Ini ancaman, sudah memasuki radar yang tidak boleh berdiam diri. Padahal sedikit lagi, sedikit lagi aku akan mencapai yang aku inginkan. Nyatanya, keluarga Axel bukanlah orang yang bodoh.
Mereka orang pintar, tidak suka bermain-main dengan sebuah janji tanpa jawaban. Di saat diriku yang tidak bisa dikendalikan oleh emosi dan perasaan. Tubuhku geloyor karena merasa pusing.
"Kepala saya pusing," keluhku memegangi kepala.
Dua pengawal masih sama, tidak akan membiarkan di luar saja. Kemudian, salah satu dari mereka membawaku ke dalam mobil. Dan entah apa kabar ibu dengan berita yang dia ungkapkan padaku. Aku tidak ingin mendengar sebuah perjanjian itu lagi, terlebih menyangkut soal bayi.
Bulu kudukku seakan berdiri tegak, keringat dinginku mengucur deras, tidak sedikitnya dari rupa seseorang yang aku kenal dengan baik.
"Haaa!!!" Aku berteriak dalam mobil.