Rumah Tiara.
Itu sudah sore, Tiara dan Rasty pulang ke rumah dengan gembira karena mereka merasa puas bermain di pantai walaupun cuman berdua tanpa ada pacar di samping mereka.
Setelah mengantar Tiara, Rasty langsung pulang dan Tiara bergegas masuk ke halaman rumahnya.
Satu tahun berlalu.
Sudah setahum berlalu,Tiara akhirnya bisa move on dari Ferdinan. Dia melewati hari-harinya dengan melakukan banyak kegiatan bersama Rasty dan dua sahabat kecilnya Nayla dan Luna yang usia mereka terpaut satu tahun.
Tiara aktif menemani Rasty melatih Pramuka di SMA tempat Rasty mengajar. Setiap minggunya Tiara bertemu dengan banyak remaja SMA dengan berbagai karakter.
Untuk bisa menyatu dan diterima menjadi Pembina mereka, Tiara dan Rasty harus bisa menjadi kakak sekaligus sahabat mereka yang mau mendengarkan keluh kesah mereka dan curahan hati mereka.
Tiara dan Rasty berjuang bersama untuk membangun semangat dan keberanian para adik didik mereka agar menjadi pribadi yang berani dan bertanggung jawab, serta patuh dan memiliki jiwa toleransi yang tinggi.
Namun, tidak jarang mereka harus mengambil keputusan berat untuk bisa membuat banyak pihak merasa adil dengan keputusan mereka berdua.
Tiara begitu beruntung dan merasa bahagia karena di masa-masa menikmati patah hatinya, ia dikelilingi oleh para sahabatnya. Selain Rasty, Nayla, Amelia dan Luna, Tiara juga memiliki Mbak yang selalu menyediakan waktu dan telinganya untuk mendengar Tiara bicara. Tiara sering memanggilnya Mbak Nia yang delapan tahun lebih tua darinya.
Sedangkan di sekolah tempat mengajarnya, ia ditemani oleh Juni dan Diana, yang selalu membuat hari-harinya di sekolah menjadi ramai dan ceria.
Dan satu lagi orang yang paling heboh dan tukang makan adalah Lili yang bekerja di salah satu Bank swasta di Lombok Timur sebagai Marketing yang bertugas mengambil tabungan di setiap sekolah.
Mereka menjadi sangat akrab ketika Lili selalu berbagi kisah dan makanan bersamanya.
Lili selalu bangga bisa pacaran selama delapan tahun dengan pacarnya. Sehingga membuat Tiara selalu penasaran akankah mereka jodoh atau tidak. Kalaupun tidak jodoh sudah tentu akan sangat sakit.
Sore itu, Tiara pulang ke rumahnya setelah menemani Rasty melatih Pramuka. Tepat saat Tiara masuk ke dalam rumah, ia menemukan kakaknya lagi ngobrol dengan salah satu temannya.
"Assalamua'laikum … " Ucap Tiara seraya memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam, kamu baru pulang ngelatih ya dik?" Jawab Heru seraya bertanya pada Tiara.
Tiara hanya mengangguk tak bersemangat karena dia merasa kelelahan. Setelah itu dia bergegas masuk ke kamarnya karena merasa malu dilihatin terus oleh temannya Heru.
"Heru? Yang tadi siapa?" Tanya Angga.
"Oh, dia adikku. Memangnya kenapa?"
"Aku boleh kenal tidak sama dia?"
Heru terdiam sejenak mendengar pertanyaan Angga. Karena Heru mengenal betul siapa Angga, dia pun tidak keberatan untuk memperkenalkan Angga dengan Tiara.
"Nanti akan aku tanyakan!" Jawab Heru sambil tersenyum.
"Terima kasih! Saya tunggu jawabanya!"
Setelah obrolan itu, Angga pamit pulang karena sudah mau magrib.
Malam tiba.
Selesai sholat isya, Tiara duduk di pinggir tempat tidurnya sembari berselancar di Facebook. Lagi-lagi dia kesal ketika menerima pesan yang begitu banyak dari Ferdinan yang sampai saat ini masih saja berusaha menghubunginya. Karena Ferdinan tidak tau nomor Tiara yang baru, ia pun menyerang Tiara lewat Facebooknya.
Bisa saja Tiara memblokir akun Ferdinan. Tapi, itu kekanakan menurutnya, karena itu hanya akan menunjukkan kalau dia masih sakit hati dan belum bisa move on.
"Boleh masuk dik?" Tanya Heru yang kepalanya sudah mucul dari balik pintu sedang tubuhnya masih di luar kamar Tiara.
Mendengar suara kakaknya, Tiara langsung menutup Facebooknya dan mengabaikan pesan Ferdinan.
"Kepala kakak kan sudah masuk, kenapa harus minta izin lagi?" Sahut Tiara seraya tersenyum.
"Iya juga ya. Hehehe ... . Oh iya, dik apa kamu sibuk?" Kata Heru cengengesan sembari masuk ke kamar Tiara, lalu duduk di sampingnya.
"Tidak juga, kakak ada perlu apa?"
"Begini, kakak dengar kamu sudah putus dari Ferdinan, apakah itu benar?"
"Iya. Tepat saat malam esok harinya kakak akad. Memang ada apa kak?" Jawab Tiara sembari mengangguk dengan santai.
"Kenapa bisa putus?" Tanya Heru dengan raut wajah penasaran.
"Itu tidak penting. Tiara juga udah lupa tentang itu karena sudah terlalu lama."
"Oh begitu. Berarti hatimu sudah siap menerima cinta yang baru. Benarkan? Bukankah sudah setahun berlalu?" Tanya Heru dengan pelan karena khawatir Tiara akan tersinggung.
Tiara terdiam sejenak sembari menatap kakaknya penuh arti. Ini pertama kalinya Heru menanyakan soal cinta atau hatinya.
"Memangnya, kakak sudah ada calon buatku?" Tanya Tiara sambil tersenyum karena dia tau kalau kakaknya tidak mungkin memilihkan lelaki yang salah untuknya.
Mendengar pertanyaan Tiara, Heru merasa lega karena niat baiknya disambut dengan senyuman oleh Tiara.
"Ada. Dia teman kakak yang datang tadi sore. Dia mengatakan ingin mengenal kamu. Jika kamu mau, maka kakak akan memberikannya nomor kamu. Bagaimana?"
Tiara merenung sejenak sambil mengingat-ingat sosok lelaki yang tidak sengaja dia lihat tadi sore. Tiara berpikir, kalau ini kesempatan baginya untuk membuktikan kalau dia benar-benar Move On.
"Baiklah, aku setuju. Kakak berikan saja nomorku!" Jawab Tiara sembari mengangguk dan tersenyum.
"Alhamdulillah … Kalau begitu kakak akan memberitahunya sekarang!"
Setelah mengatakan itu, Heru langsung keluar dari kamar Tiara dengan senyum yang mengembang.