Juna mendesah. Tatapnya yang sejak tadi kosong perlahan bergerak sadar. Sebelah tangannya lantas meraup wajah, dan lagi-lagi helaan nafasnya terdengar begitu berat.
Dia bingung dengan situasi ini. Sejak menghilangnya Lintang resahnya tidak berkesudahan. Juna merindukan wanita kenes itu. Rindu dimanja, rindu disayang, ah pokoknya rindu segalanya tentang wanita yang selalu memakai gincu merah terang itu.
Kerja pun rasanya tidak fokus. Sering melakukan kesalahan dan sering kena semprot Gama tentu saja.
Juna mengurut pangkal hidung sembari memejamkan mata. Kepalanya terus berdenyut nyeri, badannya juga dari kemarin merasa lelah. Ada alarm yang menyuruhnya untuk beristirahat, tapi dia tidak melakukannya.
"Masnya baik-baik saja?"
Sebuah suara lembut menyapanya. Juna yang sedang duduk di salah satu kursi di depan mini market mendongak.