Obrolanpun berjalan semakin intens, Bryan dan Elisa semakin menunjukkan kedekatannya satu sama lain, bahkan tak segan memperlihatkan kecocokkan di antara keduanya. Elisa begitu mengagumi Bryan yang dianggapnya terlalu sempurna. Selain tampan, dia juga pemuda yang baik. Elisa belum pernah bertemu lelaki lain yang sebaik Bryan.
Elisa diam-diam meneliti raut wajah Bryan yang selalu tergambar dalam benaknya, laki-laki yang secara sembunyi-sembunyi selalu ia impikan setiap malam sebelum tidur. Jika saja Elisa belum menikah dan tidak sedang mengandung, mungkin dia akan berani mengutarakan kekagumannya pada Bryan. Sayangnya semua bagai mimpi baginya. Tidak mungkin Elisa bisa menggapai Bryan yang begitu sempurna.