Nathan menyeringai. Ia mendekati Kimberly dengan tatapannya yang mengintimidasi.
"Jangan berlagak tak tahu apa-apa di depanku. Kau melihatku kemarin," ucap Nathan begitu jelas.
"Lalu?" Kimberly tetap berusaha tak terlihat takut. Padahal tentu saja ia ketakutan. Bagaimana mungkin dia sudah mendapat masalah di hari pertama masuk kuliah.
"Kau tak tahu siapa aku?" ucap Nathan begitu tengil.
"Apa aku harus tahu?" jawab Kimberly.
Seketika raut wajah Nathan menegang. Baru kali ini ada orang yang berani mengacuhkannya.
"Siapa kau?" Nathan sadar kalau Kimberly bukan penduduk asli kota ini.
"Heuuh!" Kimberly tertawa mengejek ke arah Nathan. Dan itu tentu saja membuat Nathan semakin tak suka dengan gadis ini. "Kau mau berkenalan denganku rupanya," ucap Kimberly.
Wajah Nathan seketika menunjukan ekspresi tertegun setelah mendengar ucapan Kimberly.
"Kau cari mati?" ucap Nathan dengan jutaan keseriusan terpancar jelas di wajahnya.
"Memangnya kau bisa berikan kematian untukku? Kalau bisa aku akan memberitahukan namaku padamu," ucap Kimberly seraya berlalu pergi begitu saja.
Nathan mengerutkan keningnya. dengan wanita ini? Apa dia gila?"
Kimberly tersenyum sarkas. Ia tahu kalau Nathan akan mengira dia gila. "Kalau kau sudah selesai, aku akan pergi. Aku sini untuk belajar. Bukan berurusan dengan pria," ucap Kimberly begitu santai.
Padahal sebenarnya ia takut. Siapa yang tak takut dengan pria yang mengendarai motor dengan bergerombol seperti? Sekali lihat saja Kimberly sudah tahu kalau ada yang tak beres dengan Nathan. Dan Kimberly sama sekali tak ingin berurusan dengan Nathan ataupun kroni-kroninya.
Kimberly berlalu egitu saj meninggalkn gedung administrasi. Nathan seketika merasa gagu. Ia ttak menyangka akan ada wanita yang berani mengabaikannya begini.
Nathan mengikut langkah Kimberly. Ia segera menarik tangan Kimberly dan membawanya masuk ke sebuah ruangan. Entah kebetulan atau memang semesta ingin mereka berada di ruangan itu. Tak ada siapa pun di sana. Kimberly mencoba berotak. Namun Nathan malah semakin erat mencengkram lengan Kimberly. Dia berhail menutup pintu ruangan itu dan tak membiarkan Kimberly pergi.
"Ada apa denganmu?" pekik Kimberly khawatir. Gadis itu sungguh ketakutan saat disekap oleh pria yang tak dikenalnya. Di hari pertama ia masuk kuliah.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau bertanya?" ucap Nathan dengan tatapan mata yang begitu menusuk.
Bagaimana ini? Kimberly takut. Ia tak tahu harus meminta tolong kepada siapa sekarang ini.
"Aku tak melakukan kesalahan apa pun. Dan aku tak mengenalmu!" peikik Kimberly.
Nathan menjenytikkan jari telunjuk dan jari manisnya. "Nah, itulah kesalahanmu," ucap Nathan dengan tatapannya yang amat dekat pada Kimberly. Sungguh, hanya dengan menatapnya saja Kimberly mungkin seperti terkena sinar laser.
"Lepaskan aku! Kalau tidak, maka aku akan berteriak!" ancam Kimberly.
Nathan tersenyum mendengar ucapan Kimberly. Ia mengejek Kim, seolah upayanya itu akan sia-sia. "Lakukan saja," ucap Nathan.
Kimberly sudah berisap untuk berteriak. Namun, Nathan segera membungkam mulut Kimberly.
"Emmmph!" Kimberly berusaha memukuli Nathan. Ia ketakutan setengah mati. Kenapa pria ini begini? Ia juga tak berpikir akan menceritakan adegan mesum dia kepada siapa-siapa. Lalau kenapa? Kenapa pria ini menyekapnya?
"Kau salah sudah berurusan denganku. Aku tak tahu dari mana asalmu. Tapi karena kau mengabaikanku. Maka kau akan menjadi buruanku," ancam Nathan penuh intimidasi.
"Le-pas-kan a-ku!" Kimberly meronta. Namun, Nathan malah tersenyum puas melihat ekspresi gadis ini.
Dengan kasar Nathan melepaskan cengkeraman tangannya dari Kimberly. "Ingat, kau adalah buruanku. Jangan mencoba kabur. Ada banyak mata di kampus ini. Aku akan tahu apa pun yang kau lakukan," ucap Nathan yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kimberly.
Kimberly masih tak mengerti kenapa Nathan seperti itu. Apa salahnya jika ia menghindari masalah? Kenapa masalah itu justru datang mendekatinya?
****
Kimberly masuk ke kelas untuk pertama kali. Tentu saja ia tak mengenal siapa pun di tempat itu. Kimberly pun memilih duduk di kursi paling belakang. Ia tak ingin terlalu berbaur dengan anak-abak yang lain. Sepertinya setelah kejadian dengan Nathan tadi, ia tak bisa berpikir jernih.
"Hai!" Seseorang menyapa Kimberly. Ia menoleh dan melihat seorang gadis polos dengan kacamatanya yang tebal. Gadis itu memakai kaos lengan panjang warna hijau. Dan celana jeans panjang. Kimberly sungguh takjub di jaman seperti ini, masih ada yang memakai pakaian norak seperti itu.
"Oh, hai," sapa Kimberly.
"Boleh aku duduk di sini?" tanya gadis itu sambil menunjuk ke kursi di samping Kimberly.
"Oh, silakan saja," jawab Kimberly acuh.
Gadis itu langsung duduk di samping Clara. Ia meletakkan tasnya yang cukup besar. Hingga membuat Kimberly berfantasi tentang apa yang ada di dalam tas itu.
"Namaku Elena, siapa namamu?" tanya gadis itu.
"Ouh, Kimberly. Kimberly Watson," jawab Kimberly.
"Aku suka namamu," ucap Elena. "Hari ini kita akan belajar tentang Dasar sastra kan? Aku sudah tak sabar.
"Ah, iya." Kimberly begitu malas menanggapi gadis ini. Ia benar-benar ingin sendiri tanpa siapa pun yang mengganggunya.
BRAK!
Suara pintu dibuka dengan begitu keras terdengar di depan kelas. Anak-anak seketika terdiam. Nathan dan gerombolannya masuk dan berjalan menuju ke arah Kimberly.
Kimberly terkejut bukan main. Kenapa pria ini datang? Ada apa lagi ini?"
"Minggir!" ucap Nathan kepada Elena. Dan tanpa banyak protes Elena segera pindah tempat.
"Hei kau mau kemana?" panggil Kimberly. Namun, Elena sama sekali tak mengatakan apa-apa.
Nathan duduk di samping Kimberly. Di kursi tempat Elena tadi duduk. Dan teman-teman Nathan berada di sekitar mereka. Sungguh, Kimberly tak mengerti dengan apa yang terjadi.
Apalagi anak-anak yang lain tampak acuh dan tak berani melihat ke arah Nathan dan Kimberly.
"Ka-kau mau apa?" tanya Kimberly begitu gugup.
Nathan mengangkat kedua kakinya dan menumpangkannya di kursi depannya. Mata Kimberly membelalak saat melihat sikap Nathan.
"Aku hanya ingin melihatmu," ucap Nathan.
"Kau sudah melihatku. Kau bisa pergi sekarang," ucap Kimberly.
Nathan tersenyum sarkas. Ia lantas mendekati Kimberly dan berbisik di telinganya. "Kau tak punya hak untuk bicara. Hanya aku yang boleh bicara," ucap Nathan.
"Pergilah kumohon. Ini hari pertamaku di sini. Tolong tinggalkan aku!" ucap Kimberly yang tak mau terlibat apa pun dengan pria ini. Teman-temannya terlihat menyeramkan. Mereka semua memakai kaos hitam. Tato yang menghiasi tubuh mereka juga membuat Kimberly semakin bergidik.
Seorang pria tua masuk ke dalam kelas melihat Nathan dan gerombolannya. Pria tua itu segera menegurnya.
"Nathan, sejak kapan kau masuk ke kelas sastra?" ucap pria tua itu.
"Maaf, Profesor Grey. Aku hanya ingin bertemu dengan sahabat baruku," ucap Nathan sambil merangkul Kimberly.
Kimberly menatap ke arah Nathan dan mereka beradu pandang. Nathan tersenyum. Senyumnya sungguh menyeramkan. Kimberly tak ingin ada pria ini di sampingnya.
Bersambung ....