"Selamat sore Azurri," sapa Ethan Sharos yang tiba tiba muncul dari sana dengan seikat kembang liar di tangannya. Bahkan pria itu tidak pernah berubah, selalu menghadiahi Elleanor Allmora seikat kembang tiap kali akan bertemu. Dan biasanya ia akan menyertakan satu tangkai daun semanggi berdaun empat, sebab Ia tahu jika Elleanor Almorra sangat menyukai semanggi.
Sedang Elleanor Allmora langsung membalikkan tubuh, untuk menenangkan perasaannya, hatinya kembali sakit mendengar perkataan Reberta, terkait permintaan Vincenzo Squire yang menginginkan mereka untuk ikut bersamanya. Sedang Elleanor Allmora sudah sangat betah di tempat ini.
"Azurri, you are okay?" tanya Ethan Sharos melangkah mendekati Elleanor Almorra.
"I'm fine... " jawab Elleanor Allmora.
"Tapi aku tidak melihat itu, apa terjadi sesuatu?" Tanya Ethan Sharos yang bahkan sudah berdiri di hadapan gadis itu.
"Aku... " kalimat Elleanor Allmora terhenti, sambil menggiggit kuat sudut bibirnya.
"Nona muda akan ke Greenwich Village," jawab Reberta yang seketika mengejutkan Ethan Sharos yang kembali menatap Elleanor Allmora yang masih terdiam.
"Apa benar begitu?" tanya Ethan Sharos yang ingin mendengar semuanya langsung dari Elleanor Allmora. Berharap itu tidak benar, dan sayangnya Ethan Sharos nisa melihat anggukkan Elleanor Allmora hingga beberapa detik.
"Maafkan aku... " ucap Elleanor Allmora balas menatap Ethan Sharos, pria bermata Hazel dengan rambut pirang, berpostur tinggi tegap, rahang tegas, hidung mancung. Dan Ethan Sharos sangat tampan dengan sweater yang dipadu padankan dengan jeans dan sneakers. Dan Elleanor Allmora menyukainya. Yah, gadis itu menyukai Ethan Sharos, tak hanya fisik, ia juga menyukai sikap hangat, perhatian, penyayang, dan lemah lembut seorang Ethan Sharos. Bahkan sampai saat inipun Elleanor Allmora belum melihat keburukkan pria itu. Entah seperti apapun itu, ia benar benar tak perduli.
Bahkan ia kembali mengingat momen saat pertama kali bertemu Ethan Sharos yang saat itu ia masih berusia enam tahun. Tepatnya 10 tahun yang lalu. Bahkan ia masih mengingat kembang liar yang Ethan Sharos pegang saat itu. bahkan ia masih sangat mengingat di mana ia berdiri di tengah rerumputan hijau, sambil menghirup udara segar di antara pepohonan pinus, tak jauh dari Villa, di pukul tujuh pagi hari di saat ia terjaga dari tidurnya.
"Selamat pagi nona muda.. "
Sapa Ethan Sharos pada saat saat itu, bahkan Elleanor Allmora langsung terkejut, dan memundurkan langkahnya saat melihat sosok asing di hadapannya, seorang anak yang mungkin 5 tahun lebih tuah darinya, sedang berdiri memperhatikan dirinya.
"Maaf jika aku mengejutkanmu, aku sedang mencari bunga liar di sini, maaf. Seharusnya aku meminta izin dulu kepada bibi Reberta." ucap anak pria bermata hazel tersebut membungkuk.
"Oh... aku pikir... "
"Maaf, apa kau salah satu penghuni Villa mewah itu?" tanya Ethan Sharos memalingkan pandangan ke arah villa mewah dari balik bongkahan batu besar sebelum kembali mengamati Elleanor Allmora yang hanya mengangguk pelan.
"Yah, aku rasa!" balas Elleanor Allmora mengedikkan bahunya.
"Aku rasa?? Kau pasti bukan warga asli desa sini, benarkan?" tanya Ethan Sharos yang sepertinya mengenal semua penduduk desa Supai, atau memang wajah Elleanor Allmora yang memang berbeda dari mereka, entahlah.
"Apa terlihat begitu jelas?" tanya Elleanor Allmora.
"Yah, sangat jelas, kau memiliki warna manik mata yang berbeda dengan kami," jawab Ethan Sharos.
"Entahlah. Mungkin, " jawab Elleanor Allmora yang memang tidak mengetahui apapun, yang ia ingat, saat terbangun dari tidur, ia sudah berada di dalam villa tersebut dengan seseorang yang ia panggil aunty Reberta, dan ia memang seorang pemilik Villa menurut aunty Reberta, dan yang lebih mengejutkan dirinya adalah saat mengetahui satu fakta jika ia seorang anak yatim piatu.
Kehilangan kedua orang tua saat kecelakaan terjadi. Berasal dari Negara yang jauh dari Amerika Serikat. Sungguh kisah yang tragis, namun Elleanor Allmora tidak lantas bersedih karena hal tersebut, sebab merasa jika Tuhan lebih menyayangi kedua orangtuanya, Tuhan melindungi kedua orang tuanya, dan terlebih ada aunty Reberta yang selalu melimpahinya dengan banyak perhatian dan kasih sayang. Dan ia sangat sangat menyayangi dan mencintai Reberta.
"Aku sering memperhatikanmu. Bahkan sudah sejak lama, ahh tidak.... Maksudku beberapa hari ini." ucap Ethan Sharos tersenyum, namun tak berani melangkah mendekati Elleanor Allmora yang juga masih berdiri di tempatnya, di balik batu besar yang di tumbuhi lumut dengan beberapa pepohonan pinus juga akar dari pepohonan yang marambat, juga banyak pakis, dan bunga liar dengan kembang ungu di sekitar tempatnya berpijak.
"Kau menguntitku?" tanya Elleanor Allmora yang langsung di balas tawa oleh anak pria tersebut.
"Tidak, aku selalu berada di sini tiap pagi, dan aku selalu melihatmu di sana, seperti sekarang, berdiri melamun sambil menatap cahaya matahari pagi." balas Ethan Sharos masih terkekeh.
"Lalu? Kenapa aku tidak pernah melihatmu?" tanya Elleanor Allmora.
"Karena aku selalu bersembunyi di balik pohon besar itu juga darimu, aku tidak ingin kau melihatku," jawab Ethan Sharos menengok ke arah pepohonan paling besar dan rindang di sana, bahkan daunnya bisa menghalau sinar matahari pagi yang mulai terbit.
"Lalu? mengapa sekarang kau menampakkan dirimu?" tanya Elleanor Allmora bersedekap.
"Aku... ingin berteman denganmu! Aku pikir kau tidak punya teman, jadi aku...." kalimat Ethan Sharos terhenti.
"Berteman denganku?"
"Yah, " angguk anak itu dengan cepat. "Maaf, jika aku lancang, mungkin aku tidak pantas berteman denganmu. Seorang nona muda."
"Dari mana kau tahu aku tidak punya teman?" tanya Elleanor Almorra masih menatap anak tersebut.
"Aku pikir, sebab tak pernah melihatmu bersama seorang teman, kau bahkan selalu sendiri di sini, sesekali melihatmu bersama bibi Reberta saat di pasar, dan bermain dengan paman Celio di taman, apa aku benar?" tanya Ethan Sharos yang sepertinya sudah mengetahui aktifitas Elleanor Almorra di tiap harinya.
"Yah, kau benar!" angguk Elleanor Allmora, ia memang tak memiliki teman selain Reberta dan Celio sang pengawal pribadi, dan seorang orang lagi yang menjaga villa tersebut. Namun di pikirannya selalu ada satu wajah yang masih terus di ingatnya. Wajah seorang anak pria yang begitu datar, dingin tak memiliki senyum. Wajah yang pertama kali ia lihat setelah sadarkan diri. Anak pria yang ia tahu bernama Vincenzo. Dan ia memiliki foto anak pria tersebut, bersama kedua orang tuanya.
Seorang anak pria yang nyaris bernasib sama seperti dirinya. Anak pria itu sudah tak memiliki ibu sepertinya, namun beruntung masih memiliki seorang ayah, dan aunty. Itu yang Elleanor Allmora ketahui dari Reberta. Meski sekalipun anak pria itu tak pernah berkunjung ke Villa. Sedang Elleanor Allmora selalu menunggu. Ia berharap bisa berteman dengan anak pria tersebut.
* * * * * *
Bersambung...