Melewati meja sekretaris dan workstation, Gama terus membawa Silvana keluar dari kantornya menuju lobi. Di lantai lokasi kantornya berada ada sebuah lobi tersendiri, berguna sebagai ruang tunggu saat ada tamu yang ingin bertemu dengannya.
Lobi tersebut memiliki fasilitas Coffe bean dengan interior yang cukup estetik. Gama membawa Silvana duduk di salah satu sudut sofa lobi tersebut.
"Sori, aku nggak lagi-lagi, deh datang tiba-tiba begitu," ujar Silvana mengangkat dua tangannya dengan dua alis naik tinggi-tinggi.
Gama mengembuskan napas kasar. "Tadi itu... Nggak seperti yang kamu pikir, Sil."
Kepala Silvana menggeleng. "It's OK, Gam. Itu hal yang wajar. Aku paham."
"No, no, no, pasti kamu mikirnya macam-macam karena liat hal tadi."
Silvana terkekeh. Entah apa yang sebenarnya mau Gama jelaskan. "Jadi?"
"Aku dan Kirana nggak ada hubungan apa-apa. Hubungan kami hanya sebatas atasan dan bawahan," ujar Gama mencoba menjelaskan agar Silvana tidak salah paham.