Juna benar-benar menyekap seharian Palupi di dalam apartemen. Dia tidak mengindahkan ajakan Palupi yang ingin jalan-jalan keliling Jakarta.
Seharian ini Palupi benar-benar dibuat kewalahan oleh lelaki itu. Nggak ada satu sudut rumah pun yang tidak terjamah. Juna mengajaknya bercinta di mana pun dan jam berapa pun dia mau. Seolah-olah waktu mereka hanya hari itu saja.
Dua tungkai Palupi menggantung lemas. Baru saja Juna melepaskan klimaksnya untuk ke... Lima atau enam. Ah, mungkin tujuh. Entahlah, Palupi tidak mengingatnya. Yang jelas dia benar-benar lemas. Sampai mau bergerak pun susah. Tatapnya sempat menubruk jam digital di atas nakas. Sudah pukul empat sore.
Beruntung, siang tadi Juna masih mengingat makan siang. Sehingga dia sedikit memiliki kekuatan.
"Sayang, kok diam saja?" tanya Juna menjangkau rambut Palupi yang kusut.
Palupi tidak menjawab. Mengeluarkan satu patah kata pun dia merasa sulit. Dia teramat lelah, dan ingin tidur saja.