Tak disangka, Jean mendengar gerutuan Ryujin di ruang tengah seorang diri. Membuat Ryujin harus menelan ludah karena saking terkejutnya. "Je-jean," gagapnya menahan rasa malu yang begitu besar.
Jean tersenyum tipis, bahkan hampir tak terlihat. CEO muda itu mencoba untuk duduk, tepat menghadap Ryujin. "Baik, langsung ke intinya!" seru Jean berwajah serius. Punggungnya membungkuk kecil, kemudian jari jemarinya dirapatkan. Suasana malam hari ini benar-benar membuat Ryujin berpikir seperti akan diinterogasi oleh pria itu.
Sebelum memasuki fase obrolan yang serius dan menegangkan. Ryujin menarik napasnya terlebih dahulu. Gadis itu menelan ludah. "Heuhh ... baik, langsung saja. Lagi pula, gue ngga bisa berlama-lama disini, ngapain juga? Males gue sebenarnya liat muka lo. Muka-muka penghianat! Tapi mau gimana lagi, ide konyol gue tertuju ke lo saat ini. Gue harap, lo ngga nolak gue malam ini. Karena hanya lo yang saat ini bisa bantuin gue. Kalo misalkan lo nolak, gue ngga ngerti lagi mau minta bantuan ke siapa. Lo tau kan seceroboh apa gu...."
"Langsung ke intinya!" celetuk Jean lirih menghela nafas.
"Ya, ngga gitu juga. Gue kesini baik-baik, lo juga harus baik ke gue. Jangan sok cool, jangan sok dingin, dan lagi, jangan sok ganteng! Karna lo ngga ada ganteng-gantengnya! Oke, langsung ke intinya, jadi gue kesini karna mau minta bantuan ke lo...."
"Gue tau kalo lo mau minta bantuan ke gue!"
"Ya maka dari itu lo harus dengerin penjelasan gue! Gue bener-bener ngga ngerti lagi harus berbuat apa, Jen. Semuanya tampak melelahkan dan nyakitin. Dan lagi, jangan geer karna gue datengin lo. Gue ngga ada maksud lain buat datengin lo malam ini, selain membicarakan insiden gue seceroboh lagi itu. Niat gue murni mau minta bantuan ke lo. Inget, ya ini mungkin bantuan pertama dan terakhir! Jadi jangan harap gue kesini lagi. Jangan harap! Astagaa ... liat muka lo aja udah pengen muntah gue. Yaudah langsung ke intinya, gue ngga mau memperlama, karena takut lo menang banyak. Gue ngga murahan inget, ya! Jangan pandang rendah diri gue! Sialan lo! Intinya gue mau minta bantuan ke lo, dan lo harus mau bantu gue. Gue ngga mungkin bisa ngadepin ini semua sendiri. Langsung ke intiny...."
"Kenapa, sih? Lo punya masalah hidup apa, sih?" heran Jean, mencoba untuk bersabar. Pria itu baru kali ini melihat Ryujin panjang lebar seperti itu terhadapnya, secara selama mereka berhubungan, Ryujin hanya bicara satu dua kata saja. Dan hal itu penyebab besarnya hubungan berakhir, karena keduanya saling sibuk di bidang masing-masing.
"Kok lo marah? Lo baru saja meninggikan nada bicara lo ke gue!" pekik Ryujin tidak terima.
Jean tidak tahu harus berbuat apa. Pria itu serba salah. Sampai akhirnya Jean mendongak ke atas, sampai jakunnya mengeras. "Gue sibuk! Ada kerjaan! Ngga ada waktu buat nanggepin cewek aneh kaya lo!" Berdiri dari sofa mewah tempat ia duduk.
Jean berada di titik pasrah. Pria itu tidak kuat dan memutuskan untuk mengusir Ryujin yang semakin ngelunjak. Entah itu karena dendam pribadi atau apa. Yang pastinya, Jean saat ini begitu muak dengan asal-usul manusia modelan seperti Ryujin. Kini Jean paham, sudah semestinya dirinya memutuskan hubungan dengan gadis itu, meski harus di cap sebagai pria brengsek karena telah berpura-pura selingkuh.
"Berani, ya lo ngusir gue? Ngga ada sepuluh menit, Jen. Gue janji! Saat ini gue bener-bener butuh bantuan lo! Gue bingung mau lari ke mana lagi, selain ke lo. It's okay, ya gue tau. Kita saat ini bukan siapa-siapa, kita ngga saling kenal, kita orang asing! Gue tahu itu! Bahkan papa gue sendiri ngga ngedukung gue, Jen. Gue berharap lo bisa bantuin gue!" rengek Ryujin memohon-mohon. Tingkah randomnya begitu membuat Jean menggelengkan kepalanya.
Kini niat Jean untuk mengusir Ryujin diurungkan, karena sepertinya gadis itu benar-benar membutuhkannya saat ini. "Gue pertegas lagi! Maksud lo apa datengin gue malem-malem gini? Hah? Tujuan ... tujuan, gue tanya tujuan lo apa? Gue pertegas dan jangan bertele-tele. Oke, tujuan lo apa kesini? Gue musti ngapain, biar lo itu diem! Ngga banyak omong! Ngga intinya-intinya mulu dari tadi," tegas Jean sehingga matanya nanap—terbelalak saking rusuhnya gadis itu.
"60 Miliar hangus!" beber Ryujin lirih—menatap mata Jean begitu dalam.
Jean kala mendengar perkataan gadis itu seketika terdiam. Gadis itu rupanya semakin parah. Ryujin, gadis yang sangat gila kerja, namun tak berhati-hati dan selalu gegabah. Ini ketiga kalinya Ryujin cosplay menjadi investor di perusahaan rintisan gadungan, dan tertipu lagi. Kini lebih parah, karena dana investasi itu nominalnya sangat besar, 60 Miliar, dan separuh milik orang tua Rinjan.
Sontak Jean menjatuhkan matanya ke arah telapak kakinya yang terbungkus sandal rumahan. Memikirkan bagaimana ada gadis segila itu dirumahnya.
"Jean, kok lo diem, sih? Jen bantuin gue, Jen. Lo, kan lebih paham persoalan itu daripada gue! " lirihnya lagi. Keringat dingin mulai bercucuran di tubuh Ryujin, mengingat dirinya yang tadi kasar terhadap pria itu.
Tujuh menit lamanya, keduanya berdiam-diaman. Suasana ruang tengah yang tadinya kisruh, kini hening karena Jean masih tak habis pikir—teramat menyayangkan tingkah Ryujin yang jika bergerak pasti bisa merugikan pihak mana pun.
"Jennn...." lirih Ryujin lagi, tak berani menatap mata pria yang menunduk dihadapannya itu. Suasana semakin mencekam, meski keduanya tidak satu perusahaan.
Jean angkat bicara, mengangkat kepalanya perlahan. "Gu-gue harus ngapain? Gue harus bantu apa? Lo mau minta 60 Miliar ke gue?" sahut Jean datar.
"Gue bingung harus berbuat apa, Jen. Gue marah sama diri gue sendiri. Gue juga bingung kenapa gue bisa seceroboh ini, dan ini ngga pertama kali gue kaya gini. Rekening gue di bekuin papa, meskipun itu pribadi milik gue, duit-duit gue sendiri! Tapi, ya pasti hal itu akan terjadi, karena pada dasarnya satu keluarga mata duitan semua. Yang jadi masalah, 50% duit itu milik temen gue. Gue ngga punya solusi. Ngga punya jalan keluar, dan temen gue cuma kasih waktu satu bulan," terang Ryujin memelas.
"Tiga kali loh, Ryu! Tiga kali! Apa, sih yang lo pikirin? Hah? Lo kira 60 ribu? Enteng banget main kasih-kasih aja. Tiga tahun lo kerja jadi tangan kanan terpercaya Bos lo! Dan selama tiga tahun juga, lo belum paham dunia perbisnisan? Heihh ... lo selama tiga tahun berada di medan perang! Lo ngapain aja? Terus papa lo tau? 60 Miliar itu?" bentak Jean terbawa emosi.
"Papa ngga tau, gue bohong ke papa. Gue bilang cuma ke tipu 10 Miliar," jelas Ryujin ketus.
Jean semakin geleng-geleng melihat gadis itu. Seluruh tubuhnya tiba-tiba menggertak. "Gini-gini, dengerin gue! Setiap investor, kan selalu bersilahturahmi dulu tuh, kepada CEO sang pemilik perusahaan rintisan itu. Dan seharusnya lo tahu bisnis rintisan apa yang dari awal bikin lo tertarik. Jangan bilang, lo ketiga kalinya ketipu karena di hipnotis lagi, jangan bilang, Ryu?" tanyanya memastikan.
"Gue hampir di perkosa, Jen! Gue takut!" jawabnya gemetar.