"Kenapa kamu terus memaksa aku untuk membahas perempuan lain saat ada kamu disini?!!" Kanneth bicara dengan nada marah pada kekasihnya.
Padahal niat hati mengajak Irina menonton film bersama di apartemennya mereka untuk bicara baik-baik, tapi yang dia dapatkan adalah perasaan marah dan juga kesal. Irina kerap kali mengungkit masalah Olivia, sahabatnya dan selalu menjadi bom waktu baginya untuk meledak di hadapannya.
Kenapa selalu Oliv, dia hanya sahabat, tidak lebih dari itu.
"Kamu selalu bersikap seperti ini jika aku membahas tentang sahabat kamu? Gimana aku gak curiga ketika kamu langsung begitu defensif sama pertanyaan tentang 'Apa kalian memiliki hubungan spesial yang lebih baik daripada dengan aku?' intuisiku membuat aku bertanya agar tak ada kesalah pahaman."
Irina tak menatap ke arah Kanneth yang menatap dengan nanar sisi wajah istrinya itu, perempuan itu menatap layar tv yang menampilkan sebuah film romansa. Niat hati ingin memperbaiki hubungan dingin mereka, lagi dan lagi Irina memperburuk suasana mereka kemudian Kanneth pasti akan melarikan diri lagi setelahnya.
"Aku gak suka sama kamu yang begini, pergi ke kamar dan pikirkan, tunggu sampai pikiran kamu benar-benar jernih." Ujarnya pada sang istri yang bahkan hanya tersenyum pasrah pada hubungan mereka yang jadi terlihat tak jelas.
"Kita lebih baik putus, kamu pasti sudah mendengar rumor kalau aku adalah selingkuhan kamu."
"Rumor sialan! Kamu paling tau kalau itu gak benar, seharusnya kamu gak mendengarkan hal itu!!"
"Tapi di depan mata semua orang, kamu membenarkan hal itu, tak ada penyangkalan. Bahkan kamu membawa dia ke ranjang kita..." Irina mengangkat kepalanya dan menahan air mata yang hampir saja menetes dari pelupuk matanya.
Kanneth yang sudah akan mengambil jaket dan kunci mobil di kamarnya berhenti melangkah, benar yang Irina katakan.
"Bahkan kamu tidak pernah memberikan penjelasan pada semua orang, aku memang meminta kita untuk menyembunyikan hubungan ini karena aku nggak percaya diri dengan semua hal yang aku punya dan kamu berikan." Irina bangung dari sofa dan berbalik menatap ke arah Kanneth."Namun kamu sekarang membuat aku menyadari tempat sesungguhnya, perempuan gak berharta ini harusnya sadar diri. Yeah... mungkin benar apa yang Olivia, sahabat yang kamu agung-agungkan namanya di depan aku itu. Lebih baik kamu talak aku sekarang juga!!"
"Irina!! Apa yang baru saja kamu katakan! Jangan main-main—"
"Aku tidak main-main Kanneth, aku serius saat ini. Kamulah yang tak pernah menganggap perkataanku serius bahkan sampai akhir seperti sekarang, aku mau kita ce-ra-i. Kamu perlu dengar dengan jelas!" Irina kemudian menatap tajam Kanneth.
Irina sudah muak dengan seluruh tingkah sok pengertian yang dia berikan pada Kanneth, karena bahkan pria itu tak mengerti dengan apa yang sudah dia lakukan hanya untuknya seorang. Irina akan beberkan semua yang selama ini dia pendam sendirian, Kanneth perlu tau semua kelakuannya.
Sejak dia menerima Kanneth, keduanya menyepakati untuk melakukan pernikahan siri. Memang terdengar tidak mungkin, tapi itu terjadi. Meski mereka berdua menikah, dia tak ingin hubungan itu diketahui banyak orang karena dia malu akan kenyataan jika kehidupan dirinya dan Kanneth berbanding terbalik begitu jauh. Irina dan Kanneth sudah saling kenal sejak SMA, Irina yang berada di SMA karena beasiswa didekati oleh Kanneth yang pemalu saat itu.
Satu tahun pernikahan, hubungan mereka semakin jauh sejak Kanneth dekat dengan sahabatnya itu. Bahkan dia lebih dekat dari pada dengannya, istri sahnya sendiri. Bahkan setelah menikah, dia rela tidak bekerja di tempat kakak iparnya berada.
Apa Marcus mengetahui jika dia istri dari adiknya? Tidak, pria itu tidak tau. Yang Marcus ketahui jika dia hanyalah kekasih adiknya.
"Ada lagi yang lain!!" Irina berjalan mendekat ke arah Kanneth, matanya menatap nanar pada suaminya itu."Olivia kerap kali menginap di apartemen kamu! Apa yang kamu lakukan, aku selalu memikirkan hal itu tetapi kamu menyangkalnya. Bahkan!! Kamu tau apa lagi yang buat aku marah dan begitu sakit!!"
Irina memukul-mukul dadanya yang sesak, air mata sudah mengalir membasahi kedua pipinya. Benar, Kanneth memiliki apartemen lain selain yang di tempati oleh keduanya untuk tinggal. Apartemen itu dibeli untuk menyembunyikan hubungan mereka, dari ibunya yang juga tidak tau kalau mereka berdua sudah menikah.
Kehidupan yang rumit, tapi Irina yang meminta.
"Kamu biarkan perempuan itu!! Sahabat yang sering kamu sebut, menggunakan baju aku yang ada disini dan membawanya agar sa-ha-bat kamu gunakan!!" Irina menekankan kata sahabat terus menerus dalam kalimatnya.
Kanneth menyangkal segera, tak akan ada maling yang mengaku kesalahannya tanpa ancaman.
"Mana ada!! Kamu hanya terlalu curiga dengan Olivia, Irina. Aku udah sering bilang, dia hanya sahabat aku."
"Benar, dia hanya sahabat kamu, sahabat yang lebih sering menemani kamu, sahabat yang bahkan lebih berharga dari aku! Istri kamu sendiri!!" Irina tertawa pilu dengan senyum miris dan tambahan air mata kebodohan yang keluar karena luka mencintai."Kamu gak perlu lagi menyangkal kali ini, kamu sudah bebas Kanneth!! Aku mau kita cerai, talak aku segera dan terserah kamu setelah itu, mau mempublikasi hubungan kamu dengan Olivia atau tidak, aku tak lagi ada urusan dengan kamu. Sudah cukup dengan semuanya, aku tak ingin lagi merasa bodoh."
Kanneth menahan Irina, dia memeluk istrinya itu. Tak akan membiarkan hubungan mereka berakhir begitu saja.
"Gak Irina, aku gak mau kita selesai! Aku gak mempunyai hubungan apapun, tolong... Maafkan aku. Maafin aku Irina... "
"Selama ini, aku sudah capek direndahkan, dibenci mereka yang mempercayai rumor itu dan dinilai dari cara berpakaian aku yang seadanya. Sedangkan kamu membiarkan dan aku babak belur karenanya, sedari awal... Hubungan ini memang hanya aku yang memulai. Kamu hanya menerima dan aku memberi, kita gak pernah memberikan porsi adil setiap momennya... "
"Irina gak seperti itu!"
"TAPI KENYATAANNYA BEGITU, KAMU SELINGKUH DAN AKU CUMAN PELAMPIASAN ATAS RASA BOSAN KAMU!!" Irina berteriak dan Kanneth semakin berang.
"Apa seperti itu aku dimata kamu? Serendah itu perasaan aku ke kamu? Serendah itu kamu memaknai rasa percaya dan kasih sayang aku ke kamu?!!"
Irina membuang muka, dia tidak pernah berpikir seperti itu. Tapi untuk mengakhiri semua ini, dia perlu membuat Kanneth marah lagi padanya. Dia ingin pria itu membencinya dan pergi menjauh, apa pun yang ada didekatnya hanya akan menjadi sesuatu yang buruk.
Hubungan keduanya tak mendapat izin dari ibu Kanneth, bahkan Melody sudah mendatanginya bersama Olivia. Kanneth tidak pernah tahu apa yang sudah dilakukan ibunya hanya untuk membuat mereka berakhir.
"Oke, kamu tetap disini. Aku keluar, semoga kamu bisa mendinginkan pikiran kamu tentang hubungan kita. Aku gak mau bisa berpisah, apapun yang terjadi!! Dan harus kamu ingat, aku berada di dekat Olivia untuk kamu karena mamah meminta. Aku gak mau mamah menyentuh kamu, sampai aku lulus. Itu saja, tunggu aku pulang setelah ini."
Setelah itu Kanneth pergi, setelah mereka bertengkar sebelumnya sekarang Irina memperburuk situasi yang sudah hampir selesai. Irina membiarkan Kanneth yang memiliki wajah menahan amarah masuk ke dalam kamar, pria itu mengambil dompet dan kunci mobil.