Beberapa hari setelah malam itu, Gama melihat kolase fotonya dipajang di ruang tengah. Tepatnya di dinding anak tangga. Bertingkat dengan foto lain.
Gama cuma tersenyum. Kalau dulu mungkin dia tidak akan segan membuang semua yang tidak sesuai dengan hatinya. Seperti foto-foto norak seperti ini. Namun, entah kenapa yang dia bilang norak itu sekarang menjadi hal lucu, apalagi saat melihat senyum Kirana di foto itu, seolah beban pekerjaan yang menumpuk di kepalanya hilang seketika.
"Loh, Mas? Kamu udah balik? Tapi aku nggak dengar suara kamu?"
Kepala Gama menoleh ketika menangkap suara Kirana. Wanita itu tampak baru keluar dari kamar. Baju yang dia kenakan sederhana, tapi anehnya dia terlihat cantik dan istimewa di mata Gama.
Kirana mendekat ke ujung tangga. "Fotonya bagus, kan?" tanyanya seraya memperhatikan foto yang baru siang tadi dipasang.
"Kamu cetak di mana?" tanya Gama melangkah naik lagi.