"Jonathan tunggu! Jonathan! Sialan!" pekik Jihan kesal.
Namun, laki-laki itu tidak menghiraukan suara Jihan yang mampu membuat beberapa orang melirik karena penasaran. Tentu saja Jonathan malu, pasalnya Jihan berteriak di tengah keramaian.
Jihan mengejar langkah Jonathan yang menjauh, meski dia agak kesusahan karena hak tinggi yang dia kenakan. Emosinya semakin menjadi-jadi, karena baru kali ini Jonathan mengabaikannya.
"Jonath-akh!"
Suara pekik kesakitan Jihan membuat Jonathan berbalik, menemukan tulangannya itu terduduk di lantai. Helaan napas dia keluarkan, kemudian berjalan mendekat untuk membantu Elisa berdiri.
"Ceroboh sekali," ucap Jonathan.
Jihan melirik kesal. "Ini semua juga gara-gara kamu! Aku sudah memanggil dari tadi, tetapi kamu sengaja mengabaikan aku!"
"Lalu apa maumu? Aku tidak ingin bertengkar saat ini," keluh Jonathan.
"Tidak ingin bertengkar? Tetapi kamu yang memulainya!"
"Stop, aku pusing! Lebih baik kita pulang sekarang!"