya itu bingung dengan topik pembicaraan Ryujin dan Alen.

Ryujin, gadis itu tiba-tiba meraih ponselnya, kemudian mencari daftar nama kontak nama Suho, papanya.

Alen sontak mengernyitkan dahinya. "Jangan bilang lo mau telepon papa lo? Ryuuu....!" memekik kecil saat Ryujin kelewat batas adalah kebiasaan cowok itu.

Hal ini sebenarnya tidak begitu serius. Namun, Ryujin akan membuatnya menjadi serius. Bagi gadis gila kerja sepertinya, uang 60 Miliar bukanlah uang yang kecil. Meski 100% dirinya yakin bakalan kena omelan Suho, Papanya. Namun dirinya akan tetap membeberkan fakta, bahwa dirinya kehilangan uang 60 Miliar karena menjadi investor di perusahaan rintisan gadungan. Sebelumnya hal ini tidak pertama kali untuk Ryujin, gadis itu sudah tiga kali tertipu dalam hal berbisnis. Dan nominal uang saat itu tidaklah sedikit, 60 Miliar hangus tanpa sepengetahuan keluarganya. Bahkan Ryujin sendiri lupa, kenapa dirinya bisa segampang itu menyerahkan 60 Miliar kepada CEO gadungan.

Alen sebagai sahabatnya, tak akan tinggal diam, dan berusaha keras merebut kembali uang miliaran itu. Meski Ryujin terbilang sangat ceroboh, dan hal itu tetap terulang kembali.

"Hentikan, Ryu. Lo mau cari mati? Papa lo ngga akan bantu! Yang ada lo di eksekusi mati!" serunya menyayangkan sikap gadis itu.

Rinjan yang merasa sebagai sahabat dekatnya Ryujin, tidak terima karena dirinya benar-benar tidak mengetahui apa-apa. Ryujin benar-benar menutupi hal sebesar ini kepada Rinjan. "Ryu…." pekik Rinjan, membuat Alen sontak kaget.

"Siall," umpat Ryujin dalam hati. Gadis itu berdiri—kemudian duduk lagi untuk membenarkan posisi duduknya. "Gua kena tipu," lirih Ryujin, tak menatap balik mata Rinjan. Gadis itu berpikir, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu Rinjan.

Sedangkan Alen ketar-ketir sendiri—takut kena semprot gadis yang baru saja berpacaran dengannya itu. Meski baru berpacaran, namun Alen tahu betul sifat dan tingkah Rinjan selama ini. "Sa-sayang, ja-jadi … maksud Ryujin tuh…." gagap Alen.

Rinjan menatap sengit cowok yang kini duduk berdampingan dengannya. "Apa? Kalian berdua nyembunyiin apa dari gua? Hah?" desak Rinjan merasa di sepelekan.

"Duit 60 Miliar hangus!" sela Ryujin spontan. Sudah waktunya gadis itu tahu. Karena jika berlama-lama menyembunyikannya, itu akan rumit di akhir.

"Hah...? Duit gue juga dong? Gue kasih lo 30 Miliar untuk berinvestasi waktu itu, hangus juga? Lo kok gitu, Ryuu? Gila lo!" sembur Rinjan sontak naik pitam.

"Ya—ma-maaf, gue ngga tau bakal ketipu lagi. Ya ... gimana lagi," lirih Ryujin menunduk pelan.

Rinjan mendengus keras. "Gilaa lo, sumpah. Pantesan ngga cair-cair. Eh ketipu lagi? Emang bener, ya kata, Jean. Lo itu terlalu tergesa-gesa kalo ngerjain sesuatu. Gegabah tau, ngga! Ga akan bener berbisnis sama lo. Lo mabok apa gimana pas nyerahin tuh duit? Enteng banget. 60 Miliar woyyy! Bukan 60 ribu! Sekarang gimana? Lo mampu ga balikin tuh duit? Ryuu ... gue bener-bener takut di marahin sama bokap lagi, karena ide konyol lo itu. Lo tau, kan? Gue pinjem papa, itu duit papa! Dan gue berharap hasilnya berkali-kali lipat buat gue," rengek Rinjan.

Mendengar rengekan Rinjan, membuat Ryujin spontan mengangkat kepalanya. "Gue punya ide! Kenapa kita ngga nemuin, Jean aja? Minta kesempatan terakhir. Gimana?"