Chereads / Cinta Yang Dirindukan / Chapter 4 - Meratapi

Chapter 4 - Meratapi

Tanpa Tiara sadari, Ibu mendengar semua percakapannya. Dengan langkah pelan, Ibu membuka pintu kamar. Kemudian mendekati Tiara yang sedang meringkuk di atas tempat tidur dengan rintihannya yang terdengar memilukan.

"Menangislah sayang! Jika dengan menangis kamu bisa merasa lega." Kata Ibu sambil membelai rambut Tiara.

Tiara terkejut ketika menyadari Ibu sudah ada di dekatnya, bahkan dia merasa malu karena ketahuan menangis. Dari kata-kata Ibu yang memintanya menangis, ia sudah bisa menduga kalau Ibu sudah tau apa yang membuatnya menangis.

"Ibu, sejak kapan ada di kamar Tiara?"

"Sejak kamu bertanya-tanya kepada dirimu kenapa dia tidak memilihmu" jawab Ibu sambil tersenyum menatap mata Tiara yang basah oleh air mata.

"Aku kira Ibu sudah tidur."

"Ibu memang mau tidur. Tapi, tidak sengaja lewat kamarmu dan mendengar semuanya. Sekarang bagaimana perasaanmu?"

"Alhamdulillah Tiara baik-baik saja kok Bu. Tiara menangis hanya karena efek samping cinta yang baru dipatahkan dan itu hal biasa dalam pacaran. InsyaAllah, tidak akan berlarut-larut. He he he." Kata Tiara sambil tersenyum untuk membuat hati Ibu tenang. Dia tidak ingin Ibunya sampai kepikiran.

"Syukurlah kalau begitu. Ya sudah, kamu istirahat ya. Sebab besok adalah acara penting kakakmu. Jadi, kamu harus terlihat segar"

"Iya" sahut Tiara sambil memaksakan senyumnya.

"Baiklah, Ibu keluar dulu. Selamat tidur sayang!" Ucap Ibu sambil mengecup kening Tiara. Sesungguhnya hati Ibu jauh lebih sakit melihat anaknya menangis, namun Ibu tau kalau dia harus terlihat kuat agar ia bisa menjadi sandaran anaknya.

Setelah berhasil meyakini Ibu, Tiara langsung menarik selimut dan berusaha memejamkan matanya. Tapi sayangnya malam ini, Tira tidak dapat terpejam dan itu membuatnya merasa frustasi.

'Ya Allah, inikah rasanya patah hati? Hatiku sesak dan aku kehilangan seluruh kekuatanku olehnya. Aku ingin berteriak dan rasa ingin mati saja. Ucap Tiara sambil melempar boneka kesayangannya itu.'

Sepanjang malam Tiara tidak henti-hentinya menggerutu, matanya terasa perih dan tidak bisa tertutup. Karena merasa lelah, Tiara pun menyerah dan tidak lagi berusaha untuk tidur. Tiara membiarkan dirinya terjaga sepanjang malam menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Tepat saat itu, Tiara teringat nasihat sepupunya yang pernah mengatakan agar dia mengucapkan satu kalimat ajaib ketika dia sudah merasa tidak menemukan jalan keluar dari suatu masalahnya.

'La haula wala quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah)… ucap Tiara berulang kali sampai subuh menjelang.

Dengan keajaiban kalimat yang diajarkan oleh sepupunya itu, berhasil membuat hati Tiara merasa damai hingga dia tertidur selesai melaksanakan sholat subuh, meskipun itu hanya beberapa jam saja, sebab jam 08:00 dia sudah harus siap.

Tiara adalah perempuan yang baru berusia 23 tahun. Dia bekerja sebagai guru di SD yang berada di Kabupaten Lombok Timur. Tiara tinggal di sebuah Desa yang sama dengan Ferdinan. Namun lain Dusun.

Meski satu Desa, tapi mereka berdua harus menjalani hubungan LDR-an, karena Ferdinan bekerja di kota sebagai manajer. Tentu saja gajinya besar, selain itu dia tinggi, berkulit putih dan cukup tampan, sehingga tidak heran kalau banyak perempuan yang menginginkannya menjadi suami. Selain itu dia juga dikenal tidak banyak bicara, sopan dan baik hati.

Jadi, selama hampir tiga tahun pacaran, mereka hanya bisa bertemu sekali seminggu saat Ferdinan libur dan menengok orang tuanya. Biarpun LDR, tapi mereka tetap harmonis dan jarang bertengkar.

Keesokan paginya.

Semua orang terlihat bahagia menyambut hari yang ditunggu-tunggu oleh semua pasangan di seluruh dunia itu akhirnya tiba. Semua wajah terlihat semringah karena tidak sabar menunggu waktunya akad dimulai.

Di kamar tertentu, Tiara sudah selesai mendandani dirinya dengan menggunakan jilbab dan pakaian terbaiknya karena hari ini dia bertugas menjadi pengiring pengantin. Meski berat, Tiara tetap berusaha kuat dan untuk sesaat dia berusaha menganggap kalau kejadian semalam tidak pernah terjadi.

Waktu terus berlalu, Tiara berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Setelah akad langsung disambut dengan resepsi.

Di pesta itu, semua tamu yang mengenal Tiara mulai pada iseng menanyakan kapan Tiara akan menyusul kakaknya. Tapi, tanpa sepengetahuan mereka kalau sesuatu yang mereka anggap iseng dan bercandaan itu membuat hati Tiara semakin sesak. Sama artinya seperti menabur garam pada lukanya.

"Tiara kapan menyusul nih? Kan usiamu sudah cukup, kamu juga sudah punya kerjaan. Tidak baik lama-lama menjadi gadis, nanti bisa kebablasan, teman-temanmu juga sudah banyak yang menikah tinggal kamu saja!" Tanya salah satu tantenya yang suka sekali membanding-bandingkannya dengan yang lain.