"Memang itu urgent banget sampai harus ditanyakan malam ini juga?"
"Nggak juga sih." Kirana bangkit dari kursi rias dan mendekati Gama yang sudah kembali berbaring di atas ranjang. "Aku lupa mematikan ponsel, maaf," ujarnya memosisikan diri di sebelah pria itu. "Mas Gama masih marah?"
"Kamu pikir?" sahut Gama terdengar sinis.
"Nanti aku bilangin deh sama dia biar nggak telepon malam-malam lagi."
"Bukan itu masalahnya, Kirana." Gama malah tambah uring-uringan.
"Terus gimana? Tadi Mas bilang dia nggak punya otak kalau telepon malam-malam." Kirana menatap heran suaminya. Itu hanya sebuah telepon bukan masalah besar.
"Aku nggak suka kalau ada laki-laki lain yang menghubungi kamu," jujur Gama. Namun pernyataan itu membuat mulut Kirana sontak terbuka.
"Termasuk Bapak dan Bayu?" tanya Kirana, tatapnya dibuat sepolos mungkin.
"Ya kalau mereka sih nggak masalah. Mereka kan keluarga kamu."