"Jadi, apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Lintang.
Aditya menyeringai. "Kamu jangan besar kepala. Kedatanganku ke sini bukan untukmu. Tapi untuk menjemput wanita hamil di belakangmu," ujarnya lantas tertawa.
Terang saja hal itu membuat Kirana makin merapat ke belakang punggung Lintang.
"Kamu pikir semudah itu?"
"Kenapa tidak mudah?" Aditya menyeringai, menunjukkan taringnya yang tajam. Matanya berkilau merah, dan sinar biru dari permata di dahinya memancarkan sinar. Detik berikutnya setengah tubuhnya berubah menjadi ular.
Kirana terkesiap dan sontak tidak sadarkan diri melihat perubahan wujud laki-laki itu.
"Astaga, Nduk." Hampir saja kepala Kirana jatuh terantuk beton. "Nduk, bangun." Lintang menepuk-nepuk pipi Kirana.
Sementara itu Aditya Panuluh tertawa melihat wanita itu jatuh pingsan dan syok. "Yang ini ternyata lebih lemah dari Silvana."
"Aditya, mau kamu apa sebenarnya?"