Proses syuting berjalan mulus. Tidak ada yang harus dibicarakan lebih setelah kelelahan mengikuti jejakku. Aku pun menarik seluruh perlengkapan dibantu Oslan dan beberapa pria lainnya. Semua melambai ke arahku sambil mengatakan sesuatu.
"Kita balik duluan ya, Cha."
"Sampe ketemu lagi."
"Aktingnya keren, Cha!"
"Oh, iya. Makasih, oke." Suaraku menyahut dan memperwakilkan setiap ucapan mereka. Yang sudah dilontarkan bersemangat memisahkan kami untuk saling bersatu. Aku dan Oslan saling berdekatan di mobil milikku.
Oslan menutup bagian bagasi belakang, lalu menepuk dua telapak tangannya bergerak tidak searah.
"Wah, lo bisa secepetnya membaik. Syukurlah kalo gitu." Oslan sengaja melebarkan bibirnya, supaya aku akan perhatian kepadanya.
Tentu saja, aku hanya sekadar mengaguminya karena dia pria paling baik menurutku.