Chereads / My psychiatrist's love / Chapter 6 - kebingungan

Chapter 6 - kebingungan

Bel apartemen berbunyi, menandakan bahwa ayam goreng yang mereka pesan telah datang. Haewon mengambil sekotak ayam goreng dengan bonus cola dan meletakkan di meja depan tv.

Gadis itu membuka kotaknya dan semerbak wangi ayam goreng menyebar ke seluruh ruangan. Tak lupa dia menyiapkan acar lobak sebagai pendamping. Haewon lebih dulu mengambil sepotong ayam dan melahapnya, kemudian Seongeun juga melahap sepotong ayam goreng itu.

"Ayam goreng ini akan terasa lebih nikmat jika dibarengi dengan segelas bir." Seongeun menghela nafas.

"Kalau begitu mau ku ambilkan bir?" tanya Haewon.

"Tidak bisa, aku tidak boleh minum malam ini, besok aku harus masuk kerja," katanya sambil melahap sepotong ayam goreng.

"Jinjja? Eonni mendapatkan pekerjaan?" Mata Haewon membulat.

"Eo, aku akan menjadi sekretaris di salah satu divisi GYP entertainment." Perkataan Seongeun ini sontak membuat Haewon terkejut dan refleks menutup mulutnya dengan tangannya.

"Aku tak salah dengarkan? Wah, eonni… bukankah seharusnya kita merayakan hari ini?" Haewon sangat bersemangat.

"Tapi Haewon-aa…" Seongeun menggantung kalimatnya.

"Ya, ya, tapi kenapa eonni?" tanya Haewon.

"Aku akan menjadi sekretaris pribadi salah satu produser mereka. Namanya Lee Chanhee. Kau tau?" Ketika mendengar nama Lee Chanhee Haewon semakin terkejut.

"Ya! Siapa yang tidak mengenal Lee Chanhee? Dia adalah produser terkenal. Dia memiliki grup produser bernama 3racha dan lagu-lagu mereka sangat terkenal. Yaaa… bukankah itu suatu kebanggaan bisa bekerja bersama orang terkenal," kata Haewon heboh.

"Aku tak yakin dia serius memintaku untuk menjadi sekretarisnya." Seongeun memakan acar lobak.

"Kenapa?" tanya Haewon dengan mulut yang dipenuhi ayam.

"Entahlah, apa orang sekelas dia mau bekerja denganku yang bahkan tak tau apapun tentang musik," jawab Seongeun lemas.

"Jangan pesimis dulu eonni," ucap Haewon.

"Aku takut kalau hanya dipermainkan olehnya," kata Seongeun.

"Jika dia berani mempermainkan eonni, maka aku akan turun tangan." Haewon menggulung lengan bajunya dan membuat Seongeun tertawa karena kelakuannya itu.

"Baiklah, jika terjadi apa-apa aku akan segera melapor kepadamu Kim Haewon." Mereka akhirnya tertawa bersama.

Setelah selesai, Seongeun tidur lebih awal. Sedangkan Haewon membersihkan sampah sisa makanan mereka. Lalu gadis itu masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Dia membuka ponselnya dan melihat sebuah foto di sana. Foto yang siang tadi ia ambil saat bersama Yonghwa dan Seunghan. Dia mengabadikan momen saat Yonghwa dan Seunghan bermain bersama.

"Hari ini terasa melelahkan, tapi entah kenapa aku merasa bahagia. Orang yang ingin ku hindari ternyata malah terus menerus muncul di sekitarku," ucapnya sambil melihat ponselnya.

Haewon meletakkan ponselnya di atas nakas, dan memutuskan untuk segera tidur. Besok entah apa yang akan menunggunya, yang pasti besok dia sudah ditunggu oleh pasien-pasiennya.

Pagi ini Haewon dibangunkan oleh alarm, dia mengerjapkan mata dan melihat ke arah jam dinding. Gadis itu melihat arah jarum jam menunjukkan pukul delapan pagi, tapi Haewon tak terlalu peduli mengingat dua hari yang lalu Seongeun mengerjainya.

Gadis itu pergi keluar kamar dan menemukan sebuah note bertuliskan, "Haewon-aa aku yakin hari ini kamu pasti mengira bahwa aku mengerjaimu, maaf tapi kurasa hari ini kau benar-benar terlambat."

Setelah membaca pesan dari Seongeun, gadis itu segera mengambil ponselnya untuk memastikan, dan benar saja jam yang ada di dinding dan di layar ponsel menunjukkan angka yang sama. Sekarang rasanya Haewon ingin sekali berteriak karena kesal dengan Seongeun.

Gadis itu pergi ke depan kulkas untuk mengambil sebotol air dingin. Dia kembali menemukan sebuah note tertempel di kulkas yang bertuliskan, "apa kau benar-benar tertipu lagi? Kau hari ini masuk siang Kim Haewon… jika benar-benar tertipu maka aku akan menertawakanmu habis-habisan."

Haewon memejamkan matanya, benar hari ini dia masuk siang. Kenapa juga dia selalu terlihat bodoh jika sudah di hadapan Seongeun. Kali ini skor mereka dua kosong. Haewon duduk di meja makan sambil merutuki kebodohannya dan memakan makanan yang Seongeun siapkan.

Sementara itu Seongeun telah rapi dengan blus dan rok span di atas lutut. Dia benar-benar pergi ke GYP entertainment dan menunggu di lobby seperti yang pria itu perintahkan. Kali ini Seongeun benar-benar membuang harga dirinya demi pekerjaan ini. Dia bahkan sudah siap jika memang pria itu menipunya.

Sudah hampir satu jam Seongeun duduk di lobby, menunggu kedatangan pria itu, tapi dia tak kunjung datang. Bodoh, benar-benar bodoh, Seongeun merutuki dirinya. Dia akhirnya memutuskan untuk beranjak dari sana, namun saat akan keluar tangannya ditahan oleh seseorang.

"Maaf, aku benar-benar minta maaf karena sangat terlambat." Kata maaf adalah kata pertama yang pria itu ucapkan pada Seongeun.

"Semalam aku begadang untuk project musik kali ini, dan aku benar-benar ketiduran tadi. Maaf, aku tak bermaksud mempermainkanmu." Pria itu menjelaskan keterlambatannya.

"Jadi, apa kau masih menerima tawaranku untuk menjadi sekretarisku?" tanya pria bernama Chanhee itu.

Seongeun masih terdiam, dia berpikir apakah pria di hadapannya ini benar-benar minta maaf atau hanya mengerjai Seongeun saja? Apakah pria ini benar-benar ingin dia menjadi sekretarisnya atau hanya mempermainkan Seongeun saja? Apa benar dia terlambat karena tertidur?

Seongeun adalah seorang gadis yang sudah kehilangan rasa percaya pada siapapun. Kepercayaannya berulang kali dihancurkan oleh orang lain. Kini gadis itu benar-benar bingung. Apakah dia harus membuang harga dirinya dan masuk dalam permainan Chanhee? Ataukah pergi saja dari sini dan melupakan hal ini? Tapi gadis itu benar-benar butuh pekerjaan.

"Jadi, apakah kau masih mau bekerja bersamaku?" Chanhee kembali bertanya saat menyadari Seongeun terdiam dalam lamunannya.

"Eo, ya. Aku akan bekerja bersamamu." Akhirnya Seongeun mengiyakan tawaran Chanhee. Dan pria itu tersenyum bahagia mendengar Seongeun yang menerima tawarannya.

***

Haewon bersiap untuk pergi ke rumah sakit universitas Seoul. Hari ini tak banyak pasien yang menunggunya, karena memang hari ini bukan jadwal klinik rutinnya. Hanya beberapa pasien dengan janji temu yang akan dia tangani hari ini.

Haewon melangkah menuju ruangannya dan betapa terkejutnya dia melihat Seunghan berlari menghampirinya sambil berteriak-teriak "mama… mama…" sedangkan Yonghwa berjalan di belakangnya dengan sebuah tas di tangannya.

"Seunghan-aa…" Haewon merunduk dan membuka kedua tangannya, dia menyambut bocah kecil yang berlari padanya dan memeluknya.

"Maaf karena mengganggumu, tapi Seunghan bersikeras untuk menunggumu. Dia membuatkan ini untukmu." Pria itu mengulurkan tangannya yang menggenggam sebuah tas berisikan bekal.

"Apakah Seunghan yang membuatkan ini untukku?" Haewon bertanya pada Seunghan.

"Eung…" jawab bocah itu. Haewon mengelus pipinya dan kembali memberikan sebuah pelukan.

"Terimakasih… aku akan memakannya dengan baik." Haewon mengambil tas berisi bekal itu dari Yonghwa. Dia juga mengelus kepala Seunghan.

Jujur saja, awalnya Haewon merasa terganggu dan risih ketika bertemu dengan Seunghan dan Yonghwa. Terlebih Seunghan selalu memanggilnya dengan sebutan mama. Hal itu bisa saja membuat semua orang salah paham. Tapi, entah kenapa hatinya mulai terbuka untuk Seunghan.

Perlahan dia bisa memahami bahwa Seunghan merindukan sosok ibunya. Dia juga berusaha memahami sosok Yonghwa, pasti terasa berat baginya untuk mengurus seorang anak dan menjadi dua sosok bagi anak itu.

"Jika kau ada waktu, bisakah kita bertemu nanti malam? Aku akan menjemputmu." Pria itu berkata sambil menatap ke arah lain, seakan menghindari tatapan Haewon.

"Ya, aku rasa aku bisa menemuimu nanti malam," jawab Haewon. Gadis itu tau bahwa pria di hadapannya ini sedang ingin mengungkapkan sesuatu.

"Kalau begitu…" Pria itu menggantung kalimatnya.

"Bolehkah kita bertukar nomor ponsel?" tanyanya sambil mengulurkan ponselnya.

Haewon terkekeh dan mengambil ponsel itu, dia memasukkan nomornya di sana dan mengembalikannya pada Yonghwa.

"Akan ku hubungi lagi nanti malam. Semoga harimu berjalan dengan baik dan jangan lupa makan," ucap pria itu sebelum akhirnya pergi menggandeng Seunghan. Bocah itu bahkan masih bisa berjalan dengan menghadap ke belakang demi melihat Haewon dan melambaikan tangan padanya.

Haewon penasaran, apa yang ingin pria itu bicarakan nanti malam hingga membuatnya terlihat gugup? Dia juga tak menyangka pria yang terkenal dingin itu bisa menunggunya hanya demi memberikan kotak bekal ini. Haewon sedikit terkekeh, kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangannya.