Keesokan harinya.
Setahun sudah berlalu meninggalkan kisah pahit dan sisa kenangan manisnya bersama Ferdinan Alamsyah. Kini ia berharap Angga akan menjadi lelaki terakhir dalam hidupnya. Penyembuh bagi luka yang pernah menganga hebat.
'Semoga tidak ada lagi luka atau patah dan kecewa.'
"Sayang, kapan kamu akan melamarku? Bukankah ini sudah lewat sebulan?" Tanya Tiara sambil duduk manis memandang kesayangannya itu setelah menyesap es teh hangatnya di sebuah tempat makan yang biasa mereka datangi berdua.
Mendengar pertanyaan Tiara. Angga membalas tatapan Tiara sambil tersenyum.
"InsyaAllah secepatnya! Aku lagi berdiskusi sama keluarga!"
"Alhamdulillah kalau begitu. Soalnya, niat baik itu memang harus disegerakan!"
"Iya aku tau. Tapi, percayalah kalau aku pasti akan menikahimu!"
"Apa kamu sudah yakin betul?"
Angga mengangguk dengan tatapan serius.
"Aku yakin dan sangat yakin. Tapi, sebelum itu aku ingin memberitahukan siapa aku sebenarnya"
Tiara sedikit deg-degan mendengar perkataan Angga. Sebenarnya ia tidak pernah mempermasalahkan masa lalu seseorang, yang penting baginya siapa orang itu sekarang.
"Katakanlah! Aku akan dengar dengan baik!"
Angga terlihat menarik napas dalam. Setelah itu, dengan tatapan penuh arti, Angga mulai membuka mulutnya perlahan untuk bicara.
"Ra, sebenarnya Aku bukan lelaki yang baik. Masa laluku begitu buruk. Aku pernah menyentuh minuman keras dan aku seorang playboy. Aku nakal dan sering membuat orang tuaku susah. Oleh karena itu, aku ingin menikahi wanita baik-baik, agar nanti anakku memiliki Ibu yang baik. Untuk bisa mendapatkan wanita baik itu, aku berusaha keras untuk menjadi lelaki yang baik. Setelah mendengar pengakuanku ini, kamu boleh memikirkan kembali keputusan untuk menikah denganku!"
"Setiap orang punya masa lalu. Seperti apa pun kamu di masa lalumu itu urusanmu, jangan ungkit lagi! Karena itu sudah bagus tetap berada di sana. Yang penting bagiku, siapa kamu yang sekarang. Oleh karena itu, aku ingin tetap menikah denganmu."
Mendengar jawaban Tiara. Hati Angga langsung tenang sehingga ia bisa bernapas lega.
"Terima kasih ya sayang! Aku beruntung punya calon istri sepertimu!"
Tiara hanya tersenyum menanggapi pujian Angga.
Setelah dari rumah makan itu. Angga mengantar Tiara ke sekolah Rasty untuk membatunya melatih.
SMA tempat Rasty mengajar.
"Selamat sore semua!"
"Selamat sore Kak Tiara!" Sambut semua adik-adik didiknya di ekskul itu.
"Cie cie ... Kak Tiara. Habis kencan ya makanya telat?" Ejek Alfy sambil tersenyum pada Tiara.
"Hahaha ... Apaan sih? Ya sudah, lanjutkan latihannya! Kakak mau ngobrol sama Kak Rasty dulu." Ucap Tiara sambil tersenyum.
"Oke Kak!" Sahut Alfy sambil bergegas kembali untuk berlatih.
Setelah itu ia menghampiri Rasty yang terlihat duduk sendiri sembari mengamati adik-adik bimbinganya berlatih.
"Sore Kak Rasty! .." Sapa Tiara sambil nyengir karena ia tau kalau dirinya sudah terlambat.
"Semenjak kamu dekat sama Angga, kenapa aku merasa kamu sering sibuk sendiri dan telat. Kumpul bareng sama adik-adik juga jarang. Kenapa?" Tanya Rasty tanpa ekspresi karena sejujurnya ia merasa kehilangan sahabat.
"Mungkin itu perasaan Kakak aja. Ya sudah, aku turun ke lapangan dulu untuk menyapa adik-adik." Jawab Tiara sembari melangkah menuju lapangan. Rasty hanya bisa menarik napas dalam melihat gelagat Tiara.
"Assalamu'alaikum dan selamat sore adik-adikku yang cantik dan ganteng! Kalian apa kabar?" Sapa Tiara ketika ia berada di depan adik-adik bimbingannya itu.
"Wa'alaimumsalam Kak Tiara, Alhamdulillah kami semua sehat!" Jawab adik-adiknya serempak.
"Alhamdulillah kalau begitu. Ya sudah, ayo kita lanjutkan latihannya!" Ucap Tiara sembari mulai melakukan persiapan.
Latihan terus dilakukan hingga waktu senja tiba. Rasty dan Tiara pun langsung mengakhiri latihan itu sesuai aturan.
"Apa kamu langsung pulang atau mampir ke rumahku dulu?" Tanya Rasty ketika mereka bersiap menuju pintu gerbang.
"Sepertinya aku mau langsung pulang saja. Karena, aku sudah terlalu lama pergi dari rumah. Yuk pulang!"
Rasty mengangguk lalu mengikuti motor Tiara dari belakang. Akan tetapi, Tiara tiba-tiba berhenti ketika melihat sosok akrab berdiri di depan gerbang dengan motor kesayangannya.
'Ferdinan? Ngapain dia ada di sini?' Batin Tiara tanpa ekspresi.
"Ra, kamu sudah mau pulang?" Tanya Ferdinan ketika ia sudah berdiri di depan Tiara.
Ekspresi Rasty menjadi rumit melihat lelaki menyebalkan itu ada di depan mereka.
"Ada apa?" Tanya Tiara dengan sinis.
Ferdi tersenyum "Mmmm.. kebetulan aku kembali ke Kota S hari ini dan tidak sengaja lewat sekolahmu, aku berhenti ketika melihatmu dari kejauhan"
"Jadi?" Tanya Tiara aneh.
Ferdi nampak ragu-ragu "Mmm... Ra, aku dengar kamu akan menikah, apakah itu benar?"
"Yap itu benar" kata Rasty mewakili Tiara.
Ferdi nampak terdiam "Kenapa kamu begitu cepat melupakanku?"
Rasty dan Tiara menyeringai ke arah Ferdi, "Hehehe ... Gak salah pertanyaanmu itu? Kenapa juga Tiara harus mengingatmu yang lagi asyik bermesraan dengan gadis lain, ya jelaslah melupakanmu itu yang terbaik"
Ferdi melirik Rasty dengan sinis, "Maaf saya tidak bicara denganmu!"
Ferdi melirik Tiara kembali "Ra, kamu tau kan aku tidak serius dengan Rina, aku melakukan itu karena aku merasa kesepian sebab kamu jauh, dan ketika aku melihat Rina, aku merasa sedang bersama kamu, karena dia mirip denganmu mulai dari cara bicara, cara berpikir bahkan suaranya hampir mirip denganmu"
Tiara tampak tersenyum geli mendengar penjelasan Ferdi. "Jadi kamu pacaran dengannya sebagai pelampiasan kesepianmu? Uhh... aku kasian sama Rina, tapi yang lebih kasian lagi adalah dirimu yang mengerikan karena memperlakukan perempuan seperti itu"
Ekspresi Ferdinan menjadi gelap, dia mencintai gadis yang di depannya tapi dia juga merasakan hal yang sama dengan Rina meskipun itu dia anggap hanya pelampiasannya saja.
Tiara adalah gadis yang teramat dia cintai tapi dia lupa bagaimana dia harus memikirkan tentang rasa cintanya itu sehingga berujung melukai gadisnya.
"Aku akan putus dengan Rina asal kamu mau kembali bersamaku!" Kata Ferdinan dengan tegas.