Bab 61
"Sudah, Mar. Bagaimana keadaan Ibu?"
"Dokternya belum ada yang keluar, Mbak," jawab Marlina.
"Kalau begitu, biar aku yang tungguin ibu. Kamu pulang saja, Mar. Takutnya nanti Pak Arfan pulang terus gak ada orang di rumah."
"Iya, Mbak. Tapi beneran, nih. Mbak gak apa-apa ditinggal sendiri?"
Aku menggeleng, kemudian mengucapkan terima kasih pada Tono dan temannya. Mereka menolak saat aku memberikan uang sebagai pengganti bensin. Ternyata Marlina itu pacaran dengan Tono, pantas saja dia mau membantu kami.
Sepeninggal Marlina dan Tono, aku kembali merasakan kecemasan seorang diri. Aku takut terjadi apa-apa dengan ibuku.
Sambil menunggu dokter selesai memriksa ibu, aku bermaksud menghubungi Pak Arfan. Tapi ternyata, ponselku tertinggal di rumah. Rupanya, karena buru-buru tadi aku sampai lupa membawanya.
Tak lama kemudian, pintu ruang IGD terbuka, lalu keluarlah dokter dan seorang dokter menemuiku.
"Bagaiman keadaan ibu saya, Dok?" tanyaku cemas.