Beberapa bulan kemudian …
Kehamilan Kasih sudah menginjak usia bulan ke delapan. Sejak dia hamil. Perlakuan Lukas kepadanya menjadi sedikit berubah. Setidaknya dia menjadi perhatian pada Kasih alih alih pada Cinta.
Malam malam yang dihabiskan pun banyak dihabiskan bersama dengan Kasih. Hal itu tentu saja membuat Cinta tidak terima.
Dia kesal karena Lukas langsung berubah drastis sikapnya. Padahal dulu lelaki itu mengatakan padanya akan menceraikan Kasih setelah melahirkan.
Namun melihat Lukas seperti ini, bukankah sangat mustahil baginya untuk bercerai dengan Kasih?
Seperti pagi ini. Lukas membantu Kasih yang sudah hamil tua menuruni tangga. Ia menggandeng tangan Kasih berjalan ke arah meja makan.
Cinta yang melihatnya langsung kehilangan nafsu makannya. Pantas saja tadi pagi dia tidak melihat Lukas di kamarnya, ternyata dia berada di kamar Kasih pagi pagi sekali.
Lukas melirik makanan di atas meja. Oleh Lukas pembantu diminta untuk mengganti makanan tersebut.
"Ini terlalu banyak garam. Sebaiknya ganti saja. Dokter sudah mengatakan padamu kan untuk mengurangi makanan yang mengandung banyak garam?" Lukas memarahi Kasih karena masalah itu. Bukan masalah biasanya yang sebenarnya tidak masuk akal.
"Makan makanan ini tidak akan membuatnya mati. Lukas. Jadi sebaiknya hentikan omong kosongmu itu." Cinta berkata dengan datar. Seolah sudah muak dengan drama yang dibuat oleh Lukas.
Cinta pernah bertanya pada lelaki itu. Kenapa sikapnya jadi sangat baik dan bahkan memperhatikan Kasih. Dan jawabannya adalah karena dia ingin melindungi kedua anak anaknya yang ada di dalam perut Kasih.
Namun hal itu tak lantas langsung bisa diterima jawabannya oleh Cinta. Karena terbukti, Lukas sepertinya juga sangat perhatian pada Kasih.
"Jaga bicaramu, Cinta. Jika Kasih dalam bahaya. Maka anak anakku juga dalam bahaya," tukas Lukas tak suka. Ia kemudian menarik kursi untuk Kasih.
"Masih punya tangan kenapa harus menarik kursi untuknya sih. Kamu bikin aku mual." Cinta berkata lagi. Namun kali ini Lukas tidak menanggapi.
Melihat kemesraan mereka berdua. Membuat Cinta semakin membenci Kasih. Gosip yang mengatakan jika dia pelakor pun mereda pada akhirnya dan hal itu membuat hidup Kasih kembali tenang.
Cinta berdiri. Kemudian membalik tubuhnya kembali ke kamar.
"Kamu mau ke mana, Cinta?" tanya mertuanya.
"Mau di kamar Bu. Di sini terlalu pengap," jawabnya. Ia kemudian melangkah lebar menuju kamarnya.
Terdengar suara pintu yang berdebam dan jelas jika itu disengaja oleh Cinta.
"Akhir akhir ini Cinta sepertinya sangat sensitif," kata mertuanya.
"Mungkin nanti aku akan memberikan uang belanja lagi untuknya," sahut Lukas.
"Lalu bagaimana dengan persiapan melahirkan kalian? Anak kalian jenis kelamin laki laki dan perempuan kan? Karena kamu akan melahirkan anak kembar, sebaiknya kamu berhati hati, Kasih. Ibu tak mau kalau cucuku dalam bahaya."
"Baik Bu."
"Kalau kamu butuh sesuatu, katakan saja padaku," sahut Lukas tak mau kalah.
"Kamar bayi yang ada di atas sudah sembilan puluh persen siap. Mungkin nanti seminggu sebelum lahir, kamar itu sudah bisa dipakai." Lukas menatap Kasih dan ibunya. Ia mengambil tomat ceri kemudian menyuapkan pada Kasih.
**
Cinta tak bisa tinggal diam. Dia harus membuat Kasih menderita lagi. Ia tak mau melihat Lukas memperhatikan wanita itu daripada dirinya.
Perasaan menyesal pun muncul dari dalam dirinya. Karena sudah menyia-nyiakan kehamilannya waktu itu.
"Lukas, aku ingin bicara padamu sebentar sebelum kamu pergi." Cinta berkata ketika melihat Lukas masuk ke kamar.
"Bicara apa?"
"Aku ingin hamil lagi. Bagaimana menurutmu?"
"Tiba tiba mau hamil?"
"Bukan tiba tiba. Tapi—aku merasa sangat kehilangan anakku. Jika saja waktu itu aku tidak keguguran—pasti anak itu sudah lahir ke dunia."
"Kamu lupa ya apa kata dokter. Kalau kemungkinan bagimu hamil itu kecil. Dua bulan yang lalu kamu mengalami pendarahan lagi."
"Kita bisa menggunakan bayi tabung, kan?"
"Bayi tabung katamu? Memangnya proses itu langsung berhasil? Tidak Cinta. Harusnya kamu tahu hal itu."
"Tapi tetap saja—aku ingin hamil. Karena kamu mengabaikanku sejak Kasih hamil anakmu."
"Dia hamil anak kembar. Dan aku tak bisa membuat dia dalam bahaya. Aku harus memperhatikannya. Lagi pula, dia adalah ibu dari anakku."
"Bicaramu seolah kamu sangat mencintai wanita itu. Apa benar, Lukas?"
Lukas tidak berbicara lagi. Ia kemudian mengambil jasnya kemudian pergi.
Cinta membuka pintu. Melihat suaminya itu menuju meja makan dan mengecup kening Kasih.
Cinta dibuatnya tak percaya. Bahkan tadi dia tidak diberikan ciuman pagi itu oleh Lukas.
"Tidak, aku tidak bisa tinggal diam. Aku harus menyingkirkan Kasih bagaimanapun caranya."
**
Lukas tanpa sengaja bertemu dengan Luki pagi itu. Luki hanya menyapa seadanya kemudian masuk ke mobilnya.
"Kapan kamu akan menikah?" tanya Lukas.
Luki urung menyalakan mesin mobilnya. "Memangnya kenapa kamu bertanya masalah pernikahan padaku?"
"Ya, setidaknya kamu harus segera menikahi Clara, kan?"
Luki tersenyum sinis. "Urus saja urusanmu sendiri."
"Jangan bilang—kamu masih menyukai Kasih."
Luki tak dapat mengatakan apa apa. Entah mengapa dia tidak dapat menjawabnya. Seharusnya, jika dia tidak menyukai Kasih. Dia bisa langsung menyangkalnya kan?
Hal itu membuat Lukas menautkan kedua alisnya.
"Jangan sampai hal itu terjadi, karena aku tak akan tinggal diam." Lukas kemudian masuk ke mobilnya.