Chereads / Jean Areksa, Marry Me! / Chapter 4 - Adu Visual

Chapter 4 - Adu Visual

Pertemuan berawal dari ide konyol gadis itu. Ide yang sangat mencengangkan Rinjan dan Alen. Pasalnya, Ryujin harus memutuskan urat malunya sendiri demi mendapatkan uang-nya kembali. Karena cara satu-satunya terdapat pada ide konyol itu. Ryujin percaya, Jean bisa membantunya.

Malam ini Ryujin tak lagi bersama Rinjan maupun Alen. Gadis itu justru sudah terlihat rapi nan ber aura cantik dengan dress yang membentuk siluet di pinggulnya, lantaran berniat untuk menemui Jean, tanpa sepengetahuan Jean. Kemungkinan besar Jean berada di rumahnya, karena Ryujin baru saja mendapatkan kabar dari sekretaris Jean, bahwasanya, Jean sedang tidak memiliki janji temu dengan siapa pun malam ini.

***

"Sayang ... cantik banget. Mau kemana kamu, Nak?" Yuri, wanita itu terpesona akan kecantikan putrinya. Namun seketika ekspresinya berubah mengeras kala melihat dress sexy yang dikenakan oleh putrinya.

Ryujin menanggapi wanita itu dengan tersenyum simpul seraya membenarkan sepatu hak senada yang dikenakannya. "Ma, aku ngga yakin bisa pulang apa engga nanti. Banyak kerjaan soalnya. Pamit dulu, ya, Ma." Menarik tubuh Yuri—memeluknya erat, mengisyaratkan berpamitan.

Wanita itu segera melepaskan dekapan tubuh putrinya yang baru saja mendarat ke tubuhnya. "Ehh, kok nggak pulang? Mau keluar kota? Mama dengar, kamu berhenti berkerja sementara, dengan alasan letih dan berniat untuk penyembuhan, healing apa itu. Pokoknya kamu yang bilang sendiri sama mama kemarin. Tapi kenapa tiba-tiba sibuk lagi?" bisik Yuri, ia takut Suho, suaminya mendengar pembicaraannya dengan Ryujin.

"Ma, tapi maaf, Ryu bener-bener terburu-buru sekarang. Nanti, Ryu telepon mama. By, Maa...." Melangkah pergi begitu saja.

Yuri mendesis pelan, wanita itu tak mengejar putrinya, melainkan kembali ke kamarnya. Meski sebenarnya Yuri sudah tahu tujuannya, hanya dari pakaian yang dikenakan oleh putrinya. Karena jika nongkrong, Ryujin sangat mustahil mengenakan pakaian semenggoda itu. Benar, Yuri berpikir gadis itu akan menemui Jean.

***

Haruskah merasa gugup? Benaknya terus menerus mengarah ke sana. Ryujin mengemudi sambil berpikir lagi, apakah keputusannya sudah benar ataukah malah mempermalukannya di akhir nanti.

Tutt-Tutt-Tutt

Ringtone ponselnya tiba-tiba menggema di dalam tas yang terletak di kursi sebelahnya. Cepat-cepat gadis itu menjawabnya.

"Eoh, ada apa?" lontar Ryujin.

"Ryu, cewek gue hamil, Ryu. Gue harus gimana, Ryu? Bantuin dong," sambar seorang pria dari seberang sana.

"Hah? Sialll, gimana ceritanya? Lo tau anak siapa yang lo hamilin? Jangan main-main lo, Bar sama gue," pekik Ryujin membanting setir. Gadis itu begitu terkejut dengan ucapan pria yang masih berada dalam panggilan berlangsung itu.

"Ryu ... Ryuu ... lo gapapa, kan, Ryu?"

"Halo, Ryu...."

"Ryu ... Haloo ... lo nyetir sambil mabok, ya?"

Titt-Titt

Ryujin mematikan panggilan itu segera. Jantungnya berdetak begitu kencang kala tiba-tiba dirinya membanting setir ke arah kiri dengan kecepatan yang terbilang lumayan kencang. Namun syukurlah mobilnya tidak terguling. "Sialll," umpatnya mendengus tak beraturan.

Bara, seorang pria yang berteman dekat dengan rumah Ryujin selain Alen. Bara lima bulan terakhir ini berkencan dengan teman kantor Ryujin, dan kencan buta itu berlangsung juga karena Ryujin. Belum menikah namun keduanya sudah berhubungan intim, ditambah sekarang sudah hamil. Bagaimana Ryujin bisa diam? Venska, gadis itu teman kantor Ryujin yang berposisi menjadi bendahara kantor. Venska kemungkinan besar akan terancam di pecat akibat kehamilannya. Karena kantor tempat Ryujin bekerja tak menerima karyawan hamil maupun sudah menikah.

Setelah 15 menit Ryujin menarik napas dan membuang nafas dalam-dalam di tepi jalan, kini akhirnya energinya terkumpul kembali dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Jean. Gadis itu tak mau memikirkan Venska terlebih dahulu, karena yang terpenting saat ini adalah uang. Ryujin harus merebut uang investasinya kembali sebelum orang tua Rinjan menyadari. Nominal itu sangat besar, dan Ryujin tak mempunyai uang sebesar itu, karena rekeningnya saat ini dibekukan oleh Suho, papanya.

***

Halaman rumah yang begitu luas. Taman buatan dengan nuansa air mancur yang terbentang luas ditengahnya, membuat Ryujin harus membungkam kedua telinganya. Gadis itu tak begitu suka dengan suara air mancur. Apalagi air mancur yang berada dihalaman rumah Jean begitu deras.

Tuk-Tuk-Tuk

Suara sepatu hak tinggi yang dikenakan Ryujin tiba-tiba berhenti saat seorang pria bertubuh tinggi dan besar menghadang jalannya. Sontak Ryujin mendesis—sebisa mungkin mencoba tidak gugup. Bagaimana tidak, seorang Jean Areksa saat ini tengah berada dihadapannya setelah sekian lama tak bertemu dengannya sejak inseiden perselingkuhan palsu itu.

Ryujin mendongak perlahan—mencoba terlihat semenarik mungkin di mata pria tampan itu. " Hello Mr. Jean Areksa," sapa Ryujin tersenyum getir.

Karena Jean lebih tinggi dari Ryujin, sehingga dirinya harus menekuk lehernya untuk berbicara berdekatan dengan gadis itu. "Woww ... Tante, Ryujin," takjubnya bernada ledekan.

Entah kenapa saat sudah menjadi mantan Jean semakin menarik di mata Ryujin. Pria itu hampir menarik tali pembatas yang di pasang oleh Ryujin. Dan sebisa mungkin Ryujin tidak goyah saat melihat pria tampan dan berotot itu.

"Kesini karena mau labrak gue? Gue rasa engga, telat banget soalnya. Ada hal lain?" tanya Jean penasaran. Pria itu mengangkat satu alisnya dengan melipat kedua tangannya.

"Lo kenapa pake kaos putih ketat? Mana basah-basahan. Sinting nih orang," umpatnya membuang muka.

Entah kenapa Ryujin malah menjerumuskan dirinya sendiri. Padahal niatnya kemari untuk meminta bantuan kepada Jean, bukan mencari perkara.

Di sisi lain Jean sadar, sepertinya gadis itu gagal fokus karena tak sengaja melihat body abs-nya. "Sorry, gue abis olahraga," ujarnya sedikit menghilangkan kesalahanpahaman. Jean takut jika Ryujin berpikir dirinya sengaja berpakaian haram seperti itu.

"Pamer terooosss! Ngga pengen gue!" cibir Ryujin kelewatan batas. Ia benar-benar lupa niat awalnya kemari.

Jean tak mau kalah. "Lo juga mau pamerin itu ke gue?" Jean melirik pinggang ramping Ryujin yang sepertinya sengaja juga diperlihatkan kepadanya. "Sorry, Ryu ... gue kalo liat lo, mendadak ngga normal. Bener-bener ngga tertarik gue sama lo!" ringis Jean melangkah pergi meninggalkan Ryujin begitu saja di halaman rumahnya.

Ryujin mendengus kecil. Gadis itu mencoba untuk bersabar dan mengikuti langkah Jean dari belakang.

***

Di dalam rumah.

Isi rumah yang serba glamor menarik perhatian Ryujin untuk melihat-melihatnya, dan salah satu dari barang itu terdapat pemberiannya.

Ryujin mencoba untuk duduk di sofa—menunggu kedatangan Jean yang sepertinya sedang berganti pakaian sebelum menanyakan maksud kedatangan Ryujin kemari.

Ryujin, gadis itu itu malah teringat obrolannya tadi dengan Yuri, mamanya. Ryujin tadinya berniat untuk tidak pulang dan menginap. Namun semakin kesini, dirinya malah berpikir kenapa dirinya begitu bodoh. Bisa-bisanya ia izin ke mamanya seperti itu tadi? Lagian kenapa dirinya harus meningap di rumah Jean, pria yang di mata Ryujin sangat brengsek karena telah menyelingkuhinya. "Kenapa? Bukankah membicarakan persoalan itu tak ada satu jam lamanya? Kenapa harus menginap di sini? Kenapa?" gerutunya kesal kepada dirinya sendiri.

"Siapa menginap disini?" celetuk Jean kala mendengar ucapan Ryujin.