Silvana bersedekap tangan. Matanya menatap undangan berwarna emas yang beberapa saat lalu Gama letakkan di meja kerjanya. Tak lama lantas membuang muka.
"Aku nggak mau datang," ujarnya datar.
Gama yang masih duduk di kursi tamu meja kerja itu menghela napas. "Mau sampai kapan kamu marah? Harusnya kamu senang aku menikah dengan Kirana, dengan begitu kamu bisa kembali merebut hati Raja."
"Nggak semudah itu. Kamu pikir setelah Kirana menikah sama kamu Raja akan berhenti mencintai Kirana?" sorot mata wanita yang sudah mengenalnya belasan tahun itu menghujam.
Gama sudah kehabisan kata-kata meminta maaf. Sudah dari setengah jam lalu dia berada di kantor Silvana. Memberi wanita itu pengertian sebab dirinya menikahi Kirana dan sebagainya. Namun, Silvana masih saja tampak tak terima.
"Yang pasti aku nggak akan mudah juga melepas Kirana buat Raja."