"Halo,"
"Hai my Dear?!" sapa Dex di ujung sambungan telfon.
"Dex?"
"Yah, ini aku. Kau tak merindukanku?"
"Ada apa?" tanya Elleanor, enggan menanggapi perkataan Dex yang ia anggap sebagai candaan.
"Itu bukan jawaban yang ingin aku dengar, ayolah Cle, bisakah kau menghibur hatiku yang benar-benar sangat merindukanmu saat ini?"
"Oh tuhan, ada apa denganmu?"
"Aku merindukanmu," balas Dex yang membuat Elleanor hanya tersenyum.
"Baiklah,"
"Katakan sesuatu,"
"Aku juga merindukanmu,"
"Lalu, maukah kau bertemu denganku?"
"Bertemu?" Elleanor mengernyit.
"Yah,"
"Tapi aku...,"
"Sedang berdiri di balkon, dengan kaos putih, dan rambut yang di kuncir tak beraturan, you are very beautiful,"
Elleanor terkejut, dan langsung mengamati sekeliling, hingga pandangannya tertujuh pada seorang sosok pria yang tengah berdiri di sebuah taman, sambil melambai padanya.
"Kau.., di sana?"
"Yah,"
"Kau benar-benar menyusulku?" tanya Elleanor cukup terkejut.
"Apa kau pikir aku bercanda?"