Jihan belum bisa memejamkan matanya meski waktu menunjukkan pukul 12 malam. Rasanya pikirannya mengelana ke tempat yang tidak terjangkau. Jihan masih teringat sosok Alex yang pernah hadir dan membuatnya merasa kesal. Dirinya tidak mengenal Alex namun lelaki itu sudah pernah berada di kamar hotel yang sama dengannya.
"Kenapa aku tidak bisa melupakan pemuda yang menyebalkan itu," batin Jihan seraya mencengkeram gulingnya dengan kesal. Dia merasa emosi yang tidak tertahankan. Bagian Jihan merasa dihantui oleh rasa cemas kalau akibat dari malam panasnya terjadi sebuah kehamilan.
"Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh memikirkan hal yang mustahil seperti itu. Dia bukan lelaki yang pantas untuk kupikirkan,' ucap Jihan yang berpura pura tabah meski hatinya cemas.