Dicky membuka matanya perlahan saat cahaya matahari mulai memasuki area kamarnya melalui celah-celah gorden yang sedikit terbuka. Sungguh Dicky masih merasa begitu ngantuk, terlebih ketika teringat dengan tadi malam di mana dirinya begitu kesulitan untuk mendapatkan tidur. Dicky sudah banyak menenggak minuman keras untuk menghilangkan beban pikiran di kepalanya namun seakan tidak mempan. Dia masih saja memikirkan tentang pernikahan Elisa dan Jonathan.
Biasanya pria itu akan memutar musik melalui ponselnya sebagai teman pengantar menuju alam mimpi. Tetapi semalam dirinya sama sekali tidak bisa melakukan itu karena saat ponselnya hidup, saat itu juga telepon dari Jihan dan Jessie terlayang tiada henti dan berakhir membuat kepalanya semakin terasa pening. Dicky memang memilih mematikan ponsel demi ketenangan. Dia tidak ingin diganggu sampai mendapatkan jawaban atas kegalauan hatinya. Dia bingung apa yang bisa dilakukan olehnya sekarang.