Chereads / Stella : Cinta Segitiga / Chapter 5 - BAB 5 : Gertakan Raya

Chapter 5 - BAB 5 : Gertakan Raya

"Kak, Bastian calon pacarku. Tolong jangan dekati dia apapaun yang terjadi kak. Aku mohon dengan sangat pada kak Luna." ucap Stella dengan nada sopan dan tak lupa memberikan senyum tipisnya untuk Luna. Ini hanyalah bentuk hormatnya kepada kakak kelasnya. Ia tidak membully kali ini, ia ingin menjadi gadis yang tidak dikenal kejam lagi oleh siswa-siswi di SMA Bintang.

"Iya dik, kakak gak mungkin dekati Bastian. Kakak tahu kalau dia calon pacarmu, jadi kamu tenang saja ya dik." ucap Luna meyakinkan Stella agar Stella tidak lagi merasa risau dengan dirinya yang sekelompok dengan Bastian, Luna bukanlah seorang gadis yang suka merusak kebahagiaan orang.

"Terima kasih kak Luna. Maaf mengganggu aktivitas kakak, sekarang silahkan kakak lanjutkan kakak mau apa, pintu toiletnya akan kami bukakan sekarang, terima kasih atas waktunya kak Luna." ucap Stella tulus mengatakan itu, akhirnya beban di pikirannya sedikit berkurang. Setidaknya hubungannya akan baik-baik saja dengan Bastian, ia tak lagi perlu khawatir jika Bastian mengerjakan tugas kelompok bersama Luna.

"Iya dik terima kasih kembali, kakak mau pakai toiletnya dulu ya. Ingat bukakan pintu toiletnya dik, supaya kakak bisa keluar." ucap Luna langsung masuk ke bilik toilet tanpa menunggu jawaban dari keempat adik kelasnya.

***

"Lisa buka pintu toiletnya agar kita bisa keluar sekarang, jangan lupa untuk menguncinya kembali." ucap Raya dengan nada setengah berbisik.

Lisa terdiam mencerna perkataan Raya barusan. Kenapa Raya menyuruhnya mengunci pintu toiletnya? Namun Lisa tidak mengatakan apapun selain menuruti perkataan Raya. Jujur, ia takut melawan Raya. Tapi ia tidak tega dengan kakak kelasnya yang baik hati ini. Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tak menunggu waktu lama, keempat Most Wanted itu keluar dari toilet.

"Tunggu apalagi? Ayo cepat kunci ruangan toiletnya." ucap Raya menatap Lisa dengan tatapan tajam. Raya curiga jika Lisa tidak mau melakukan apa yang ia perintahkan. Dari gelagatnya saja, Raya sudah dapat  menangkap jika Lisa tak mau melakukan apa yang ia suruh.

Lisa masih terdiam tidak merespon dan menatap kosong ke gembok yang ia pegang.

"Kamu yang kunci atau aku?" tanya Raya menahan amarahnya agar tidak meledak-ledak di depan Stella. Ia hanya tidak mau Stella merasa dilangkahi olehnya. Ia tak berhak memarahi Lisa, karena ia bukanlah ketua Geng The Angel Wings.

"Biar aku saja." ucap Lisa dengan nada takut. Ia langsung menautkan tempat gemboknya dan menggembok pintu ruangan toilet yang di dalamnya masih ada Luna disana.

Raya memperhatikan tangan Lisa yang gemetar menggembok pintu ruangan toilet itu. Ia ingin memastikan bahwa Lisa memang benar sudah menggembok pintu tesebut, ia tidak akan mau dikelabuhi oleh Lisa.

Setelah semuanya selesai Lisa lakukan sesuai permintaan Raya, Raya tersenyum miring, "Good girl." ucap Raya menepuk bahu Lisa pelan dan melengos pergi mengikuti kedua temannya yang sudah berjalan lebih dulu.

Lisa masih terdiam mematung di tempatnya berdiri dan memandang pintu ruangan toilet yang sudah terkunci karena ulahnya. Ia tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf dalam hatinya untuk kak Luna. Ia memikirkan bagaimana nasib kak Luna yang tidak bisa keluar dari toilet. Siapa yang akan menolongnya? Apakah akan ada yang menolong kak Luna?

Namun sebuah suara yang sangat khas menyadarkannya,

"Lisa? Untuk apa kamu masih disitu?" tanya Raya yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Raya hendak berbalik  menghampirinya, namun dengan gerakan cepat Lisa sadar dari lamunannya dan berjalan mendekati Raya. Ia tidak ingin mendapat masalah lagi dari Raya karena tertangkap basah mengasihani kak Luna.

"Maaf Raya. Aku hanya kepikiran dengan kak Luna. Kenapa kita menguncinya di toilet?" tanya Lisa dengan polosnya. Seperti anak kecil yang sedang bertanya pada mamanya. Namun dibalik itu semua, nyatanya Lisa tak tahu apa alasan Raya menyuruhnya untuk mengunci kak Luna di toilet. Padahal Stella tak memerintahkan apapun padanya.

"Karena Luna sudah berani mengusik ketenangan Stella. Jadi kita memang harus memberikan Luna pelajaran agar tak berani-beraninya mengusik ketenangan Stella lagi." ucap Raya menjawab seadanya. Ia tahu Stella tak menyuruh ini, namun Raya sendiri yang ingin memberikan pelajaran pada Luna. Karena bagi Raya, masalah Stella adalah masalahnya juga.

"Tapi Stella tak ada menyuruhku untuk mengunci kak Luna." sahut Lisa berani menjawab penuturan Raya sambil berjalan beriringan dengan Raya. Sedangkan Stella dan  Naura sudah berjalan duluan namun masih bisa mereka lihat.

Halaman sekolah sudah sepi karena semua siswa dan siswi sepertinya sudah masuk ke kelasnya masing-masing. Sedangkan mereka berempat masih berkeliaran dan tak ada yang berani menegurnya. Karena mereka adalah keempat 'Ratu'  yang paling berkuasa di sekolah, hingga guru pun kadang segan pada mereka. Sebegitu berpengaruhnya The Angel Wings di SMA Bintang.

Raya menoleh dan merasa geram dengan sikap Lisa, "Lisa bisakah kamu berhenti berbicara? Aku muak dengan sikap baikmu itu." ucap Raya menahan emosinya.

Seketika itu juga Lisa langsung kicep. Lisa sama sekali tak merespon perkataan Raya, nyalinya menciut. Entah kenapa semakin hari ia merasa ia ingin  keluar dari Geng The Angel Wings, namun dibalik itu semua ada banyak pertimbangan yang ia pikirkan. Salah satunya adalah ia takut jika ia malah jadi bahan bully Stella, Naura dan Raya nantinya. Dan ia takut jika ia tidak mempunyai teman. Namun ia sudah tidak tahan lagi jika harus terus berbuat jahat seperti ini.

***

-Ruang Kelas XI IPA 1-

"Kok Luna tidak balik-balik ya dari toilet? Kemana anak itu?" tanya Cesi dengan nada pelan, pertanyaan itu tidak ia tujukan ke  siapa-siapa, melainkan ia tujukan pada dirinya sendiri.

"Cesi kamu kenapa? Wajahmu terlihat khawatir?" tanya salah seorang teman yang duduk di belakang bangku Cesi dan Luna.

"Iya nih. Aku khawatir, kenapa Luna belum juga kembali ke kelas ya? Padahal tadi ia hanya pamitan untuk buang air kecil saja, namun sampai sekarang belum kembali juga." ucap Cesi masih dengan nada panik dan raut wajah khawatirnya.

"Kenapa kamu tidak menemaninya? Biasanya jika siswi perempuan ke toilet pasti selalu mengajak temannya, jarang yang mau sendiri. Tau sendiri kan kalau toilet IPA itu angker. Biasanya tidak ada yang berani kesana sendirian." ucap seorang perempuan yang bernama Tika itu.

"Aku sudah ingin menemaninya tadi, tapi Luna tidak mau ditemani. Jadi aku mengalah dan tidak memaksa untuk menemaninya. Sekarang aku bingung harus bagaimana, apakah aku harus datang menghampirinya ke toilet? Tapi bagaimana jika Luna tidak ada di dalam toilet?" tanya Cesi bertanya pada Tika hampir menangis. Ia benar-benar khawatir pada sahabatnya Luna. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak menimpa Luna. Maka ia akan menyalahkan dirinya sendiri jika itu benar terjadi, ia tidak akan memaafkan dirinya atas keterlukaan Luna.

"Begini saja, bagaimana jika kamu hubungi Luna lewat ponsel? Siapa tahu diangkat? Siapa tahu di toilet ada signal kan? Lebih baik di coba dulu." ucap Tika memberikan saran terbaiknya.