Juna membiarkan Gama bekerja dari rumah. Seharian ini dia terus membantu apa-apa yang lelaki itu butuhkan lantaran bosnya kebanyakan bengong daripada bekerja. Bahkan Juna melihat lelaki itu bicara sendiri. Beberapa meeting pun sengaja dia pending demi memulihkan emosi Gama yang sedang naik turun.
"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Gama tiba-tiba, membuat Juna menoleh.
"Bapak nanya ke saya?"
Sontak pria pemilik mata setajam elang tersebut mendengus. "Kamu pikir siapa lagi?"
Juna nyengir. "Maaf, Pak soal apa, ya?"
"Silvana. Memang salah kalau saya masih peduli padanya?
"Saya rasa tidak selama masih batas wajar. Memang apa yang Anda lakukan sampai membuat Bu Kirana seperti itu?"
Gama menyandarkan punggung ke kursi lalu menghela napas. "Kemarin itu dia melihatku sedang menyeka air mata Silvana. Silvana kembali menangis gara-gara si brengsek Raja."
"Hanya itu?" tanya Juna lagi.