"Kamu mau ke mana? Ini sudah sore, sebaiknya kamu di rumah karena Lukas tak akan suka kamu pergi sesore ini." Mertuanya yang baru saja melihat Kasih keluar kamarnya dengan pakaian yang rapi bertanya padanya.
"Kasih ingin membeli ikan gurame. Karena sedang ingin memakannya," jawabnya.
"Suruh saja pembantu yang pergi."
"Kasih juga ingin jalan jalan. Jadi—"
"Pergi dengan pembantu. Aku tak mau ada apa apa dengan kandunganmu itu. Jika kamu tidak mau sebaiknya urungkan niatmu itu untuk pergi dari rumah."
Sejak dia hamil Lukas dan mertuanya memang melarang Kasih untuk pergi ke luar. Jika pergi pun dia tidak boleh sendirian saja. Karena mereka tidak mau terjadi apa apa pada Kasih.
Kasih yang sudah bosan berada di rumah sepanjang hari ingin jalan jalan hari ini. Karena dia ingin melihat suasana yang baru.
Jika menunggu Lukas, setidaknya dia harus menunggu suaminya itu libur terlebih dahulu.
Akhirnya Kasih tak punya pilihan lain selain meminta pembantu untuk menemaninya pergi ke pasar ikan.
**
Sesampainya di pasar ikan. Kasih mendapatkan tatapan mengerikan dari pembeli dan penjual yang ada di sana.
Entah hanya perasaannya atau tidak. Namun dia dapat merasakannya ketika Kasih ingin membeli ikan di lapaknya.
Bahkan beberapa pembeli berbisik-bisik dan mengatainya dengan sebutan jalang sialan.
"Oh setelah merebut kekasih sahabatnya, dia kemudian membuat sahabatnya keguguran? Dia sendiri hamil besar sekarang." Seorang pembeli berkata seperti itu setelah melihat unggahan di media sosial seseorang.
"Dia tidak malu sekali ya," sahut pembeli satunya.
Kasih yang bingung kemudian bertanya pada pembantunya. Lalu pembantunya pun memberitahu pada Kasih jika ada unggahan tentang dirinya dan Cinta di media sosial.
Sebuah curhatan dengan nama anonym namun terlihat jika si korban adalah Cinta dan tersangkanya adalah Kasih.
"Ini sudah ada tiga hari yang lalu. Semuanya sudah tahu kecuali Anda," kata pembantunya kemudian memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.
"Ini—Cinta yang membuat?"
Pembantu itu menaikkan kedua bahunya. "Saya kurang tau."
PLUK!
Sebuah telur busuk pecah mengenai pipi Kasih. Dia merasakan pipinya panas kemudian gatal gatal.
"Anda tidak apa apa?" tanya pembantunya. "Sebaiknya kita pulang. Di sini kebanyakan adalah ibu ibu anti pelakor. Jika Anda berada di sini—"
"Maksud kamu aku adalah pelakor?"
Pembantu terdiam. "Bukan begitu maksud saya—"
"Jangan beli di sini, kamu hanya membawa sial. Menantu dari perusahaan terkenal ternyata seperti ini tingkahnya. Sok sokan ke pasar hanya ingin menarik simpati kami, kan?"
Padahal jauh sebelum identitas Kasih terekspos. Ia sering ke pasar untuk memasakan makanan di rumah mertuanya.
Tak ingin bertengkar. Akhirnya Kasih pergi dari sana sambil mengusap pipinya dengan sapu tangan.
Telur itu memang sudah bersih. Namun bau busuknya masih menempel di pipi Kasih.
"Wanita seperti itu sepertinya tidak akan jera," kata salah satu pembeli.
Namun siapa yang sudah mengunggah curhatan tersebut? Apakah Cinta yang melakukannya? Tapi kenapa?
Padahal dia jelas jelas tahu jika yang sebenarnya terjadi bukankah seperti itu.
**
Lukas sudah ada di rumah ketika Kasih baru saja tiba di rumahnya menjelang malam.
Aroma bau busuk yang tercium membuat Lukas menjengitkan hidungnya.
"Kamu habis dari mana?" tanya Lukas. Dia mengendus pipi Kasih.
"Bau apa ini?!"
Karena Kasih tidak menjawab. Akhirnya pembantunya lah yang menjawab apa yang sebenarnya terjadi ketika mereka berdua ada di pasar tadi.
"Bukankah aku sudah bilang padamu, kalau jangan keluar dari rumah ini." Lukas berkata dengan kesal.
"Aku hanya ingin jalan jalan."
"Ke pasar ikan?"
"Aku sedang ingin makan makanan itu. Memangnya salah ya?"
"Tidak. Kamu tidak salah. Tapi seharusnya bukan kamu yang pergi. Di sini ada banyak pembantu. Tapi kenapa harus pergi juga?"
Kasih merasa bersalah. Jika saja dia menuruti apa kata suaminya mungkin hal itu tak akan terjadi. Tapi dia harus meluruskan masalah antara dirinya dan juga Cinta.
"Mengenai masalah itu. Aku ingin memastikannya pada Cinta." Kasih hendak berjalan masuk ke kamar Cinta tapi dilarang oleh Lukas.
"Biar aku saja yang bertanya padanya. Kamu tunggu di sini."
Kali ini Kasih mengalah. Dia tidak membantah apa kata Lukas. Jadi dia membiarkan Lukas yang menyelesaikannya.
Cinta terperanjat ketika mendengar suara pintu dibuka dari luar dengan kasar.
Melihat wajah Lukas yang saat ini tengah menahan marah. Cinta sudah tahu jika suaminya itu pasti sudah tahu mengenai unggahannya di media sosial.
"Haruskah kamu seperti ini? Kamu mengunggahnya di media sosial, dan membuat keributan lagi, Cinta?!"
"Kenapa memangnya? Apa salahku. Aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan."
"Apa?" Lukas tak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Jika kamu ingin melakukannya setidaknya tahan itu! Karena Kasih sebentar lagi akan melahirkan!"
"Kalau dia melahirkan memangnya apa urusanku? Dia melahirkan anaknya. Dan aku tetap di sini sendiri karena kamu tidak mau ikut program bayi tabung."
Lukas menyugar rambutnya. "Bukankah sudah aku katakan padamu untuk lebih bersabar?"
"Sampai kapan? Sampai akhirnya kamu benar benar mencintai wanita itu, kan?"
Lukas mengerutkan keningnya.
"Kamu sudah berubah, Lukas! Kamu sudah jatuh cinta pada Kasih! Apa kamu tidak menyadarinya!"
Lukas tidak tahu apakah yang dituduhkan Cinta padanya sebuah kebenaran atau tidak. Namun yang jelas, selama Kasih hamil dia memang menjadi lebih perhatian pada wanita itu.
"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu berkali-kali. Kalau aku melakukannya karena Kasih hamil anakku! Anak kembarku!"
"Kita lihat saja nanti, apakah kamu bisa menceraikan Kasih atau tidak." Cinta berdiri. Dia melewati Lukas dengan mendorong bahunya.